Zahra membuka matanya,ia menendang sekuat tenaga kebagian vital Bimo.
"Akh..." Bimo meringis sembari memegangi bagian vitalnya hingga tersungkur dilantai.
Zahra segera berlari dan membuka pintu lalu kabur dari pandangan Bimo.
Dibawah Inem yang melihat Zahra berlari mencegatnya.
"Lho Non Zahra mau kemana?" Tanya Inem membuat Zahra naik pitam dan langsung melayangkan tamparan keras pada perempuan yang seusia dengan ibunya itu.
"PLAK...." Inempun sampai tersungkur kelantai.
Tanpa berkata apapun Zahra langsung keluar dari rumah jahanam itu,tapi saat akan membuka pintu mobil,Zahra gemetar,tubuhnya merasakan sensasi aneh dan kepalanya terasa melayang-layang.
Zahra berusaha menahan rasa yang menyiksanya itu,ia masuk kemobil dan mengambil ponselnya.
"Jemput aku dirumah ibu," ucap Zahra yang langsung menutup telfon lalu menyandarkan kepalanya yang masih terasa pusing,ia terus berusaha agar tidak kehilangan kesadaran.
Rama dan Hana dalam perjalanan pulang.
Ponsel Rama berbunyi, dan Rama segera mengangkatnya karena takut ada yang penting.
"Iya pak?"
"Kamu datang sekarang juga kehotel Barseo,ada kasus pembunuhan disini,lakukan penyidikan segera," ucap Tio.
"Saya akan datang secepatnya," Rama menutup telfon dan melirik kearah Hana.
"Ada tugas?" Tanya Hana yang sudah mengerti arti lirikan Rama.
"Aku anterin dulu kamu pulang,setelah itu aku baru kesana," ucap Rama.
"Masih sempet? rumah aku masih jauh lho," ucap Hana yang sangat mengerti betapa pentingnya posisi Rama dalam menangani kasus yang tidak bisa diulur waktu.
Rama hanya diam dan merasa bingung harus bagaimana.
"Turunin aja aku didepan,biar aku naik taxi aja," ucap Hana yang begitu pengertian.
"Gak..gak..ini udah malam,gimana kalau terjadi sesuatu sama kamu?" Ucap Rama yang terlihat cemas.
"Ram,aku akan baik-baik aja,Allah yang akan menjaga aku,lagipula calon suami akukan polisi,siapa yang berani macam-macam sama aku,nanti bisa kena tembak," gurau Hana tapi sama sekali tidak menghilangkan kecemasan diwajah Rama.
"Udah,turunin aku,kamu harus bertanggung jawabkan sama pekerjaan kamu,itu yang selalu kamu bilang ke aku," ucap Hana meyakinkan,Ramapun menghentikan mobilnya didepan sebuah halte.
"Kamu hati-hati ya,kalo ada apa-apa langsung hubungi aku," ucap Rama.
Hana tersenyum, "Iya, Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," jawab Rama.
Tapi saat Hana akan membuka pintu mobil,Rama menahan tangannya,entah kenapa ia tidak ingin berpisah dengan Hana.
"Ram,kalo kamu pegang terus,aku gak bisa keluar," keluh Hana.
Rama melepaskan tangan Hana dan berusaha menghilangkan segala kecemasan yang ia rasakan.
Hana tersenyum dan keluar dari mobil,iapun melambaikan tangan pada Rama,Rama melajukan mobilnya perlahan dengan tatapan mata yang melihat senyum manis Hana,rasa cemas itu kembali muncul,lambaian tangan Hana seperti kata perpisahan dimatanya.
Rama berusaha mengabaikan perasaan-perasaan aneh yang mengganggunya,iapun langsung tancap gas keTKP.
Zahra semakin terlihat pucat,tapi Ana belum juga datang menjemputnya,sampai ada dua orang ajudan Bimo yang mengetuk jendela mobil Zahra dan membuatnya panik.
"Zahra..." Teriak Bimo yang keluar dari istana kebesarannya dengan wajahnya yang marah.
"Jangan biarkan dia pergi," ucap Bimo pada ajudannya.
Tanpa pikir panjang,Zahra langsung menyalakan mesin mobil dan tancap gas dalam kondisinya yang sedang tidak baik.
