Kyra suka sekali membuat kue, untuk mengusir kebosanan, wanita itu memilih menikmati waktu longgar untuk berkutat di dapur.
"Non, biar Bibi saja yang mengadoni tepungnya." Bi Mur cekatan meraih tepung yang dibawa Kyra.
"Ya sudah, Kyra siapin tempatnya dulu."
"Non, perlakuan Tuan Kai sangat buruk, kenapa tidak laporin saja sama Tuan Besar? Biar Tuan Besar bertindak dan memberi pelajaran. Biar ... em, biar Tuan Kai itu kapok, gitu lho. Bibi yang hanya menyaksikan saja geram juga kasian sama Non, gak tega gitu," ucap Bi Mur panjang lebar.
Kyra dari tempatnya berdiri justru tertawa mendengar ucapan Bi Mur. Lalu menjawab, "Bibi kepikiran seperti itu, Kyra malah gak ada bayangan sama sekali buat laporin Kai. Kai yang ku kenal dulu gak begitu, Bi. Dia baik dan punya selera humor. Dia berubah semenjak kami menikah, emang dasarnya dia gak suka sama aku, dan malah disuruh nikah. Wajar kalau dia marah dan melampiaskannya begitu."
"Sebenarnya Tuan Kaisang itu beruuunnntung banget bisa menikah sama Non. Sudah baik, cantik, tidak pernah macam-macam. Beuh, sempurna banget. Tapi sayang, Tuan Kai malah perlakuin Non kurang baik. Suatu saat, Tuan Kai pasti menyesal." Bi Mur berucap menggebu.
"Huuusss! Bibi jangan doain seperti itu. Doain saja Kai bisa berubah seperti dulu dan rumah tangga kami bisa membaik dan bahagia," ucap Kyra dengan sungguh-sungguh.
"Aamiin," timpal Bi Mur cepat, mengamini doa Kyra.
Ting tung! Suara bel berbunyi.
"Biar aku saja yang buka pintu, Bi," kata Kyra, dan sudah berjalan keluar dapur. Meski bel rumah berbunyi beberapa kali, tapi Kyra tidak bisa mempercepat langkahnya. Perlahan mencapai pintu dan membukanya.
"Mami?"
"Halo, Sayang. Bagaimana keadaanmu?"
"Baik, Mi. Mami sendiri gimana? Sehat?"
"Sehat-sehat. Duh, Mami kalau gak ambil cuti, gak bakal bisa nengokin menantu mami ini." Hana, wanita berumur 49 tahun adalah maminya Kaisang. Dia sangat menyayangi Kyra seperti putrinya sendiri. Baginya, Kyra sangat mirip dengan ibunya yang bernama Yasmin. Beliau sahabat sekaligus dokter yang menyelamatkan nyawanya. Namun, umur Yasmin harus lebih dulu di panggil Sang Pencipta karena insiden kecelakaan.
Kyra mempersilahkan Hana masuk dan mereka duduk di sofa.
"Gimana dengan calon cucu Mami? Dia udah gak rewel lagi kan, Sayang?" tanya Hana dengan gerakan menjulurkan tangan untuk mengelus perut Kyra.
"Enggak, Mi, dia baik, sekarang sudah mau makan apa saja. Tapi dia suka bangunin aku kalau lagi tidur, suka nendang keras-keras," adu Kyra.
"Aduh, tangan Mami juga ditendang sama dia. Um, gak sabar nunggu dia lahir. Pasti gemesin."
Bi Mur datang membawa minuman, meski Kyra belum memerintah, tetapi Bi Mur sudah cepat tanggap. "Silahkan diminum, Nyonya, Nona."
"Makasih, Bi," ucap Hana dan Kyra bersamaan.
"Bi, kuenya sudah dimasukin ke oven?"
"Sudah, Nona."
"Kamu bikin kue, Ra?" tanya Hana sesudah Bi Mur pergi.
"Kyra bosan gak ngelakuin apa-apa, Mi. Bikin kue juga dibantuin Bi Mur, bukan Kyra sendiri."
"Mami takut kamu kelelahan, Ra. Perutmu sudah sebesar ini, apa kamu tidak kesusahan?" Hana terfokus pada perut Kyra yang membuncit. Membayangkan dengan perut sebesar itu pasti aktivitas Kyra sangat terbatas.
"Enggak, Mi. Lagian, kata dokter, Kyra justru harus sering gerak, gak boleh malesan. Biar nanti pas mau lahiran tidak lemah."
"Oh ya, kapan jadwal periksa ke dokter? Mami juga pengen lihat perkembangan si dedek."
