Jangan bertanya lagi! sebab dalam doaku telah terselip namamu dan hatiku telah terbagi untukmu! -Ilewaing-
•••
Afra berjalan memasuki rumah makan sederhana di pinggir jalan. Baru satu langkah memasuki pintu, lambaian tangan beberapa orang telah menyambutnya. Afra tersenyum singkat, mempercepat langkahnya berjalan ke arah teman-temannya.
"Lama banget. Jamuran nih kita nunggu kamu. Tuh, lihat gak ada makanan lagi, udah masuk semua ke perutku. Telat, sih!" Ucapan Reza mendapat toyoran di kepala dari Bika.
Afra merubah senyumnya menjadi masam. Apa-apaan ini! Baru juga datang sudah dapat marahan.
"Makan terus di pikiran kamu, diet sana!" Sarkas Bika yang di timpali marah oleh Mila, pacar Reza.
"Yeh, terserah Ayang Bebeb, lah. Kenapa kamu malah pusing!"
Kali ini Debi teman akrab Mila yang membalas.
"Iya, nih. Bika orangnya sewot amat!"
Dan Farsya membela Bika.
"Apaan kalian. Itu hak Bika mau komentarin siapapun!"
Makin rumit, Joye Anabil, si bijak dari kampung memberi petuah.
"Kata, Emak. Bersatu kita teguh, bercerai-berai kita bubar! STOP, deh berdebat!"
Jengah. Afra mendesah kasar dan menggebrak meja cukup keras membuat pengunjung rumah makan menoleh dan menatap meja perkumpulannya dengan penasaran.
"Huh, bisa tidak kita Jangan seperti anak kecil. Hal seperti ini tidak usah di panjang lebarkan. Aku lambatnya kurang dari 2 menit, tapi kalian marah-marah gak jelas seperti ini! Selain membuat keributan, kita sudah membuat kenyaman orang lain tergangu. Kalian dewasa nggak, sih?" Wajahnya merah padam sampai mengeluarkan kata-kata yang di luar kendali. Mengambil napas sejenak Afra melanjutkan. "Benar ..., Aku yang salah, aku minta maaf. Aku ...."
"Eh, gak perlu minta maaf, Afra." Farsya tiba-tiba memotong ucapan temannya. "Astaga ..., sebenarnya ini cuman akting. Reza dan Bika sengaja buat keributan, kita rencanakan sebelum kamu datang. Katanya rindu masa SMA dulu, kamu tau kan, setiap kita ketemu pasti dulu gak afdol kalau gak ribut. Udah biasa, lah, Fra." Farsya merasa bersalah mengerjai Afra, tapi itu karena di paksa!
"Hahah, jangan dianggap serius lah, Af.
Okey, rencana kita berhasil guys, saatnya minta maaf." Reza tertawa keras melihat wajah masam Afra. Akting mereka memang terlalu the best!
Afra semakin melempengkan wajahnya, kesal bukan main di kerjai teman-temanpetualanganya.
"Sorry Afranya Bika." Pemuda ini tersenyum sangat manis.
"Maaf Yah, Afra. Tadi aku di paksa Reza, nih! Tapi aku sudah foto muka marah kamu tadi, mau lihat?" Ucap Farsya memegang kamera Soni hitamnya yang di ulurkan ke wajah Afra antusias. Afra memicingkan mata sangat tajam pada gadis itu. Bisa-bisanya!
"Aku juga minta maaf. Ini karena Yayang Reza maksa!"
"Aku juga. Kali ini Bika yang maksa!!!" Debi menunjuk Bika dan bermata elang.
"Aku independen. Golput deh, gak milih siapa-siapa. Joy selalu mendapat peran yang paling mulia, memberi kalian pencerahan."
Memangnya lagi pemilu! Joy, Joy!
