Hari semakin siang
Aida tidak menampakkan dirinya, Aida lebih memilih beristirahat di dalam kamar miliknya. Bi Yanti kembali membangunkan Aida saat makan siang. Namun lagi-lagi Aida menolak untuk melakukan makan siang.
Di tempat lain
Saat perjalanan pulang menuju ke rumah Mama Ratih merasa gelisah memikirkan Aida. Dari semalam Mama Ratih tidak bisa tidur nyenyak. Mengingat kondisi Aida pada saat hujan turun dan petir menyambar guntur menggelegar Aida akan merasa ketakutan.
"Ma. Cobalah tenangkan diri mu! Papa sudah muak melihat tingkah laku Mama yang terus-menerus menghawatirkan keadaan Aida. Mama tau kan di rumah ada Bi Yanti yang pastinya akan menjaga Aida dengan baik" Bentak Papa Abidzar dengan merangkul tubuh Mama Ratih dari samping
"Pa... Papa tidak tahu soal Aida! Mama... Mama yang tahu segala-gala nya tentang anak Mama" Ucap Mama Ratih dengan mengelus dada miliknya dan menarik nafasnya dengan perlahan lalu mengeluarkannya
"Iya. Sebentar lagi kita akan sampai" Jawab Papa Abidzar mengelus punggung Mama Ratih
Dari hotel tempat penginapan Papa Abidzar dan Mama Ratih membutuhkan waktu berjam-jam untuk sampai di rumah.
Saat mobil yang di tumpangi mereka sudah sampai. Mama Ratih segera berlari menuju ke dalam rumah tersebut. Sedangkan Papa Abidzar hanya menggelengkan kepalanya saja melihat kelakuan sang Istri.
"Astaga... Apa yang dia pikirkan sehingga bertingkah laku seperti itu" Ucap Papa Abidzar segera masuk ke dalam rumah
Di detik berikutnya
Terdengar teriakan Mama Ratih yang membuat seluruh orang di buat terkejut.
"Sayang ada apa?" Tanya Papa Abidzar segera berlari menuju ke asal suara Mama Ratih yang berada di dalam kamar Aida
"Nyonya" Panggil Bi Yanti saat sudah berada di dalam kamar Aida
"Ma. Ada apa?" Tanya Papa Abidzar terbata-bata saat masuk ke dalam kamar Aida
"Aida, Pa. Aida" Jawab Mama Ratih dengan menepuk-tepuk wajah Aida yang begitu pucat
"Ada apa dengan anakku?" Tanya Papa Abidzar yang tidak mengerti
"Aida..." Jawab Mama Ratih yang sudah tidak bisa berkata-kata lagi dan menangis
Papa Abidzar segera naik ke atas tempat tidur dan mengangkat tubuh Aida. Namun tidak ada respon dari Aida. Papa Abidzar menepuk-tepuk wajah Aida dan memanggil namanya. Lagi-lagi tidak ada respon dari Aida.
"Pa. Kita harus membawa Aida ke rumah sakit, Pa!" Perintah Mama Ratih
"Iya Ma" Jawab Papa Abidzar segera menggendong Aida dan turun ke lantai bawah
Dengan cekatan Bi Yanti segera memerintahkan Pak Ilan untuk menyiapkan mobil.
Sesampainya di rumah sakit
Dokter yang menangani Aida sudah keluar dari ruang periksa.
"Bagaimana?" Tanya Papa Abidzar yang sudah menghadang Dokter tersebut di depan pintu
"Hm... Putri Bapak hanya mengalami syok berat" Jawab Dokter tersebut dengan menepuk pundak Papa Abidzar
"Apa hanya itu saja dan tidak ada hal lain yang membuat dirinya...?" Tanya Mama Ratih terbata-bata dan segera Papa Abidzar memeluknya
"Kau terlalu menghawatirkan Aida, Sayang. Sudahlah jangan terlalu berlebih-lebihan" Jawab Papa Abidzar melepaskan pelukannya dan segera menghapus air mata milik Mama Ratih
"Aku tidak akan meninggalkan dirinya saat hujan turun" Ucap Mama Ratih dengan tersenyum
"Kau ini terlalu mempedulikan Aida! Bahkan kau sampai lupa memiliki dua anak yang lainnya" Jawab Papa Abidzar dengan membalas senyuman Mama Ratih
"Dok. Apa kita boleh masuk ke dalam?" Tanya Mama Ratih
"Silahkan" Jawab Dokter tersebut dan segera pergi dari hadapan mereka
"Sayang..." Panggil Mama Ratih saat sudah masuk ke dalam melihat wajah Aida yang begitu lemah
"Mama" Ucap Aida dengan merentangkan tangan miliknya. Agar mendapatkan sebuah pelukan dari Mama Ratih
"Sayang. Tenanglah Mama ada di sini untuk mu, Nak" Jawab Mama Ratih segera memeluk Aida dan mencium keningnya
Tak terasa air mata Aida mengalir begitu saja. Susah untuk mengungkapkan dan menjelaskan kepada Papa dan Mama tentang semalam Zayn yang sudah memperkosa dirinya.
