Malam harinya Ibu Euis menceritakan kepada suaminya tentang niat Bi Nani yang ingin menjodohkan Haifa dengan Wisnu anak majikannya.
Pak Yayat menghela nafas lalu mengalihkan pandangannya kepada Haifa.
“Kamu mau dijodohkan dengan Den Wisnu?” tanya Pak Yayat.
“Ya, nggak lah, Pak. Haifa kan belum kenal dengan Den Wisnu. Haifa belum tau orangnya seperti apa? dan sifatnya bagaimana?” jawab Haifa.
“Lagipula Den Wisnu punya penyakit jantung. Nanti kalau dia meninggal Haifa bagaimana?” kata Haifa.
“Haifa maut, jodoh dan rejeki sudah ada yang ngatur. Kita tidak tau kapan maut akan menjemput kita. Kalau kamu menikah dengan Syaiful tidak ada jaminan ia akan berumur panjang. Bisa saja setelah kalian menikah Syaiful tabrakan lalu meninggal,” jawab Ibu Euis.
“Kok Mamah ngomongnya begitu, sih? Doain yang enggak-enggak,” protes Haifa.
“Bukan doain yang enggak-enggak. Maksud Mamah walaupun kamu menikah dengan orang yang sehat sekalipun belum tentu ada jaminan dia berumur panjang. Jangan suka menganggap remeh orang lain!” kata Ibu Euis.
Melihat mulai ada ketegangan antara Ibu Euis dan Haifah, Pak Yayat menengahi.
“Sudah! Daripada penasaran lebih baik Haifa ikut Bi Nani ke Jakarta. Siapa tau di sana bisa mendapatkan pekerjaan sekalian melihat Den Wisnu dari dekat. Jadi Haifa bisa menilai Den Wisnu itu seperti apa?” kata Pak Yayat.
“Nah, bener apa kata Bapakmu. Kan nggak ada salahnya kamu kenalan dengan Den Wisnu, siapa tau dia jatuh cinta padamu,” sahut Ibu Euis.
“Tapi harus dibarengi dengan sholat istikharah, minta petunjuk apakah pilihanmu benar atau tidak,” kata Pak Yayat.
Haifa berpikir sejenak.
Haruskan aku ke Jakarta untuk menemuinya? Tanya Haifah di dalam hati.
.
.
.
Haifa akhirnya membulatkan tekadnya untuk ikut bersama dengan Bibi dan Pamannya ke Jakarta. Siapa tau di Jakarta Haifa bisa mendapatkan pekerjaan.
Mereka berangkat dari Sumedang sebelum adzan subuh dengan menggunakan mobil milik majikannya. Majikan Bi Nani selalu meminjamkan mobilnya ketika Bi Nani dan Mang Diman pulang ke kampung. Mereka sampai di Jakarta pukul sepuluh pagi.
Mobil yang di kendarai Mang Diman memasuki sebuah rumah yang besar, megah dan mewah. Halaman rumah itu cukup luas. Haifa terkagum-kagum memandangi rumah itu dari dalam mobil. Hingga tak terasa mobil yang di kendarai Mang Diman berhenti di depan garasi.
“Ayo, Fa kita turun,” ajak Bi Nani.
Bi Nani turun dari mobil. Haifa juga ikut turun dari mobil.
“Tasnya dibawa turun, Fa!” seru Bi Nani.
Haifa mengikuti perintah Bi Nani. Bi Nani masuk ke dalam rumah melalui garasi mobil, Haifa mengikuti dari belakang.
“Tasnya taruh di sini dulu, Fa. Nanti sore kalau pekerjaan Bibi sudah selesai kita baru pulang ke rumah Bibi,” kata Bi Nani sambil menyimpan barang-barangnya di lorong sebelah dapur.
Haifa menaruh barang bawaannya di dekat barang-barang milik Bibinya.
“Ayo ikut Bibi, kita ketemu dengan Ibu Deswita dulu.” Bi Nani menarik tangan Haifa.
Haifa mengikuti Bibinya dari belakang.Bi Nani masuk ke dalam rumah menuju ke ruang keluarga. Kemudian Bi Nani mendekati wanita lanjut usia yang sedang menonton televisi.
“Assalamuaikum,” ucap Bi Nani.
Wanita itu menoleh ke arah Bi Nani.
“Waalaikumsalam. Sudah pulang Bi?” tanya Ibu Deswita.
“Sudah, Bu,” jawab Bi Nani.
Wanita itu melihat ke arah Haifa yang berdiri di belakang Bibinya.
“Itu siapa, Bi?” tanya Ibu Deswita sambil menunjuk ke arah Haifa.