"Sudah-sudah. Sebenarnya aku ingin sekali lempar kalian sesuatu, tapi untung hari ini lagi baik. Kalian betuntung, gak jadi." Afra cengir, beranjak duduk di kursi samping kanan Farsya. "Biasanya kalau lagi kumpul begini ada yang penting. Ada berita apa?"
"Seratus persen kalian akan double Like. Petualangan kita kali ini adalah Hutan Rimba! Aku sudah menemukan tempat yang sangat bagus untuk cerita Petualangan selanjutnya." Semangat Farsya berapi-api.
"Kita kan, sudah pernah mencoba beberapa kali berpetualang mendaki gunung, menjelajahi goa-goa, arum jeram, melintasi sungai, dan banyak lagi. Nah, kalau mengarungi hutan belantara baru pertama kali, yah? Waktu SMA dulu kalau gak salah, itupun waktu kemping terakhir. Makanya kali ini aku pilih petualangan kita di hutan. Gimana-gimana?" Farya meminta pendapat.
"Wih, seru, tuh!" Reza tampak tertarik.
Mila yang melihat respon pacarnya Senang, harus mendukung, dong. " Pastinya bakalan seru. Coba, yuk! kan, ayang bebeb?" Mila mengedip mata lucu Ke arah Reza dan di senyumi sangat manis oleh pemuda itu.
"Aku sih, setuju. kita coba, saja!" Bika juga ikut setuju usalan Farsya.
"Hm, pasti di sana banyak binatang buas deh. Kan, hutan! bagaimana kalau kita nyasar terus gak tau jalan pulang? Dan presentase bahaya di hutan belantara itu lebih tinggi resikonya, loh. " Debi menceletuk takut. Yah, dia rasa petualangan di hutan itu lebih buruk dari yang lain.
"Yaelah jadi gak ikut, nih? Rugi, loh. Padahal bisa nambah pengalaman, cerita petualangan juga gak itu-itu mulu. Coba yang ekstrim, baru di katalan jiwa uji nyali. Buang deh, jiwa penakut kamu itu, Deb!" Joy membalas ketus. Debi bereaksi, merasa tertantang dia pun mengambil keputusan.
"Iya-iya, aku ikut!" Semua tersenyum dan memberi jempol bangga.
Sudah Afra duga. Ini pasti menyangkut hobi mereka semua. Apalagi kali ini mereka memilih hutan sebagai petualangan berikutnya. Menantang dan juga Ekstrim! Tapi tiada yang lebih menyenangkan selain mengarungi hutan, bercerita dengan alam, menikmati nyanyian merdu burung di pagi hari, sejuknya udara, rimbunnya pepohonan, jernihnya air gunung, dan banyak lagi. all about of life the jungle. Afra jujur, setiap kali kemping pramuka sekolah dia paling senang menjelajahi hutan, banyak hal menarik yang bisa dijumpai di hutan sebagai pelajaran hidup di alam bebas, Survial. Pilihan temannya tepat, Mereka akan berpetualangan dengan mengahadapi tantangan hutan belantara. Ini salah satu mimpinya!
"Nah, Afra gimana?" Farsya menyentuh pundak gadid itu hingga Afra tersadar dari lamunan.
"Aku sejak dulu memang ingin petualangan di Hutan." Afra menjeda, "tapi ... " Apa orang tuanya memberi izin? Mengingat tiga minggu lagi pernikahannya akan di gelar, dan mengenai pernikahan itu dia sama sekali belum memberitahunya pada teman sepetualanganya. Tapi ini impiannya jadi,
"Aku ikut." Yah, keputusan yang bagus Afra. Mungkin ini adalah cerita petualangan terakhirnya. Setelah menikah nanti, dia tidak tahu bagaimana nasib hobi akutnya itu. Mungkin dia harus menguburnya seperti kenangan.
"Yey! Oke, semua sudah Deal, yah!" Sorak bahagia Farsya.
