Bukan Dia Pelakunya

Rama sampai dikantor polisi dan menghampiri Rian.

"Mana pelakunya?" Tanya Rama.

Rian melihat kearah pria yang sedang diinterogasi oleh petugas.

Rama mengerutkan keningnya,ia ingat betul saat mendengar suara perempuan dari ponselnya.

"Apa sudah terbukti kalau dia pelakunya?" Tanya Rama memastikan.

Rian melihat Rama yang masih belum yakin, "Dia sendiri mengakuinya,mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi dan jalanan sedikit gelap jadi dia tidak sengaja membanting setir dan menabrak Hana yang sedang berdiri ditepi jalan," perjelas Rian.

"Dia sendiri?" Tanya Rama lagi.

Rian menganguk,membuat Rama menyeringai tajam.

"Ada perempuan yang suaranya aku dengar dari ponsel Hana," ucap Rama dengan penekanan mambuat Rian sedikit terkejut.

"Tapi tidak ada seorangpun selain dia saat kita datang," jawab Rian.

"Periksa lagi semuanya,pasti ada pelaku lain yang terlibat,dan suara perempuan itu,aku yakin dia pelaku sebenarnya," ucap Rama dengan tatapan tajam yang membara dimatanya.

Rian menelfon seseorang,sementara Rama menghampiri pria yang diduga pelaku penabrakan Hana.

"Kamu yang mengemudikan mobilnya?" Tanya Rama menatap pria itu.

Pria itu menunduk dan tidak berani menatap Rama, "Iya pak,saya minta maaf,saya benar-benar tidak sengaja,"

"Darimana dan mau kemana?" Tanya Rama lagi yang sukses membuat pria itu gelagapan.

"Saya lupa pak,saya terlalu panik," jawab pria itu.

Rama menyunggingka bibirnya,ia sekarang merasa yakin jika memang bukan pria itu pelakunya dan ada penipuan besar dalam kasus ini.

Rama kembali menghampiri Rian, "Dimana mobil pelakunya?" Tanya Rama.

"Sudah diamankan," jawab Rian.

Rama segera menuju ketempat mobil itu,dan ia tertegun saat melihat mobil yang sedikit penyok dibagian depan,ia memejamkan mata dan tidak bisa membayangkan saat Hana tertabrak begitu kerasnya.

Rama berusaha menguatkan hatinya,ia kembali membuka mata dan memperhatikan mobil didepannya.

Ingatannya terbuka,mobil yang kemarin sempat menabrak mobilnya,Rama teringat pada perempuan yang kemarin ia temui dengan mobil yang sama,mencoba membandingkan suara mereka,meskipun itu bukan bukti mutlak.

Ramapun kembali kekantor,ia mengambil majalah yang ia simpan dilaci dan membawanya menemui pelaku.

"Kamu mengenalnya?" Rama menunjukkan foto Zahra didepan pria yang mengaku sebagai pelaku.

Pria itu gemetar saat melihat foto Zahra, "Saya,saya sopirnya," jawab pria itu.

Rama semakin menemukan titik terang,ia tak akan berhenti mencari bukti sampai pelaku yang sebenarnya terungkap.

Ponselnya berbunyi,telepon dari Aminah yang meminta Rama untuk segera kembali kerumah sakit karena jenazah Hana sudah siap dibawa pulang.

"Baik,aku kesana sekarang," jawab Rama lalu mematikan telefonnya.

Rama kembali membawa majalah itu kedepan Rian.

"Cari tahu hubungan pelaku dengan perempuan ini," ucap Rama lalu bergegas pergi menuju keRumah sakit.

"Cewek ini lagi,Apasih sebenarnya dendam Rama sama dia," gumam Rian sembari memandangi foto Zahra.

Fajar menyapa,Zahra mengerjapkan matanya ketika sinar mentari masuk dari celah jendela dan membuatnya terbangun.

Ia membuka matanya,melihat kesekitar ternyata ia sudah dirumahnya.

Tiara yang duduk disamping Zahra,melihatnya.

"Kamu udah bangun?" Tanya Tiara dengan wajah yang masih cemas.

Zahra bangun dan memegangi kepalanya yang masih agak pusing, "Aku kenapa?"

Lidah Tiara menjadi kelu,entah dia harus menjawab apa.

"Tadi malam kamu mabuk karena bius dari Bimo,terus kamu pinsan deh," ucap Ana yang tiba-tiba masuk sembari membawakan obat Zahra.

