Mimpi Masa Lalu

Tidak banyak yang diungkapkan Kai di depan dokter, pria itu kini berjalan menuju ruang rawat Kyra. Di depan pintu, samar-samar rungunya mendengar suara dua orang yang sedang bergosip.

"Ada-ada aja ya, kasus yang ini. Bayangin, sebrutal apa suaminya sampai istrinya mengalami pendarahan."

"Iya, istrinya hamil besar kok bisa melakukannya sampai gak terkontrol. Untung bayinya gak kenapa-napa."

"Eh, tapi lucu banget, gimana ceritanya pasien ke sini dengan cela na d alam kebalik juga rok kebalik. Ketawa gak sih?"

"Bukan ketawa lagi, tadi sempat gak bisa nahan tawa. Tahu, Dokter Mia saja sampai bengong karena terkejut."

"Eh, roknya juga kebalik, gak nyampek atas juga makeinnya. Mungkin keburu panik." Gosip itu di akhiri suara cekikikan.

Di depan pintu Kai mematung, perasaanya antara marah, kesal bercampur malu. "Anji*g! Benarkah?!" gumamnya sambil mengusap wajah kasar.

Sebelum benar-benar sadar dengan keadaanya. Kai sedikit terkejut dengan dua perempuan yang baru keluar dari ruangan Kyra. Dari penampilannya yang mengenakan pakaian biru muda, Kai menerka bahwa keduanya adalah perawat.

Dan, sama halnya dengan Kai, dua perempuan yang baru keluar itu juga terparanjat mengetahui sosok pria yang berdiri di depan pintu. "Tu-Tuan," sapa keduanya dengan serempak tanpa berani mengangkat pandangan.

"Kalian tahu, aku siapa?" Kai justru memberi pertanyaan yang membuat kedua perawat itu bingung.

"A-Anda ...." ucapan salah satu dari mereka tidak berlanjut. Malah melirik satu rekannya. Seolah memberi isyarat pertanyaan, apakah pria di depannya ini mendengar pembicaraan mereka tadi.

"Aku, Kaisang Adipta Wiratama, direktur utama di perusahaan Wiratama, bisa dengan mudah membuat kalian angkat kaki dari rumah sakit ini. Bahkan, aku bisa memblacklist kalian dari rumah sakit manapun. Jadi, lain kali berhati-hati bila membicarakan keburukan keluargaku! Paham?"

"Pa-paham, Tuan."

"Iya, Tuan." Keduanya menjawab hampir bersamaan dengan nada bergetar.

Kaisang Adipta Wiratama, siapa tidak mengenal penerus dan pemimpin perusahaan Wiratama setelah kepemimpinan Bagus Wiratama. Kaisang, pria yang sering menjadi pusat perhatian publik karena prestasi di dunia bisnis sekaligus ketampanannya, menjadi tokoh yang sering muncul di media, tentu tak mengherankan bila hampir semua mengenal siapa pria berusia 28 tahun itu.

"Jika kalian masih tetap membicarakan keburukan seperti yang kalian bicarakan tadi, maka aku tidak main-main dengan ancamanku!" Tatapan Kai menajam, membuat kedua perawat benar-benar ketakutan. Detik berikutnya Kai melewati mereka berdua dan masuk.

Kai membuang napas kasar, setelah pintu kembali ditutup. Manik yang masih memancar ketajaman itu melihat ke brankar Kyra. Wanita itu tampak masih terpejam, mungkin efek obat penenang agar Kyra tidak syok dengan keadaan dirinya sendiri. Itu pikirnya.

Kai mendekat dengan perasaan tak menentu, masih terngiang perkataan dokter bahwa dia telah melukai organ v*tal Kyra hingga menyebabkan istrinya itu pendarahan. Tapi benar kata perawat tadi, entah sebrutal apa dirinya memaksa untuk menyalurkan nafsu.

Sesungguhnya, dia tidak punya niat sama sekali untuk melakukan itu. Namun, saat berdebat dengan Kyra, wanita itu terus berteriak marah dan meluapkan semuanya, membuat Kai kalap akan perasaanya yang tengah bercampur aduk. Antara senang, sedih, marah juga kecewa. Untuk semua perasaan itu, hanya dia yang tahu pasti alasannya. Hingga, dia membungkam mulut Kyra dengan bibirnya agar terdiam, namun justru gelora nafsu yang semakin menggebu.