"Tujuan kita agak jauh dari kota tempat tinggal kita. Lokasi hutan Ini terletak di daerah B, bagian hutan paling ujung timur. Untuk sampai ke hutan ini, kita akan melewati beberapa kampung. Aku belum mencari lebih detail informasi mengenai hutan ini, sih, tapi banyak yang mengatakan di sana berbahaya. Aku saranin, kita lebih baik bawa satu mobil saja. Jangan lupa, persiapan! kita juga harus memastikan kelengkapan pelindung diri dan alat keselamatan lainnya. Yah, sebagai jaga-jaga saja sih, kita gak tau apa yang ada di depan sana." Farsya selesai berbicara panjang lebar, mendekatkan minuman jeruknya dan menyeruput rakus.
Afra sibuk berdebat dengan pikirannya mengenai alasan Izin untuk pergi berpetualang ke Umi dan Abinya. Bagaimana caranya menjelaskan agar dirinya di beri restu kalau harus jujur pergi ke hutan, jauh dari tempat tinggal, dan pasti banyak bahaya. Abi dan Uminya pasti sudah berkata "No!"
Afra mengalihkan pandang ke Bika yang dari tadi berdehem kemudian terdiam memikirkan sesuatu, "Aku pernah dengar mitos hutan ini. Di sana pernah meninggal seorang pemuda desa yang sedang mencari tumbuhan obat dan tidak pernah di temukan mayatnya." Akhirnya Bika membuka suara dan penuturannya berhasil membuat Afra kesal. Apa pemuda itu sedang menakut-nakuti mereka semua?
"Lah, kok kamu malah jadi penakut gitu. Pengecut! Udah tau mitos malah di percaya. Lagian mana ada hantu mau nongol, itu kalau kalian gak sholat, gak baca Alquran nah, baru deh kalian di makan!" Reza mengomentari cepat, selang beberapa detik dia mendapat tawaan puas dari Bika.
"Aku tahu, aku tahu. Kan, sudah di garis bawahi MITOS di cerita aku tadi." Masih setengah ketawa. "Lihat deh, muka kalian semua pucat. Astagfirullah, jangan bilang kalian percaya."
"Hais, Aku dapat gambaran buruk, atau mungkin ini firasat .... " Mila yang tepat duduk di samping kiri Debi, menoel jidat gadis bersurai lurus itu.
"Jangan malah ikut-ikutan nakutin, Debi. Kita belum coba kenapa ingin mundur?" Mila mengomeli temannya itu dengan wajah memerah. Yah, perempuan memang cepat sekali baper.
"Aku gak nakutin! Siapa juga yang ingin mundur? Aku cuman dapat sinyal lampu merah, kita gak tau kedepannya akan gimana!"
"Masih nyangkal?"
"Enggak, Mila. Tapi .... "
"Hei, sudah-sudah. Kalian ini mulai lagi, baru saja di bilangin." Afra menengahi, jika tidak makin panjang ceritanya. "Begini saja. Yang harus di ingat, kita ke sana niatnya baik-baik, jangan buat ulah, patuhi aturan jika memang ada, dan yang paling penting, persiapan kita harus matang sebelum berangkat agar tidak terjadi apa-apa nanti."
"Emak ku pernah bilang : ' Selalu sediakan tali, sebelum akar putus.' Maksudnya persiapan harus betul-betul disiapkan sebelum memulai sesuatu dan terjadi sesuatu." Joy kembali melantumkan petuah Magic nya.
"Oke, perginya bawa mobil aku saja. Jadi time nya kapan?" Reza bertanya pada temannya.
Afra meminta waktu, " Dua hari lagi. Aku akan coba bujuk Umi dan Abi, akan ku kabari kelanjutannya." Semua mengangguk mantap. "Dan aku minta khusus untuk satu hal ini. kita hanya tiga hari di sana, tidak lebih." Awalnya semua temannya bingung dengan keputusan sepihak, Afra. Biasanya mereka sampai satu minggu atau bahkan lebih. Tapi, biarlah. Mungkin Afra lagi banyak urusan atau apa? Mereka harus mengerti.