"Masih Sabtu depan, Mi," jawab Kyra.
"Coba nanti Mami atur jadwal biar bisa nemenin, ya."
Hana yang setiap hari sibuk menunggui restorannya, sangat jarang punya waktu berkunjung ke rumah anaknya. Dari dulu keluarga Wiratama memang selalu disibukan dengan pekerjaan masing-masing hingga sulit untuk menghabiskan waktu bersama.
Hari ini Hana sengaja tidak ke restoran karena sangat ingin menemui Kyra. Selain rindu, Hana ingin memastikan keadaan menantunya. Dia sudah berniat akan menghabiskan waktu seharian bersama Kyra.
Jam 4 sore, Kai dan Lidia sudah bersiap akan meninggalkan kantor, tetapi langkah Kai terhenti saat di ujung koridor, tepatnya di depan lift, dia melihat sosok papinya berdiri di sana.
"Damn, it!" umpatnya lirih. Kedatangan Bagus Wiratama sangat tidak tepat, padahal dia sudah berencana akan ke hotel bersama Lidia, tetapi justru harus batal karena kedatangan papinya.
"Kai, kamu sudah mau pulang? Kebetulan, Papi ke sini juga mau mengajak kamu pulang bareng."
"Pulang bareng? Tumben, Pi?" Meski dalam hati kesal, tetapi tidak mungkin Kai menunjukan secara terang-terangan di depan papinya.
"Iya, mami ada di rumahmu, tadi dia telepon Papi buat mampir ke sini dan nyuruh pulang bareng sama kamu. Nanti kita makan malam bersama," terang Bagus.
"Oh." Sesingkat itu Kai menjawab.
Bagus melirik Lidia. Lidia tersenyum ramah dan menundukkan kepala sebagai bentuk hormatnya. Namun, Bagus tidak merespon. Entah kenapa dari dulu memang tidak suka dengan sekretaris anaknya itu, karena Lidia sering berpakaian sexy. Dia takut, Lidia mempunyai niat tidak benar. Bahkan, Bagus sedikit curiga dengan kedekatan Kai dan Lidia, namun selama ini tak ada bukti untuk membenarkan dugaannya.
Bukan hanya Kai yang mengumpat kesal, Lidia pun mengumpat kasar dalam hatinya. Pria tua bangka di depannya itu tiba-tiba datang membatalkan kesenangannya. Tahu kondisi tidak dapat berubah, akhirnya dia meminta izin untuk pulang.
Kini Kai dan Bagus berada dimobil yang sama.
"Kai, jangan terlalu dekat dengan sekretarismu. Ingat! Kamu sudah punya istri," ucap Bagus memberi nasehat.
"Apa hubungannya, Pi. Kai dekat dengan Lidia, sama seperti Papi dekat sama Jay. Namanya atasan ya harus dekat dengan sekretarisnya, bukan begitu?" Kai pintar dalam menjawab.
"Papi tidak suka kamu terlalu dekat dengan Lidia. Papi takut kamu tergoda dengan dia. Apalagi perempuan itu berpakaian seperti itu, menurut Papi itu kurang sopan."
"Kenapa Papi bahas masalah pakaian juga. Menurut Kai, pakaian Lidia standar."
"Papi hanya mengingatkan, jangan sampai kamu tergoda dengan perempuan lain. Kyra rela mengubur impiannya hanya demi menjadi istri yang baik untuk kamu. Jadi, jangan sampai kamu lupakan pengorbanannya."
'Cih, pengorbanan?! Siapa suruh dia sok baik dengan membatalkan kuliah S-2 nya. Dia ada dan gak ada juga gak berpengaruh. Malah, bikin kesal tiap hari harus liat mukanya. Memuakkan!'
Mobil yang dikendarai telah sampai di depan rumah. Rasanya malas untuk mengikuti acara makan malam bersama. Kai terus mengumpat dalam hati karena kesenangannya bersama Lidia harus batal. Dalam hati Kai menahan marah dengan Kyra, menuduh istrinya yang merencanakan acara keluarga itu.
'Awas saja kamu, Ra! Kau sudah menganggu kesenanganku. Aku akan memberimu pelajaran!'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Erlinda
aq paling ga suka dgn lelaki yg kasar sama istri .ini baru awal cerita ,tapi udah bikin emosi..
2022-10-06
1
Bunga
baru 2 bab udah bikin kesel kmu Kai😌...adik mei mmg the best klo bikin cerita yg sedih"🔥
2022-09-14
0
lovely
buat Lidia hamil biar istri lemahnya itu jijikkkkk
2022-06-26
0