"Kurang ajar,cepat ambil mobil," teriak Bimo,ajudan langsung mengambil mobil dan bersama Bimo mengejar mobil Zahra.
Zahra terus mengemudi tapi beberapa detik terkadang kesadarannya hilang,ia berusaha terus sadar apalagi saat tahu mobil Bimo mengikutinya,iapun melajukan mobilnya lebih cepat.
Rama sampai diTKP,tapi pikirannya benar-benar gelisah,ia mengambil ponsel dan kembali menghubungi Hana.
"Udah pulang?" Tanya Rama.
Hana masih berdiri ditepi jalan, "Masih nunggu taxi,jalanan sepi banget gak ada taxi yang lewat," ucap Hana.
"Sayang,pikiran aku gak tenang,aku jemput kamu lagi aja ya," ucap Rama.
"Ram,emang kasusnya udah selesai?" Tanya Hana.
"Aku bahkan baru turun dari mobil," jawab Rama.
"Ya udah,kamu selesaikan dulu,nanti kalo belum ada taxi,baru kamu jemput aku,ya..."
Hana melihat cahaya yang mendekat kearahnya dan tiba-tiba tubuhnya melayang begitu saja.
"Brak...." Suara tabrakan itu begitu keras,membuat tubuh Hana terpental cukup jauh namun ia masih dengan erat memegang ponsel ditangannya.
Mobil itu berhenti,nampak Zahra dengan nafas yang memburu.
Tubuh Rama gemetar mendengar suara yang sangat nyaring ditelinganya,matanya membelalak.
"Hana..." Panggil Rama,tapi tidak ada respon,Rama melihat ponselnya yang masih tersambung, "Hana...kamu kenapa sayang,Hana jawab aku,"
Hana masih tersadar,air mata menetes dari pelupuk matanya melihat ponsel ditangannya, "LailahailAllah," lalu matanya terpejam.
Zahra keluar dengan tubuh sempoyongan,ia mendekati Hana yang tergeletak dengan darah yang menggenang dibawah kepalanya,Zahra berlutut dan menangis , "Mbak...bangun mbak,mbak..." Sekian detik Zahrapun jatuh pinsan disamping Hana.
Rama mendengar suara perempuan yang terekam dari ponsel Hana,iapun langsung mematikan ponselnya dan menuju kembali kemobilnya.
"Rama," panggil Tio, "kamu sudah saya tunggu daritadi,ternyata masih disini,cepat masuk,"
"Pak,maaf saya ada urusan penting," Rama segera masuk kedalam mobilnya dan pergi tanpa mempedulikan Tio yang marah.
"Dasar tidak berguna," umpat Tio.
Ana dan sopirnya keluar dari mobil.
"Akh...Zahra!" Pekik Ana dan terlihat panik saat melihat perempuan disamping Zahra yang bersimbah darah.
"Kita bawa Zahra kemobil," ucap Ana lalu mengangkat tubuh Zahra menuju kemobilnya.
"Ingat,kamu yang urus mobil Zahra dan bilang kalo kamu yang mengendarai mobilnya Zahra,ngerti!" Ucap Ana pada sopirnya yang masih muda itu.
"Tapi pak," sopir itu merasa sedikit keberatan.
"Kamu butuh banyak uangkan?" Ancam Ana dengan tatapan tajam.
Sopir itu menganguk dan menuruti segala perintah Ana,lalu Anapun pergi membawa Zahra bersamanya.
Sementara dari jauh,Bimo menjadi saksi mata yang melihat langsung kejadian kecelakaan itu.
"Zahra...Zahra...ini akibatnya karena kamu berani melawanku," gumam Bimo.
"Kalian,kumpulkan semua bukti yang memberatkan Zahra sebelum polisi menyelidiki semuanya dan bawa bukti itu kesaya,lalu singkirkan bukti itu dari penyidikan polisi," ucap Bimo pada ajudannya.
"Baik tuan," jawab Ajudan itu dan segera turun dari mobil untuk melaksanakan perintah Bimo.
Setelah beberapa menit,sirine polisi sudah terdengar,polisi mulai melakukan pengamanan dan menunggu ambulans untuk mengevakuasi korban.
Rama sampai ditempat saat ia menurunkan Hana,tempat yang tadinya sangat sepi,kini berubah riuh dengan suara sirine polisi dan ambulans yang bersahutan.