Mereka tidak tahu saja, Afra akan menikah. Dan kebebasannya semakin menipis.
"Oke!"
Tak terasa waktu berbincang mereka sudah memasuki waktu Zuhur dan Afra pamit pulang lebih dulu. Sempat ditawari tumpangan oleh Bika, tapi dia menolak dan memberi alasan lain. Yah, setidaknya jaga jarak dengan lelaki yang bukan mahromnya tidak salah, kan? Lagi pula dia harus menjaga hatinya saat ini. Mengingat pernikahannya yang sekitar tiga minggu lagi akan di laksanakan.
Astagfirullah. Jatungnya langsung berdetak lebih cepat, tangannya mencoba mengusir bayangan Ziran di pelupuk mata. Dia selalu beristigfar karena lagi-lagi memikirkan lelaki yang belum menjadi miliknya.
Afra memilih berjalan ke arah mesjid yang ada dekat dengan rumah makan tadi. Lebih baik dia sholat dulu, setelah itu akan pulang.
Tring Ting
Bunyi notif ponsel Afra membuat gadis itu mengambil benda itu di dalam tas kecilnya.
"Assalamualaikum, calon istri. Boleh kan, aku minta satu hal sama kamu?"
Afra mengerutkan kening. Apa lagi yang lelaki ini minta?
"Waalaikumsalam. Insyaallah, jika aku sanggup mengabulkan. Apa?"
Pesan itu langsung di baca dan balasannya masuk dengan cepat.
"Selalu Aminkan doaku, itu saja. Mau kan? :v."
Afra tersenyum lagi, namun perhatiannya segera terbagi saat mendengar Azan berkumandang. Cepat-cepat dia mengetikkan balasan, mengirinya dan menyimpan ponsel itu kembali. Dia berlari menuju rumah Allah. Bersimpuh memohon ampun, dan mengadukan segala keluh kesahnya. Di sana dia akan merasa tenang. Afra bahagia dengan takdir yang Allah pilihkan untuknya. Namun terkadang, bahagia ini yang bisa membuatnya lalai dari-Nya.
"Ya Allah. Jika dia memang jodohku, maka izinkan kami bersatu dalam ikatan suci. Namun jika dia bukan jodohku, maka biarkan aku yang menjadi jodohnya." Tertanda, doa Afra yang tidak pernah terlupa.
"Amiinnn ...."
***
Di tempat lain. Ziran yang mendengar notif ponselnya berbunyi, segera dia mengalihkan fokus dari laptop ke ponsel tersebut.
Senyumnya kian melebar membaca pesan Afra, membuat dirinya seperti di mabuk cinta. Cepat-cepat dia sadar mengusap kasar wajahnya dan beristigfar. Kepalanya tertunduk hingga keningnya menyentuh meja kerjanya. Ais, gadis itu.
Pesan Afra mongcopy persis kata katanya,
"Begitupun pesanku. Selalu Aminkan doaku, apapun itu!"
Itu hanya 30% mewakili rasa bahagianya. 70% telah di curi oleh tanda emotion love pada akhir kalimat Afra.
Apa gadis itu telah mencintainya? Yasalam! Apa dia baper? Astagfirullah, belum saatnya Ziran!
Ziran benar-benar terbawa suasana bahagia.
BERSAMBUNG!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Habibi Desi
Aamiin : kabulkan y Allah
tlg penulisan kt aminn ny sebuah y othor
2021-04-26
0
raisaa.tana
hallo thor!
saya mampir bawa like di setiap episodenya nih!
mampir jg yuk ke novel saya
ayo saling dukung!
2020-07-12
1
Zes
halo Thor saya mampir.
membawa sejuta boomlike.
mampir lgi di cerita ku yah
2020-06-11
1