Mang Diman menurunkan Haifa di depan lobby kantor.
“Mang, bagaimana ini? Haifa harus bilang apa kepada mereka?” tanya Haifa yang kebingungan melihat kantor Pak Broto dan kantor Wisnu yang cukup besar.
“Bilang saja kamu disuruh Ibu Deswita mengantarkan makanan untuk Pak Broto dan Den Wisnu,” jawab Mang Diman.
“Bilang juga kalau kamu itu asisten rumah tangga baru, jadi belum tahu ruangan Pak Broto dan Wisnu,” kata Mang Diman lagi.
“Baik, Mang, " jawab Haifa.
Haifa pun turun dari mobil lalu masuk ke dalam gedung. Lobby kantor nampak sepi, tidak ada tamu yang sedang menunggu. Seorang petugas resepsionis menegurnya.
“Mau ketemu siapa, Dik?” tanya Ira petugas resepsionis.
Haifa mendekati Ira yang sedang duduk di meja resepsionis.
“Saya disuruh Ibu Deswita mengantarkan makanan untuk Den Wisnu dan Pak Broto,” jawab Haifa.
“Oh…biasanya diatar oleh supir, tapi sekarang diantar asisten rumah tangga,” kata Ira.
Haifa hanya tersenyum menanggapinya.
“Sebentar, ya.”
Ira mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Tiba-tiba Ira tersenyum. Ira melambaikan tangannya kepada seseorang.
“Zul….Zulkifli!” Ira memanggil seseorang.
Seorang laki-laki muda berpakaian office boy datang menghampiri Ira.
“Ada apa, Mbak?” tanya Zulkifli.
“Tolong antarkan rantang makanan ke Pak Broto dan Pak Wisnu,” jawab Ira.
Zulkifli beralih ke Haifa.
“Sini Mbak, biar saya yang antarkan rantangnya,” kata Zulkifli kepada Haifa.
“Jangan, Mas! Saya disuruh Ibu Deswita mengantar sampai ke ruangan Pak Broto dan Den Wisnu,” ujar Haifa.
“Sama saja, Zulkifli juga mengantar sampai ke ruangan Pak Broto dan Pak Wisnu. Nggak kemana-mana dulu kok,” sahut Ira.
“Beda, Mbak. Karena saya harus memastikan Den Wisnu memakan makanannya,” jawab Haifa.
“Ribet amat, sih. Memangnya makanannya tidak enak, ya? Sampai harus dipastikan dimakan atau tidak,” ujar Ira.
“Saya tidak tau, Mbak. Soalnya bukan Bi Nani yang memasak. Biasanya Bi Nani yang memasak makanan untuk Pak Broto dan Den Wisnu,” jawab Haifa.
“Lagi pula nggak ribet, kok. Mbak Ira dan Mas Zulkifli tinggal beritahu dimana ruangan Pak Broto dan Den Wisnu. Biar saya yang ke sana sendiri,” kata Haifah.
Ira menghela nafas, percuma melawan Haifa, karena bagaimanapun juga Haifa menjalankan perintah Ibu Deswita yaitu istri bosnya.
“Ya sudah, biar Zulkifli yang mengantarkanmu ke ruangan Pak Broto dan Pak Wisnu,” kata Ira dengan mengalah.
“Zul, anterin dia ke ruangan Pak Broto dan Pak Wisnu,” kata Ira.
“Siap, Mbak,” jawab Zulfikli.
“Ayo Mbak, ikuti saya.” Zulfikli berjalan menuju ke liff.
Haifa pun mengikuti Zulfikli menuju ke liff.
“Mau diantar ke ruangan siapa dulu?” tanya Zulfikli yang sudah siap-siap hendak memencet tombol floor.
“Ke ruangan Pak Broto dulu,” jawab Haifa.
