BAB 3 : BUKAN LELAKI SEMPURNA!

Aku bukan lelaki hebat dan tak pantas dibandingkan oleh siapapun, namun izinkan aku berusaha agar pantas di sisimu! -Ilewaing-

•••

Sebentar lagi matahari akan tepat berada di atas kepala. Terik dan silaunya sang raja panas itu, membuat siapa saja memilih mencari tempat teduh untuk berlindung. Namun tidak untuk satu orang gadis, dia memilih bermandi keringat karena ingin menyelesaikan belanjanya sebelum Azan Zuhur berbunyi.

Yah, dia adalah Afraza Humairah. Memilih belanja di pasar tradisional terbuka karena menjadi kebiasaannya sejak dulu dibanding Berbelanja di swalayan atau pasar modern lainnya. Sudah setengah jam dia berkeliling namun masih belum mendapatkan yang dia cari. Jika yang dia cari tidak ada di sini, terpaksa dia harus ke Mol untuk mencari barang itu, masalahnya dia sudah berjanji akan memberinya hari ini pada seseorang. Afra hampir berjingkrak senang melihat barang itu tertangkap mata lincahnya. Itu dia! Dengan cepat dia berjalan ke arah objek itu.

"Assalamualaikum, Mas. Boneka beruangnya masih ada satu lagi, nggak? Yang coklat itu, Mas. Saya butuh sepasang." Lagi-lagi Afra harus menelan kecewa saat Mas penjual itu mengatakan boneka beruang itu hanya tinggal satu. Hais, ceritanya dia harus ke mol mencarinya kalau begini. Dia mulai beranjak untuk berbalik pergi.

"Neng! Neng yang pake jilbab pink! Sini neng, masih ada nih sepasang bonekanya." Afra yang belum jauh melangkah, berhenti sejenak setelah mendengar Mas penjual boneka itu berteriak memanggilnya. Buru-buru dia berlari kecil kembali ke tenda coklat itu dengan senyum bahagianya.

"Alhamdulillah. Ada ya, Mas?"

"Ada neng, tapi bukan warna coklat tinggal yang biru adanya. Gimana?" Afra tidak memusingkan warna bonekanya yang penting, boneka itu bentuk beruang! dia dengan cepat mengangguk berminat.

"Gak masalah. Saya beli itu, yah."

"Hati saya neng yang di beli?" Mas itu menunjuk dadanya.

"Ih, Mas! Bonekanya, lah!"

Mas penggombal!

Orang itu tertawa karena berhasil menggodanya. Setelahnya, Mas-nya langsung membungkus boneka beruang ukuran sedang itu menjadi dua kantung atas permintaannya. Dia pikir, biar lebih mudah langsung memberinya nanti. Setelah membayar, dia berterima kasih kemudian pergi dari sana.

Dia melihat jam tangan di pergelangan kanannya. Benapas lega, karena masih ada waktu sekitar 25 menit sebelum Zuhur. Dia memutuskan Mampir di kedainya dulu sekalian sholat di sana sebelum berangkat lagi ke tujuan utamanya.

***

Kaki gadis itu menepak di tanah setelah membuka pintu Taksi. Turun dari mobil menenteng belanjaanya masuk ke dalam kedai yang bertuliskan "MOCOCOLA" sebagai namanya.

"Assalamualaikum, siang kak Afa." Sapa Zeila gadis berkuncir kuda dengan senyuman manisnya. Zeila adalah salah satu penjaga kedai kepercayaannya dan masih ada dua orang lainnya. Dia hanya datang saat ada keperluan atau mengusir rasa bosannya dengan meminum coklat Mococola dingin kesukaannya.

"Waalaikumsalam, Zela. Yuna sama Zaka di mana?" Matanya melirik sekitar, berjalan menuju meja di kasir menaruh barang belanjaannya di atasnya. Zela mengikut dari belakang.

"Oh, mereka ada di dapur kak, lagi nyuci. Tadi lagi banyak pelanggan datang, biasa tanggal muda, kak." Afra tertawa kecil melihat wajah Zela yang cengar-cengir bahagia.

"Alhamdulillah. Lah, kamu kenapa senyam-senyum gitu? Aneh aku liatnya." Afra bertanya dengan langkah kecil pergi ke dapur belakang ingin menyapa dua pegawainya itu, Zela mengikuti.

