Rey mendengarkan cerita Mala dengan seksama, dia menatap wajah gadis itu dengan lekat dan membuat Mala merasa canggung.
"Maafkan Arthur ya, dia memang begitu, aku akan bicara padanya agar tidak memecatmu." Ucap Rey setelah Mala menyelesaikan ceritanya
"Tidak perlu tuan, lagipula saya memang bersalah, saya ceroboh." Tolak Mala dengan lembut, dia menyadari akan kesalahannya.
"Kalau begitu saya permisi, terimakasih sudah mendengar cerita saya tuan Rey." Mala menundukan kepalanya sopan lalu dia meninggalkan Rey yang masih berdiri seraya memandangi kepergian gadis cantik itu.
"Gadis baik." Gumam Rey pelan, dia tersenyum sehingga menampakan kedua lesung pipinya.
Rey kembali ke ruangan Arthur dan Rafli sudah berada disana, wajahnya terlihat begitu panik.
"Anda dari mana saja?" Tanya Rafli setelah Rey masuk, Rey segera duduk dikursi kebesaran Arthur, sebenarnya Arthur sangat tidak suka jika barang-barangnya di sentuh orang lain, tapi hal itu tidak berlaku untuk Rey, karena mereka adalah orang yang sama dengan jiwa yang berbeda.
"Kenapa anda bisa keluar disiang hari?" Tanya Rafli heran, tak biasanya Rey keluar saat siang, Rey lebih aktiv dimalam hari, sehingga Arthur dan Rey membuat perjanjian tentang kemunculan mereka. Arthur sipemilik tubuh asli akan bangun saat siang hari untuk bekerja, sedangkan Rey akan keluar saat malam dan melakukan aktivitas favoritnya, melukis.
"Aku juga nggak tau Raf, tiba-tiba saja aku keluar, mungkin Arthur sedang lelah." Jawab Rey sambil mengangkat kedua bahunya
"Sepertinya dia akan segera bangun. Tolong katakan padanya untuk mempekerjakan kembali gadis Clening Service yang dia pecat, atau aku akan terus muncul disiang hari." Ancam Rey sebelum dia merasakan kepalanya begitu sakit, lalu dia tertidur, kepalanya tergeletak di atas meja kerjanya.
"Anda sudah bangun?" Ucap Rafli saat Arthur sedang memijat pangkal hidungnya.
"Siapa yang keluar kali ini Raf?"
"Rey tuan."
"Rey?" Gumam Arthur. "Berani sekali dia melanggar perjanjian yang sudah di sepakati." Geram Athur sembari menggebrak meja dihadapannya.
Rafli yang sudah terbiasa dengan temperamen buruk Arthur tidak terkejut sama sekali, dia hanya menghela nafas dengan kasar lalu memunguti barang-barang diatas meja yang berjatuhan.
"Dia bilang dia juga tidak tau akan keluar, atau mungkin ada sesuatu yang memancingnya keluar?" Ucapnya sambil membenahi meja kerja Arthur.
"Dia juga berpesan agar anda mempekerjakan kembali gadis Cleanig Service yang anda pecat pagi ini atau dia akan terus muncul disiang hari." Imbuh Rafli menyampaikan pesan dari Rey.
"Berani sekali parasit itu mengancamku." Arthur kembali memukul mejanya, sementara Rafli hanya menggelengkan kepalanya menyaksikan atasannya tengah mengatai dirinya sendiri.
*****
Mala segera pergi ke ruang HRD untuk mengambil gajinya, dengan gaji terakhir ini mungkin dia masih bisa mencukupi kebutuhan keluarganya seminggu kedepan, dia harus segera menemukan pekerjaan baru.
Setelah pulang Mala memutuskan untuk pergi ke rumah sahabatnya, bibinya akan curiga jika Mala pulang lebih awal dan Mala tidak ingin mendengar ocehan dari bibinya.
"Dipecat?" Teriak Lala, dia adalah sahabat baik Mala, mereka berteman semenjak Mala tinggal bersama paman dan bibinya karena kebetulan Lala tinggal di sebelah rumah pamannya. Karena bertetangga mereka akhirnya dekat dan bersahabat sampai sekarang.
"Hem." Jawab Mala singkat, dia merebahkan kepalanya di pangkuan Lala.
"Aku ceroboh, atasanku terpeleset dan jatuh, aku di maki habis-habisan." Jelas Mala sebelum Lala sempat bertanya.
"Terus kamu diem aja?"
"Aku nggak mau dipecat La!"
"Tapi kamu dipecat juga kan akhirnya."
Mala menggaruk pelipisnya dan tersenyum seperti orang bodoh "Iya juga si."
Lala menepuk keningnya sendiri melihat kelakuan sahabatnya itu.