Zahra terdiam,ia teringat saat Bimo menyuntikkan sesuatu kelengannya tapi setelah itu ia tidak mengingat apapun lagi.

Ana memberikan obat itu pada Zahra, "Minum obatnya,hari ini kita ada fotoshoot," ucap Ana.

Tiara menatap kearah Ana,bagaimana bisa dalam kondisi Zahra seperti ini pria jadi-jadian ini masih memikirkan fotoshoot.

Zahra meminum obatnya.

Ponsel Tiara berbunyi,ia sedikit menjauh untuk mengangkatnya.

"Apa? Innalilahi wa innailaihi rojiun," Pekik Tiara saat mendengar berita duka dari kepala panti.

Zahra dan Anapun merasa penasaran musibah apa yang dialami Tiara.

"Baik Bu,saya akan usahakan pergi kesana," Tiara menutup telfon,saat mendengar berita kematian Hana karena kecelakaan semalam matanya langsung tertuju pada Zahra.

"Ada apa Ra?" Tanya Zahra dengan cemas karena merasa jika tatapan Tiara sedikit aneh.

Tiara mendekati Zahra dan duduk disampingnya.

"Hana...dia meninggal," ucap Tiara.

Zahra tersentak, "Innailaihi wa innailaihi rojiun," tubuh Zahra terlihat gemetar mendengar kabar duka itu,ada perasaan aneh yang menyelimuti hatinya.

"Kenapa?"

Tiara memegang tangan Zahra,dan berharap Zahra tidak syok, "Semalam,dia tertabrak mobil," ucap Tiara.

Ana melihat kearah Tiara dan sudah menduga jika Hana adalah korban tabrakan Zahra.

Zahra terdiam,tatapannya kosong,ia memegangi kepalanya.

"Akh..." Zahra meringis kesakitan seperti terlintas sesuatu diingatannya.

Ana dan Tiara terlihat cemas.

"Kamu gak papakan?" Tanya Tiara.

Ana mengmabilkan minum untuk Zahra,tapi Zahra tidak ingin minum,ia memejamkan matanya.

Bayangan saat ia menabrak seseorang mulai muncul diingatannya,serta saat ia melihat Hana tergeletak teringat semakin jelas.

Zahra membuka mata,tubuhnya bergetar,nafasnya memburu dengan air mata yang tiba-tiba meluncur deras.

Zahra menatap kearah Tiara, "Apa aku yang menabraknya semalam?"

Tiara terdiam,begitupun Ana yang tidak menyangka Zahra akan mengingat hal itu.

"Zahra,kamu pasti cuma mimpi," ucap Ana.

"Gak,aku gak mimpi,semua nyata,aku udah ngebunuh seseorang," Zahra menangis histeris sembari memegangi kepalanya.

Tiara berusaha menenangkan Zahra dan memeluknya.

"Ra...tenang Ra," ucap Tiara.

Zahra terus menangis,ia benar-benar tidak menyangka tanpa sadar sudah menghilangkan nyawa seseorang,apalagi perempuan itu Hana,perempuan yang sangat ia kagumi dan membuatnya iri.

Zahra kembali jatuh pinsan,membuat Tiara dan Ana cemas.

Mereka kembali membaringkan Zahra ketempat tidur.

Ponsel Ana berbunyi,telfon dari kepolisian meminta Ana datang karena kasus tabrakan yang melibatkan sopir serta mobil milik Zahra.

"Aduh,kepala aku bener-bener pusing,kamu jagain dia,aku harus kekantor polisi," ucap Ana yang segera beranjak pergi.

Tiara mengusap wajah sahabatnya itu yang berderai air mata,miris melihat Zahra harus mengalami ujian seberat ini.

Dipemakaman,Rama menatap sayu jenazah Hana yang ditimbun tanah,hatinya hancur tapi ia berusaha kuat dan ikhlas.

Aminah menangis melepas kepergian putrinya untuk selamanya.

"Selamat tinggal putriku,semoga kamu mendapat tempat terindah disisi Allah," ucap Aminah memanjatkan do'a agar anaknya tenang dialam sana.

Rama mengusap air matanya yang kembali jatuh,meskipun sudah ikhlas tapi tetap berat harus melepaskan calon istrinya menghadap Sang Khaliq.

Ana datang untuk memberi keterangan dikantor polisi,Rian yang menginterogasinya.