"Kakak ada teman yang namanya Ziran tidak?Orangnya gaaaanteeng banget! Tadi dia nyariin kakak ke sini, aku bilang gak ada. Jadinya, dia minta nomor kakak, deh."

Langkah Afra tertahan di pintu dapur, belum membukanya. Benarkah Ziran kemari? "Kamu kasih?" Tanyanya penasaran.

"Iya kak, soalnya dia maksa, sih. Maaf ya kak." Pendengar Afra menajam. "Maksa? Ziran bisa maksa orang, yah? Astagfurullah, lupa. Kemarin waktu tunangan kan, Ziran maksa supaya aku terima." Dan sedikit demi sedikit dia mulai tau sifat asli Ziran, hangat namun pemaksa.

Afra memang melarang siapapun memberikan nomor ponselnya ke orang lain. Tapi sekarang, Ziran bukanlah sembarang orang. Status mereka sebentar lagi berubah menjadi suami istri? Ah, kenapa harus minta sama orang lain, sih? Dia kan ada. Waktu ngelamar kemarin kenapa tidak minta? Oh, atau mungkin, mereka sama-sama lupa? Bisa jadi juga.

"Kak? Gak pa-pa, kan?" Suara Zela cemas, menghawatirkan soal nomor ponsel Afra yang di berikan pada Ziran.

"Eh, udah gak masalah. Tapi jangan diulang lagi, yah!" Untung orang itu adalah, Ziran. Dia tidak suka memberikan nomornya ke orang yang tidak di kenal, selain tidak penting dia paling malas melayani orang yang mau sok kenal dengannya.

Pikirannya kembali melayang pada dua hari yang lalu, saat dirinya dilamar Ziran sekaligus mereka resmi bertunangan. Yah, Cincin di tangannya menjadi bukti. Perutnya tergelitik geli mengingat kata-kata lelaki itu saat dirinya hendak protes meminta waktu beberapa hari untuk bertunangan, tapi Ziran malah berkata. "Harus tunangan sekarang, takutnya diambil orang." Afra sedikit tahu, Ziran cukup konyol untuk masalah seperti itu.

"Afa? Dari tadi? Kok, gak kabarin kalau mau kesini?" Seketika sosok Zaka, pegaiwainya itu terkaget melihat dirinya mematung di pintu dapur saat dia membukanya. Yuna yang mendengar keributan kecil juga ikut mencari tahu.

"Astagfirullah, neng Afa. Baru kesini, lama banget? Kedai rasanya sepi gak ada neng tau." Suara Yuna tiba-tiba menghentikan Afra akan menjawab pertanyaan Zaka.

Seketika meja dapur menjadi bising karena mereka berbincang banyak di temani minuman Mococala coklat dingin kesukaan Afra yang baru di buatkan Zaka khusus untuknya. dan Afra hampir lupa tujuannya kemari hanya untuk Shalat, dia harus pergi setelahnya.

"Aku ke ruang kerja, mau sholat. Maaf gak bisa lama di sini, habis ini mau berangkat lagi soalnya." Afra berdiri dan menatap ketiga pegawainya. Anggukan dan jawaban ketiga orang di depannya, membuatnya bergegas ke ruang kerja.

Setelah selesai melaksanakan sholat dia bergegas keluar dari ruangan kerjannya menuju meja kasir tempat dia meletakkan belanjaannya tadi. Ketiga pegawainya kembali sibuk melayani pengunjung kedai yang cukup padat hari ini. Susah berpamitan pada ketiga pegaiwainya, dia mencari kertas dan menulikan kata,

"Maaf gak sempat pamit ke kalian, soalnya semua sibuk. Aku pergi, assalamualaikum."

Tidak ingin menanggu lama. Dia segera berjalan ke pintu keluar kedai, tapi tertahan melihat sosok yang baru saja masuk membuatnya mati kutu di tempat. Sosok itu tersenyum cerah mengalahkan matahari panas di luar yang sangat menyilaukan mata.

"Kak Ziran? Nga-ngapain di sini?" Cukup gugup bertemu langsung seperti ini. Tangannya meremas kantung boneka, mencoba tersenyum meski kaku.

"Nyariin kamu." Ziran tersenyum semakin lebar. "Akhirnya dapat. Tadi aku telfon, nomor kamu gak aktif."