Kai kembali mengusap wajah kasar lalu membuang napas perlahan. Saat ini, menentramkan bila Kyra masih belum sadar, keadaan akan kembali memuncak bila istrinya itu terbangun. Kai yang tadi berdiri satu meter dari jarak Kyra terbaring, kini memilih ke sofa di ujung ruangan untuk merebahkan tubuhnya. Jam sudah menunjukan pukul setengah dua dini hari, matanya masih terbuka lebar dipaksa memejam demi menghilangkan perasaan tak tentu terhadap Kyra. Dan akhirnya Kai terlelap.

"Kau berkhianat! Aku kecewa padamu, Kai! Kau sangat tahu kalau aku mencintainya, tapi kenapa tiba-tiba kalian akan menikah?!"

Baru sekian menit terlelap, Kai terbangun secara paksa karena mimpinya. Pria itu berkeringat dingin. Terulang lagi, entah berapa kalinya dia bermimpi yang sama. Mimpi yang dianggap seperti momok menakutkan. Tangannya menutup wajah, namun pada akhirnya bertengger menyangga kepala.

Kai melirik brankar Kyra, lalu fokus pada perut Kyra yang menyembul. Di dalam sana, ada benihnya yang tumbuh subur, bila tidak, sudah dari dulu mungkin menceraikan Kyra. Dan dia tidak akan dihantui rasa bersalah.

"Kenapa aku harus merasa bersalah! Harusnya wanita itu yang bersalah! Dia yang harusnya disalahkan! Iya, dia yang patut disalahkan! Bed*bah!" Kai mengeram marah. Memjambak-jambak rambut dengan kuat.

Pagi telah menyambut, Kyra lebih dulu terbangun. Mata sayunya mengelilingi sudut ruangan. Setelah mengangkat satu tangan yang terdapat jarum infus, dia mengetahui sedang di rumah sakit.

Saat akan bergeser, mulutnya mendesis kesakitan. Pangkal inti tubuhnya terasa sakit juga badannya seperti remuk redam. Bukannya menangis atau marah, tetapi dia tersenyum kecut. Senyuman getir mengingat Kai kembali melukainya sangat dalam. Sakit, seorang istri namun diperlakukan seperti sampah. Tak ada arti, seolah tak pantas dihargai. Sudut matanya mulai memanas, membayangkan dan membandingkan sikap Kai dulu dan sekarang, jauh berbeda dan dia menyukai Kai yang dulu, narsis, humoris dan ramah kepadanya. Namun, berubah ketika malam di mana Bagus dan Hana datang melamarnya, sikap Kai berubah dingin dan terang-terangan menunjukan kebencian.

Air mata merembes keluar, memejamkan mata sejenak untuk lebih jelas mengenang yang sudah terlewati.

Pergerakan dari bantal sofa yang terjatuh membuat Kyra menoleh. Pada saat itu Kai sudah terbangun dan tengah memungut bantal sofa yang tidak sengaja jatuh karenanya. Kai menatap Kyrq tajam.

"Merepotkan!" ujar Kai masih dingin. Pria dengan rambut sedikit berantakan itu tidak merasa bersalah ataupun iba. Bahkan seolah tidak terjadi apapun di antara mereka.

"B*jingan!" Kyra yang selama ini hormat, saat ini amarahnya tersulut mengingat perbuatan suami tengiknya itu.

"Barusan kau menyebutku apa?!" Kai berdiri dan mendekat. Masih dengan tatapan tajam, namun dalam hatinya melemah melihat balas tatapan Kyra yang sayu juga terdapat kemarahan.

"Itu pantas karena perbuatanmu semalam!" balas Kyra mengalihkan tatapan. "Kau benar-benar berubah seperti monster mengerikan Kai. Setelah anak ini lahir, kita bebaskan saja hubungan ini." Kyra berkata dengan lirih. Meski begitu Kai bisa mendengarnya.

Deg! Kai terkejut mendengar itu, tapi sebisa mungkin dia menutupi. Memang benar perkataan itu yang selalu diagungkan dan ingin segera terlaksana, namun mengetahui Kyra kini tak lagi menolak untuk mengakhiri hubungannya, entah mengapa Kai justru merasa berat dan sedih. Namun, rasa bersalahnya pada seseorang, membuat Kaisang Adipta Wiratama bersikap demikian dengan Kyra, istrinya.

Terpopuler

Comments

Erlinda

Erlinda

aq setuju dgn reader yg lain utk meninggalkan kami si suami banjingan itu biar dia menyesal dan dapat hukuman dari kedua org tua nya .

2022-10-06

1

chaaa

chaaa

suami gk rima kasih ringgalkan saja

2022-08-25

0

dina firara

dina firara

munkin aasli nya kai punya perasaan sama kyra ,tpi karena seseorang di dlam mimpi nya menjadikan kai harus menekan perasaan nya sama kyra ....mungkin kah ???

2022-05-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!