Rama turun dari mobil dengan perasaan cemas juga takut,ia melangkahkan kakinya yang gemetar perlahan.
Rian melihat Rama dan langsung menghampirinya dengan wajah sedih.
"Ram...Hana," ucap Rian membuat pikiran Rama semakin kacau,ia melangkah mendekati korban yang sedang dievakuasi itu.
Kakinya lemas dan iapun berlutut didepan perempuan yang tadi baru saja bersamanya dalam keadaan baik-baik saja,tapi dalam waktu tidak kurang dari satu jam perempuan itu sudah tergeletak lemah tak berdaya.
Ramapun menangis dengan sesal dipundaknya.
"Harusnya aku gak ninggalin kamu disini," Rama semakin histeris.
"Hana,ya Allah..Hana..."
Rian memegang pundak Rama dan memberikan kode pada petugas untuk segera mengevakuasi korban.
Rama semakin histeris melihat tubuh Hana dimasukkan kekantong jenazah dan dibawa menuju keambulans.
"Hana akan dibawa kerumah sakit untuk diotopsi,aku akan mengantarmu kesana," ucap Rian.
Rama masih menunduk,berharap ini hanya mimpi buruk bukan sebuah kenyataan.
"Ya Allah,tolong bangunkan aku dari mimpi buruk ini," Rama memejamkan matanya erat-erat.
Rama menyandarkan tubuhnya yang terasa lemas didepan ruang otopsi jenazah dengan dua lutut yang terangkat,ia meneggelamkan wajahnya disana,ia masih tidak percaya dengan apa yang menimpa calon istrinya.
Rian menghampiri Rama setelah berdiskusi dengan petugas lain.
"Aku udah hubungi ibunya Hana,kamu yang sabar ya,aku tinggal dulu untuk mengurus hal lainnya," Rian menepuk pundak Rama dan beranjak pergi untuk mengurus pelaku kecelakaan itu.
"Rama..." Suara teriakan bercampur tangisan yang membuat Rama langsung mengangkat wajahnya.
"Ibu..." Rama berdiri dan langsung menghampiri ibu Hana yang histeris saat masuk kekamr jenazah dan melihat putri semata wayangnya sudah terbaring tidak bernyawa didalam kamar jenazah.
"Hana...Hana...bangun sayang...ini ibu...." Aminah menangis sembari memeluk jenazah putrinya,Rama pun hanya bisa mengusap punggung Aminah agar bisa merasa lebih tenang,padahal dirinya sendiri merasa hancur atas kepergian Hana.
"Bu,maafin Rama ya,Rama gak bisa jagain Hana," ucap Rama dengan suaranya yang gemetar.
Aminah tetap menangis dan belum ikhlas melepas kepergian Hana yang tiba-tiba.
Ditempat lain,Zahra masih terbaring lemah seusai diperiksa dokter.
"Dia mendapat suntikan obat bius dengan dosis lumayan tinggi,itu akan membuatnya kehilangan kesadaran dan berhalusinasi sampai beberapa waktu dan mungkin ingatannya akan sedikit terganggu saat dia bangun nanti," ucap Dokter kepada Ana dan juga Tiara.
"Mari saya antar kedepan dok," ucap Ana.
Tiara mendekati Zahra dan mengusap lembut kepala sahabatnya itu.
"Zahra,apalagi sekarang ujian yang harus kamu hadapi?" Gumam Tiara yang merasa sesak melihat sahabatnya selalu mengalami ujian yang tiada henti.
Rama dan Aminah masih menunggu jenazah Hana yang sedang disucikan dan dipersiapkan untuk bisa segera dibawa pulang.
"Bu,ibu tunggu disini ya,aku ada urusan sebentar," ucap Rama pada sang calon mertua yang masih terlihat sedih.
"Kamu mau kemana?" Tanya Aminah.
"Aku harus tahu siapa pelakunya Bu,ibu gak papakan?" Rama masih terlihat cemas melihat kondisi Aminah.
"Ibu gak papa," jawab Aminah,Rama berpamitan dan mencium tangan Aminah.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam,"
Rama bergegas pergi menuju kekantor polisi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Mutiara Asyifa
ini kisah khun shatitt n jerewat
aku suka thor..😘😘
2022-04-07
1