Afra baru saja ingin membalas. Tapi suara pekikan dari dalam kedai membuatnya menoleh ke samping. Sosok cewek berambut lurus terus menatap ke arah Ziran penuh minat. Huh, ternyata pesona lelaki itu tidak bisa di bantah. Bukan hanya satu gadis, hampir semua gadis dalam kedai seperti itu.

Buru-buru Afra menatap serius Ziran yang tidak bergeming untuk menurunkan kadar kemanisan senyumannya. Sepertinya, dia tidak sadar di perhatikan banyak gadis, tatapan hangatnya hanya lurus teruntuk Afra.

"Ayo keluar. Dan, yah. Bisakah kak Ziran tidak tersenyum begitu? Gak liat kakak jadi pusat perhatian banyak gadis di sini?" Oh tidak! nada suara Afra sedikit ketus mengatakan itu.

Wajah tampan itu berubah total menatap ekspresi gadis di depannya yang terlihat seperti sedang CEMBURU?

Seketika senyum manis Ziran menjadi senyum mengoda. "Apa kamu ... Cemburu?"

Mata Afra melotot dan seketika berubah datar. Oh ayolah, tadi dia hanya refleks! "Tidak!"

Afra menerobos keluar kedai dengan pikiran kacau! Memalukan! Astaga mukanya pasti merah. Kenapa dia bisa bertingkah begitu? Dia belum menjadi bagian berarti di kehidupan Ziran tapi kenapa dia susah memiliki rasa itu? Cemburu? Astagfirullah, otaknya harus di cuci agar suci kembali.

Beristigfar beberapa kali baru membuat hatinya sedikit lebih tenang. Memejamkan mata sejenak, dia bersardar pada pohon mangga tidak jauh dari kedainya.

"Aku antar, kamu mau kemana?" Langsung bangkit dari sandaran, dia menatap horor ke orang yang membuatnya jantungan mendengar suaranya.

"Hum ... Gak usah kak, aku naik taksi saja."

"Tidak. Aku yang akan mengantar. Ayo!" Belanjaanya di ambil paksa dari tangan Afra, membawanya menuju mobil hitam di depan sana.

Afra mengejar dan menarik kantong di tangan kanan Ziran. " Balikin, Kak. Aku bisa pergi sendiri." Tatapan hangat itu lenyap dan berganti tajam.

"Tidak."

"Balikin gak kak, aku teriak nih?"

"Silahkan."

"Please kak, balikin. Serius aku bisa pergi sendiri."

"Tidak tetap tidak, Afra."

"Kak ... "

"Aku memaksa. Titik!"

Perdebatan berujung pada kemenangan Ziran. Sekarang mereka ada dalam mobil milik lelaki itu, berangkat ke tempat tujuan Afra. Jangan tanya bagaimana kesalnya Afra. Wajahnya memarah dan muka di tekuk muram. Apalagi saat mendengar tawa kemenangan Ziran di sampingnya, seperti ada asap panas meluap-luap di kepala. Afra yang tidak suka di paksa dan Ziran yang hobi memaksa!

Sifat keduanya adalah paket comlited limited edition.

"Masih kesal sama aku?"

"Sedikit." Cuek nadanya menjawab. Afra memilih menyibukkan diri dengan ponsel miliknya.

Tring ting

Nada notifikasi ponsel Afra, pertanda ada pesan yang masuk di app Whatsapp-nya. Dari Abika, salah satu teman SMA-nya sampai sekarang. Mereka memiliki hobi yang sama, suka Travel dan Berpetualang.

 

"Km ada di mana, Fra? Blh ketemu?"

 

Suasana hatinya sedikit membaik menerima pesan dari, Bika. Dia tersenyum kecil dan mulai mengetik balasan.

"Di manapun hatiku senang. Boleh, tpi tidak hari ini."

Dia tersenyum kecil membaca pesanya yang telah di baca oleh lawan chatnya.

 

"Serius??? Boleh, dong aku dtng bertamu di hatimu? Oke, besok kita ketemu di tempat biasa ^_^"

 

Selalu saja menggombal. Afra selalu jengah ketika Bika menjadi cowok agresif lagi, senyumnya kembali hilang.

"Oke!"

Dia putuskan mengakhiri pesan itu dengan singkat dan jelas.

"Pacar kamu?"

"Astaga Ular Naga! Ih, kak Ziran! Ngagetin aja! Kepo!."