Bagi Mala, Lala adalah pendengar terbaiknya, meskipun usia mereka sepantaran tapi Lala begitu dewasa, dia juga gadis yang begitu humoris sehingga Mala kerap kali menemui Lala saat suasana hatinya sedang tidak baik.
***
Mala pulang setelah hari beranjak sore, dia berharap bibinya tidak tau jika dia telah kehilangan pekerjaannya.
Mala sengaja membuka pintu dengan pelan, dia tidak ingin menarik perhatian kedua supupunya, Mala sangat enggan untuk bertemu mereka karena ujungnya mereka selalu saja berdebat dan Mala yang selalu disalahkan oleh bibinya.
Namun kali ini percuma saja, kedatangan Mala sudah ditunggu oleh sepupu laki-lakinya yang usianya lebih tua dari Mala.
"Bagi duit dong." Todong Sofyan, sepupu Mala yang merupakan anak tertua paman dan bibinya.
"Mala belum gajian."
"Lo mau bohongin gue." Bentak Sofyan lalu dia merebut paksa tas Mala.
Mala mencoba mempertahankan tas miliknya, tapi tenaganya kalah kuat, Sofyan mendorong Mala hingga terjatuh dan berhasil merebut tasnya.
"Ini apa namanya kalau bukan duit, dasar parasit nggak guna lo." Maki Sofyan, dia lalu menyeringai setelah menemukan uang pesangon Mala.
"Jangan kak itu uang untuk kebutuhan sehari-hati kita, paman juga kehabisan obat, Mala mohon kak kembalikan uang itu."Iba Mala, dia bersimpuh dilantai, berharap Sofyan akan mengembalikan uangnya, namun percumah,Sofyan malah masuk kedalam kamarnya.
"Dasar pengangguran tidak tau malu, kalian makan dari hasil kerja kerasku tapi kalian masih saja menyebutku parasit, kalianlah parasit yang sesungguhnya." Teriak Mala, habis sudah kesabarannya menghadapi sepupunya.
Sofyan yang mendengar teriakan Mala urung masuk kekamarnya, dia kembali menghampiri Mala dengan amarah diwajahnya.
"Apa lo bilang, lo udah bosen hidup ya." Bentak Sofyan sembari menjambak rambut Mala dan menariknya hingga Mala tersungkur dilantai.
"Lepasin." Pekik Mala menahan sakit, dia berusaha melepaskan tangan Sofyan dari rambutnya.
"Ada apa ini kenapa berisik sekali." Gerutu bi Ningsih yang baru saja keluar dari kamarnya karena suara gaduh di ruang tamu. Sofyan segera melepaskan rambut Mala saat melihat ibunya keluar.
"Mala menyebut kita parasit bu." Sofyan mengadu kepada ibunya sehingga membuat wanita itu naik pitam.
"Dasar anak tidak tau diri." Maki bi Ningsih, wanita paruh baya itu menatap Mala penuh kebencian.
"Kak Sofyan yang memulai bi, dia mengambil uang Mala, padahal uang itu untuk kebutuhan kita." Ucap Mala mencoba membela diri.
"Kamu kan bisa cari lagi uangnya, kenapa harus membuat keributan cuma karena Sofyan mengambil uangmu."
"Kamu tuh seharusnya sadar diri, kamu disini numpang, anggap saja kamu membayar biaya selama tinggal disini."
Mala menatap tajam Sofyan dan bibinya, dia lalu berdiri dan meraih sebuah roti yang tergeletak diatas meja dan membawanya keluar dari rumah itu.
Sementara Sofyan dan ibunya menatap heran kepergian Mala, tak biasanya Mala melawan mereka, dari mana Mala mendapat keberanian itu.
Mala mencoba mengatur nafasnya, tangannya tak henti-hentinya mengipasi matanya yang mulai berair, jika bukan karena pamannya, Mala lebih memilih untuk keluar dari rumah itu. Tapi melihat kondisi pamannya yang lumpuh membuat Mala mengurungkan niatnya, dia tidak tega meninggalkan pamannya seorang diri di rumah itu.
"Ibu, ayah, kenapa kalian pergi tanpa membawaku." Ucap Mala dengan mulut penuh terisi roti dan mata yang berkaca-kaca.
"Kamu hobi sekali merenung ya, kali ini apa yang membuatmu bersedih?"Ucap seorang pria yang tenggah berdiri di belakang Mala.
BERSAMBUNG....
Hayo tebak kira kira siapa yang dateng mengahampiri Mala?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Sakura_Merah
hadir kembali 😊😊
2022-09-21
0
MommyAtha
pasti rey
2022-08-05
0
MommyAtha
emg ada yah manusia begini
2022-08-05
0