Zulfikli memencet angka tujuh lalu liff pun bergerak ke atas. Akhirnya mereka sampai ke lantai tujuh. Zulfikli dan Haifa keluar dari liff. Lantai tujuh cukup luas karena tidak banyak ruangan hanya ada dua ruangan yaitu ruang rapat dan ruang pimpinan. Suasananya juga sepi tidak seperti di lantai dasar yang sedikit ramai. Mungkin karena di lantai tujuh ruangan khusus pimpinan jadi jarang orang yang datang ke lantai tujuh.
Zulkifli menghampiri seorang wanita cantik yang sedang duduk di depan meja kerja.
“Mbak Maya, ini ada yang mengantarkan makan Pak Broto,” kata Zulfikli kepada wanita itu.
“Oh, taruh di sini saja! Nanti saya antar ke Bapak, soalnya Bapak sedang menerima telepon,” kata Maya.
Haifa menaruh rantang makanan untuk Pak Broto di atas meja kerja Maya.
“Titip ya, Mbak,” kata Haifa kepada Maya.
“Iya,” jawab Maya.
“Sekarang kita ke ruangan Pak Wisnu,” kata Zulfikli.
“Sebetulnya ruangan Pak Wisnu hanya turun satu lantai, tapi kita turunnya naik liff saja,” kata Zulkifli ketika menuju ke liff.
“Kenapa tidak turun lewat tangga saja? Tanggung cuma turun satu lantai saja,” tanya Haifa.
“Nggak apa-apa, mumpung liffnya kosong,” jawab Zulfikli.
Zulfikli memencet tombol masuk liff dan liff pun langsung terbuka.
“Tuh benarkan apa kata saya, liffnya kosong. Buktinya liff masih di sini belum ada yang menggunakan lagi,” kata Zulfikli.
Mereka pun masuk ke dalam liff dan liff pun bergerak turun ke lantai enam. Setelah sampai di lantai enam pintu liff pun terbuka. Di lantai enam ruangannya cukup banyak, ini terlihat dari banyak pintu di ruangan itu dan ada satu meja di depan ruangan, mungkin itu meja para sekretaris.
Zulfikli mengajak Haifa ke suatu ruangan yang berada di ujung lantai ini. Zulfikli menghampiri seorang wanita yang duduk di meja yang berada di depan ruangan itu.
“Mbak Rita, Pak Wisnu ada?” tanya Zufikli.
“Ada, kenapa gitu?” tanya Rita.
“Ini ada asisten rumah tangga yang di suruh Ibu Deswita untuk mengantarkan makan,” jawab Zulfikli.
“Oh..ya sudah simpan saja di meja. Nanti saya berikan ke Pak Wisnu,” kata Rita.
“Saya harus mengantarkan langsung ke Den Wisnu dan harus memastikan kalau Den Wisnu memakannya atau tidak,” kata Haifa.
Mendengar perkataan Haifa, Rita kaget. Tidak biasanya Ibu Deswita menyuruh seperti itu. Biasanya juga supir Ibu Deswita hanya mengantarkan makanan sampai di meja Rita tak perlu diantar sampai ke ruangan Pak Wisnu.
“Sebentar saya lihat dulu, Pak Wisnu sibuk atau tidak.” Rita berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan menuju ke ruangan Wisnu.
Rita mengetuk pintu ruangan Wisnu.
“Masuk.” Terdengar sura Wisnu dari dalam ruangan.
Rita membuka pintu ruangan Wisnu.
“Pak ada asisten rumah tangga yang di suruh Ibu Deswita untuk mengantarkan makanan,” kata Rita.
Wisnu yang sedang sibuk dengan laptopnya lalu mengalihkan pandangannya ke Rita.
“Suruh dia masuk!” seru Wisnu.
“Dik, disuruh masuk sama Pak Wisnu,” kata Rita kepada Haifa.
“Mas Zulfikli, terima kasih sudah mengantarkan saya,” ucap Haifa.
“Sama-sama, Mbak,” jawab Zulfikli.
Haifa pun masuk ke dalam ruangan Wisnu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
safik🆘𝕱𝖘 ᶯᵗ⃝🐍
gimana ya gimana
2022-05-06
1
Bunda Desire
lanjut, thor
2022-05-04
1
Caper
next
2022-03-23
1