Dia mendapati Ziran ada dekat dengan jaraknya, mobilnya sudah terparkir di pinggir jalan dan Afra tidak sadar. Ziran menguntik isi pesannya tadi dengan Bika. Apa orang ini tidak tau yang namanya, PRIVASI!

"Oh, jadi benar pacar kamu. Putusin gih, calon suami kamu cemburu." Tak ada beban lelaki itu berkata seperti itu. Tapi dampaknya ke Afra, mukanya seketika bersemu merah.

"Apasih, ayo kak cepat jalanin mobilnya." Afra memalingkan wajah ke arah samping, menatap jalanan di depannya. Afra tidak mendengar jawaban dari samping dan tidak mau juga berbalik melihat. Hanya mobil mereka telah kembali melaju sedang di jalan.

"Marah, yah?"

"Sedikit."

Hais, satu lagi sifat menyebalkan seorang Ziran Algaza, suka mengocopy ucapannya. Dia tidak membalas lagi, nanti makin panjang ceritanya, afra menatap jalan saja. Percakapan terahir mereka hanya begini.

"Arah mana?"

"Di perempatan nanti, belok kiri."

Kemudian,

Hening

Afra melirik sesekali pada Ziran kemudian menatap jalan lagi. Begitu terus sampai Afra pasrah bertingkah seperti anak kecil begini. Sejak dia tidak menjelaskan sebenarnya siapa Bika itu padanya? Ziran memilih menutup dua telinganya dengan Headset hitamnya. Ziran lebih asik komat-kamit tanpa suara mengikuti apa yang terdengar di headset itu.

Berani, dia mencabut salah satu headset di telinga Ziran dan mendengarkannya.

Subhanallah ...

Ingin rasanya dia menangis sedih karena tersentuh. Lelaki itu sedang asik mendengarkan murotal Alquran surah An-Nisa, mengikutinya dengan gerakan bibir. Pelan-pelan, Lelaki itu berbalik menatapnya dengan senyuman hangat yang di sukainya karena sangat menawan.

"Aku bermimpi, suatu hari nanti kau akan tersentuh melihat perjuanganku untukmu. Aku ... Bukanlah lelaki yang sempurna. Aku bahkan tidak paham agama apalagi sering mendengarkan Alquran. Tapi Allah mempertemukanku denganmu. Lewat kamu, aku berjuang keras untuk menjadi imam terbaik dunia dan akhiratmu. Kamu maukan menunggu saat hari itu tiba?"

Entah kapan air matanya meleleh seperti larva panas. "Ya Allah, apakah ini jodoh terbaik yang engkau janjikan untukku? Jika ia, aku sangat mensyukurinya. Lelaki yang berjuang untuk mendapatkannya dengan banyak pengorbanan, dialah Muhammad Ziran Algaza. Calon Suaminya."

"Aku menunggu, maka datanglah." Pilihan menikah dengan Ziran untuk masa depannya, pasti sudah benar.

-To Be Continue-

Terpopuler

Comments

¥Dayu~~

¥Dayu~~

tak apa tak sempurna, yg penting selalu ada. eaaa😂😂

Semangat kak

2020-07-17

0

Rabaniyasa

Rabaniyasa

cie ada yg cemburu nih .

2020-06-04

2

Gek Nanie

Gek Nanie

disini juga hadir...