“Ini keponakan saya, Bu. Namanya Haifa. Dia sedang mencari pekerjaan, Bu,” jawab Bi Nani.
Ibu Deswita memperhatikan Haifa mulai dari atas sampai ke bawah. Haifa menggunakan kemeja lengan panjang dan celana jeans serta kerudung segi empat yang kedua ujungnya dibiarkan memanjang untuk menutupi dadanya.
Wajahnya hanya diberi sentuhan bedak tipis-tipis. Bibirnya tidak menggunakan liptik sama sekali. Penampilan Haifa benar-benar sederhana.
“Cantik,” puji Ibu Deswita.
“Berapa usianya?” tanya Ibu Deswita.
“Delapan belas tahun, Bu. Baru lulus SMA,” jawab Bi Nani.
“Masih muda juga, ya,” kata Ibu Deswita.
“Haifa mau kerja apa?” tanya Ibu Deswita.
“Apa saja, Bu. Yang penting halal,” jawab Haifa.
“Sebelum kami mendapatkan pekerjaan. Kamu kerja di sini dulu aja, bantu-bantu Bibimu dan asisten rumah tangga yang lainnya,” kata Ibu Deswita.
“Mau, nggak?” tanya Ibu Deswita.
“Mau, Bu,” jawab Haifa.
“Syukurlah kalau kau mau,” ucap Ibu Deswita.
“Bi Nani, tolong antar Haifa ke kamarnya, ya!” seru Ibu Deswita.
“Baik, Bu.” Bi Nanipun mengajak Haifa ke kamarnya.
Haifa membawa tasnya yang ia taruh di lorong dekat dapur, Setelah itu Bi Nani mengajak Haifa ke kamar khusus para asisten rumah tangga yang berada di samping dapur.
“Kamu tidur di sini. Kalau kamu ikut tidur di rumah Bibi nanti kalau tiba-tiba Ibu Deswita membutuhkanmu bagaimana?” kata Bi Nani menjelaskan kepada Haifa.
“Nggak apa-apa kok, Bi,” kata Haifa.
“Bi Nani!” panggil Ibu Deswita.
“Ya, Bu,” jawab Bi Nani ketika Bi Nani keluar dari kamar Haifa ternyata Ibu Deswita menongolkan kepalanya dari dapur.
“Bi Nani ajak Haifanya ke sini!” seru Ibu Deswita dari pintu dapur.
“Baik, Bu.”
Bi Nani masuk kembali ke kamar Haifa.
“Fa, disuruh Ibu Deswita ke dapur!” seru Bi Nani.
Haifapun mengikuti Bi Nani ke dapur. Di dapur ada Ibu Deswita yang sedang menyusun rantang di atas meja.
“Mulai hari ini pekerjaanmu mengantarkan makan siang Wisnu dan Pak Broto ke kantor, kecuali kalau mereka ada tamu atau makan siang dengan tamu atau ada rapat tidak usah diantarkan makanan,” kata Ibu Deswita.
“Baik, Bu,” jawab Haifa.
“Dan tolong pastikan anak saya Wisnu sudah meminum obatnya,” kata Ibu Deswita.
“Baik, Bu,” jawab Haifa lagi.
“Sekarang kamu masuk-masukkan makanannya ke dalam rantang!” kata Ibu Deswita.
“Baik, Bu.” Haifa mulai memasukkan lauk pauk ke dalam rantang yang sudah disediakan Ibu Deswita.
Setelah makan siang untuk Pak Broto dan Wisnu sudah siap, Haifapun bersiap-siap untuk ke kantor.
“Makanan untuk suami saya kamu berikan saja ke sekretarisnya. Makanan untuk Wisnu kamu harus mengantarkannya sampai ke ruangan Wisnu dan pastikan dia memakan makan siangnya dan meminum obatnya! Mengerti kamu?” kata Ibu Deswita.
“Ya, Bu. Saya mengerti,” jawab Haifa.
“Ya, sudah sekarang kamu berangkat ke kantor diantar Mang Diman!” seru Ibu Deswita.
“Baik, Bu.” Haifapun membawa kedua rantang tersebut ke depan rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Agustina Kusuma Dewi
akhirnay menclok yg ke-3 dr story othor.. almira, rafa.. n kesini skrg..
semangat
2022-05-27
1
Fitri
semangat Wira menuju halal 🤗 kk mantaf 😘😘
2022-05-10
1
safik🆘𝕱𝖘 ᶯᵗ⃝🐍
didekatkan sm calon mertua🤭🤭
2022-05-06
1