"Mengapa mulut ini serasa di kunci. Aku tidak bisa mengucap sepatah katapun yang keluar dari dalam mulut ku ini" Ucap batin Aida dengan melihat wajah Mama Ratih dan sesekali melirik ke arah wajah Papa Abidzar yang berada tak jauh darinya
"Apa kau ingin berbicara sesuatu?" Tanya Papa Abidzar dengan melihat wajah Aida
"Tidak" Jawab Aida memalingkan wajahnya
"Lalu kenapa kau tidak mau makan?" Tanya Papa Abidzar dengan mengusap kepala Aida
"Aku tidak berselera untuk makan" Jawab Aida
"Tring..." Suara bunyi ponsel milik Papa Abidzar
"Pa. Apa Papa melupakan sesuatu?" Tanya Yasrul dalam telepon tersebut
"Ya. Apa itu katakan, Yas?" Tanya Papa Abidzar balik
"Papa harus datang ke hotel sekarang juga! Lima belas menit lagi kita akan melakukan rapat dengan Pak Soni!" Jawab Yasrul
"Yas. Apa rapat itu sangat penting? Jika rapat itu tidak penting, maka kau sajalah yang menghadirinya. Papa ada di rumah sakit" Jawab Papa Abidzar menjelaskannya
"Siapa yang sakit?" Tanya Yasrul
"Aida" Jawab Papa Abidzar
Dan di menit berikutnya Yasrul segera mematikan sambungan telepon tersebut tanpa sepatah katapun.
"Kebiasaan" Umpat Papa Abidzar dengan melihat layar ponsel miliknya
"Ada apa sih, Pa?" Tanya Mama Ratih dengan lirih
"Yas..." Jawab Papa Abidzar segera duduk di sofa yang berada di dalam ruangan tersebut
"Kenapa?" Tanya Mama Ratih segera duduk di samping Papa Abidzar
"Seharusnya hari ini aku ada rapat dengan Pak Soni" Jawab Papa Abidzar
"Pergilah, Pa! Di sini sudah ada Mama yang menjagaku!" Perintah Aida dengan tersenyum
"Sayang... Kenapa kau jadi mengusir Papa, sih" Jawab Papa Abidzar dengan tersenyum dan segera duduk di pinggir tempat tidur Aida
"Baiklah Papa akan pergi. Tapi dengan satu syarat" Ucap Papa Abidzar dengan tersenyum
"Apa itu, Pa?" Tanya Aida dengan membelalakkan matanya
"Kau harus makan terlebih dahulu sebelum Papa pergi bekerja!" Perintah Papa Abidzar
"Jangan memaksa ku" Jawab Aida dengan membelakangi tubuh Papa Abidzar
"Maka dari itu jangan paksa aku untuk pergi bekerja" Ucap Papa Abidzar dengan menggelitik pinggang Aida
Aida segera meminta ampun agar Papa Abidzar menghentikan tindakannya tersebut. Dan Aida memutuskan untuk segera makan. Sudah beberapa sendok makan yang masuk ke dalam mulut Aida.
Papa Abidzar segera berdiri dari tempat duduknya dan meminta ciuman dari Aida. Aida langsung mencium pipi Papa Abidzar sebelah kiri. Lalu meninggalkan Aida dan Mama Ratih yang masih berada di rumah sakit.
"Untuk sesaat rasa sakit ini hilang. Entahlah bagaimana jika nanti mereka mengetahui masalah yang aku hadapi saat ini. Apakah mereka akan tetap tersenyum dan tertawa seperti saat ini. Jika salah satu anak dari mereka melukai anak yang lainnya. Pa... Ma... Aku harus bagaimana?" Ucap batin Aida menangis sesenggukan
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
💞 Lily Biru 💞
semangat kk
2022-03-24
0