2020-06-02

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 : LAMARAN UNTUK AFRA
2 BAB 2 : PERMINTAAN
3 BAB 3 : BUKAN LELAKI SEMPURNA!
4 BAB 4 : LICIK!
5 BAB 5 : DOA AFRA
6 BAB 6 : BAHAGIA YANG PERGI
7 BAB 7 : TRAGEDI
8 BAB 8 : TEMUKAN AFRA!
9 BAB 9 : MEREKA?
10 BAB 10 : ALKI KIHALMID
11 BAB 11 : JATUH HATI
12 BAB 12 : IJAB QOBUL
13 BAB 13 : KEKASIH HALAL
14 BAB 14 : ALASAN
15 BAB 15 : PERTEMUAN
16 BAB 16 : MARAH TAPI ROMANTIS
17 BAB 17 : KAKAK IPAR
18 BAB 18 : RENCANA
19 BAB 19 : DEAL!
20 BAB 20 : UNGKAPAN
21 BAB 21 : MOMENT
22 BAB 22 : KANTOR
23 BAB 23 : ARDIANO
24 BAB 24 : MAKAN MALAM
25 BAB 25 : MENIKMATI SENJA
26 BAB 26 : TAK SENGAJA
27 BAB 27 : MENGHINDAR
28 BAB 28 : PENCULIKAN
29 BAB 29 : PELAKU
30 BAB 30 : SATU KESEMPATAN
31 BAB 31 : ZIRAN (1)
32 BAB 32 : ZIRAN (2)
33 BAB 33 : WAKTU ITU (1)
34 BAB 34 : WAKTU ITU (2)
35 BAB 35 : WAKTU ITU (3)
36 BAB 36 : JUJUR
37 BAB 37 : KEBERSAMAAN
38 BAB 38 : PENJELASAN
39 BAB 39 : KIKI DAN ZANIRA
40 BAB 40 : BIDADARI SURGAKU
41 BAB 41 : FIRASAT
42 BAB 42 : GELISAH
43 BAB 43 : HAL BURUK
44 BAB 44 : KECELAKAAN
45 BAB 45 : RUMAH SAKIT
46 BAB 46 : UJIAN
47 BAB 47 : BERTINDAK ANEH
48 BAB 48 : KETAKUTAN
49 BAB 49 : MENGEJUTKAN
50 BAB 50 : PENDONOR
51 BAB 51 : KOMA
52 BAB 52 : PAMIT
53 BAB 53 : MENGEMBALIKAN
54 BAB 54 : HAFALAN TERAKHIR
55 BAB 55 : LUPAKAN MASALALU!
56 BAB 56 : EPILOG
57 PART OF AUTHOR
Episodes

Updated 57 Episodes

1
BAB 1 : LAMARAN UNTUK AFRA
2
BAB 2 : PERMINTAAN
3
BAB 3 : BUKAN LELAKI SEMPURNA!
4
BAB 4 : LICIK!
5
BAB 5 : DOA AFRA
6
BAB 6 : BAHAGIA YANG PERGI
7
BAB 7 : TRAGEDI
8
BAB 8 : TEMUKAN AFRA!
9
BAB 9 : MEREKA?
10
BAB 10 : ALKI KIHALMID
11
BAB 11 : JATUH HATI
12
BAB 12 : IJAB QOBUL
13
BAB 13 : KEKASIH HALAL
14
BAB 14 : ALASAN
15
BAB 15 : PERTEMUAN
16
BAB 16 : MARAH TAPI ROMANTIS
17
BAB 17 : KAKAK IPAR
18
BAB 18 : RENCANA
19
BAB 19 : DEAL!
20
BAB 20 : UNGKAPAN
21
BAB 21 : MOMENT
22
BAB 22 : KANTOR
23
BAB 23 : ARDIANO
24
BAB 24 : MAKAN MALAM
25
BAB 25 : MENIKMATI SENJA
26
BAB 26 : TAK SENGAJA
27
BAB 27 : MENGHINDAR
28
BAB 28 : PENCULIKAN
29
BAB 29 : PELAKU
30
BAB 30 : SATU KESEMPATAN
31
BAB 31 : ZIRAN (1)
32
BAB 32 : ZIRAN (2)
33
BAB 33 : WAKTU ITU (1)
34
BAB 34 : WAKTU ITU (2)
35
BAB 35 : WAKTU ITU (3)
36
BAB 36 : JUJUR
37
BAB 37 : KEBERSAMAAN
38
BAB 38 : PENJELASAN
39
BAB 39 : KIKI DAN ZANIRA
40
BAB 40 : BIDADARI SURGAKU
41
BAB 41 : FIRASAT
42
BAB 42 : GELISAH
43
BAB 43 : HAL BURUK
44
BAB 44 : KECELAKAAN
45
BAB 45 : RUMAH SAKIT
46
BAB 46 : UJIAN
47
BAB 47 : BERTINDAK ANEH
48
BAB 48 : KETAKUTAN
49
BAB 49 : MENGEJUTKAN
50
BAB 50 : PENDONOR
51
BAB 51 : KOMA
52
BAB 52 : PAMIT
53
BAB 53 : MENGEMBALIKAN
54
BAB 54 : HAFALAN TERAKHIR
55
BAB 55 : LUPAKAN MASALALU!
56
BAB 56 : EPILOG
57
PART OF AUTHOR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!