"Dimana Azahra dan anda ketika terjadi kecelakaan,kenapa mobil Azahra dibawa oleh sopirnya?" Tanya Rian.

"Aduh,pak polisi,Zahra dan saya sedang ada acara,dan kebetulan Zahra pulang sama saya,jadi mobilnya dibawa sama sopir," jawab Ana dengan gaya ngondeknya.

"Acara apa?dimana? Dan jam berapa?" Tanya Rian memastikan.

Ana mengambil ponsel dan menunjukkan foto acara yang ia hadiri semalam.

"Jelaskan,saya dan Zahra sama sekali tidak terlibat dalam kecelakaan semalam," ucap Ana terus berusaha membela diri dengan persiapan yang sudah matang.

Rian mulai bingung,sementara mengingat Rama yang begitu yakin mendengar suara perempuan saat kejadian.

Petugas polisi yang lain menghadap Rian.

"Gimana,apa ada buktinya?" Tanya Rian pada bawahannya itu.

"Semua CCTV disekitar lokasi rusak pak," jawab polisi itu.

Rian membelalakkan matanya, "Semua?"

Polisi itu menganguk,Rian semakin curiga memang ada banyak kejanggalan dikasus tabrakan kali ini.

Ana sendiri juga heran kenapa CCTV bisa rusak,padahal ia sama sekali tidak memikirkan tentang semua itu.

Zahra masih terdiam menatap kearah jendela,Tiara sudah menceritakan semuanya bahwa sisopirlah yang menjadi pelaku menggantikan dirinya,hati Zahra semakin terasa tertekan harus berapa banyak lagi orang yang sengsara akibat perbuatannya.

Tiara sudah bersiap dengan rapi.

"Ra,aku pergi sebentar ya kamu dirumah aja," ucap Tiara sembari mengusap kepala sahabatnya.

Zahra menatap Tiara, "Kamu mau kemana?"

"Aku mau takziah kerumah Hana,diakan salah satu orang penting diyayasan" ucap Tiara lalu melangkahkan kakinya.

"Tiara," panggil Zahra.

Tiara menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Zahra.

"Iya,kamu butuh sesuatu?"

"Aku mau ikut," ucap Zahra membuat Tiara sedikit terkejut.

Zahra berdiri dan menghampiri Tiara, "Bolehkan?"

Tiara bukannya tidak ingin mengajak Zahra,tapi ia takut jika Zahra tidak bisa menahan diri dan justru membongkar semuanya.

"Kalo kamu gak mau aku ikut,aku akan datang kesana sendiri," ucap Zahra mengancam.

"Ya udah,kamu siap-siap ya," ucap Tiara yang tidak punya pilihan lain.

Zahra menganguk dan pergi untuk berganti baju.

Rama sedang membereskan barang-barangnya dimobil usai pemakaman Hana selesai,sejak kemarin dia belum sempat pulang kerumahnya,saat mengambil jas, sebuah kotak jatuh kebawah,ia mengambil kotak kecil itu dan hatinya kembali hancur.

Baru kemarin ia bersama Hana mengambil cincin itu dan sekarang Hana sudah pergi untuk selamanya,Rama mengusap air matanya yang kembali jatuh begitu saja,ia berdiri ditepi mobil lalu membuka kotak itu dan mengambil cincin milik Hana yang terukir inisial nama mereka berdua.

Saat akan mengembalikan cincin itu ketempatnya,Rama justru tidak sengaja menjatuhkannya,cincin itupun menggelinding dan berhenti disuatu tempat.

Rama berjalan dan berjongkok untuk mengambil cincin itu disaat yang bersamaan ia melihat sepatu wanita yang berada tepat didepan cincin itu.

Rama menengadah kearah perempuan itu sembari memegang cincin ditangannya.

Keduanya saling melihat dan terdiam,teringat satu sama lain saat pertemuan mereka yang terkesan kurang baik.

Rama langsung berdiri dengan seringai tajam diwajahnya.

"Kamu?" Ucap keduanya bersamaan.

Tiara datang seusai memarkirkan mobil.

"Assalamualaikum," ucap Tiara yang menunduk pada Rama.

Rama berusaha menahan amarahnya saat melihat Zahra.

"Waalaikumsalam," jawab Rama.

"Ibu Aminah ada?" Tanya Tiara dengan sopan sementara Zahra masih bertanya-tanya siapa pria yang berdiri didepannya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!