Aku Yang Kamu Buang
Kyra Andini, wanita yang tengah berbadan dua itu mondar-mandir tak tenang di ruang tamu. Sudah pukul 23, hampir mendekati tengah malam, namun suaminya belum terlihat bayang kepulangannya. Perempuan yang sering dipanggil Kyra itu dilanda was-was.
"Nona, belum tidur?" Asisten rumah tangganya yang bernama Bi Mur muncul dari ruang keluarga.
"Bi, ngagetin aja!" Kyra berbalik dengan raut sedikit kesal. Terkejut dengan suara Bi Mur tiba-tiba bertanya. Tangannya bergantian mengelus dada dan perut yang membuncit. Kurang 2 bulan lagi Kyra melahirkan, namun tak ada dukungan batin yang di dapat.
"Maaf, Non." Bi Mur menunduk merasa bersalah.
Kyra menghela napas panjang. "Tidak apa, Bi," ujarnya dengan merubah nada datar. Dia tidak ingin membuat asisten rumah tangganya itu takut.
"Non, tidak baik wanita hamil begadang. Sebaiknya Non istirahat, kasian calon anaknya juga tidak tidur. Eh, maaf, ya, kalau Bibi lancang."
"Iya Bi, aku tahu. Tapi, aku gak tenang karena Kai belum pulang." Kyra meremas jari, bukti bahwa perempuan itu memang khawatir.
Bi Mur menatap dengan pandangan kagum, ia tahu betapa baiknya wanita yang ada di hadapannya saat ini. Meski tuannya bertindak bengis dan dingin, Kyra selalu sabar dan tetap bersikap lembut.
Rungu Kyra lapat-lapat mendengar deru mesin mobil yang memasuki garasi. Wanita itu bernapas lega dan kembali mengintip ke celah gorden. Memastikan bahwa itu Kaisang Adipta Wiratama, pria yang menjadikannya halal satu tahun lalu. Sosok yang dicintai namun tak mencintai.
Sebelum Kai membuka pintu, lebih dulu Kyra membukanya. Memberikan senyum terbaik yang dimiliki. Namun, tatapan mereka tak bertemu, Kai membuang muka dan menyelonong masuk.
"Kai, biar aku bawakan tas kerjanya!" Setelah menutup dan mengunci pintu, Kyra berjalan cepat mengimbangi langkah sang suami.
"Tidak usah! Aku bisa sendiri." Pria bernama Kai itu menjawab ketus. Tahu Kyra menyusul langkahnya, bukannya memperlambat, pria itu justru mempercepat. Tidak memikirkan Kyra yang kesusahan menaiki anak tangga dengan perut besarnya.
Di tengah anak tangga Kyra berhenti sejenak, kakinya terasa pegal. Dia tertinggal langkah Kaisang, pria itu tak peduli sama sekali.
Di dalam kamar, menunggu Kai yang sedang membersihkan diri, Kyra menyiapkan baju ganti untuk suaminya. Sesekali menutup mulut yang menguap, dia hampir tak bisa menahan kantuk.
Ceklek! Pintu kamar mandi terbuka. Sekian detik tatapan keduanya bertemu, tapi lagi-lagi Kai yang memutus lebih dulu. Sedangkan Kyra hanya menatapi keindahan tubuh suaminya tanpa bisa menyentuh. Selama pernikahan mereka terjalin, terhitung hanya satu kali hubungan suami istri itu terjadi. Itupun di ungkit sebagai kesalahan oleh Kai karena pria itu melakukannya dalam keadaan tidak sadar.
Dan, betapa kuasa Maha Pencipta, hanya satu kali berhubungan badan Kyra bisa langsung hamil. Hal itu membuat Kai bertambah tidak suka dengan Kyra. Dia tidak bisa menceraikan Kyra kapanpun, harus menunggu istrinya itu melahirkan.
"Kai, apa kamu ingin sesuatu?"
Kai melewati Kyra yang berdiri di sisi ranjang, tanpa menjawab pertanyaan istrinya itu.
"Mau ku pijitin? Kelihatannya kamu sangat lelah," tawar Kyra pantang menyerah, terus berusaha membuat suaminya mencair. Berusaha mencairkan gunung es yang selama satu tahun ini masih saja kokoh.
"Tidak usah susah payah sok peduli, sampai kapanpun kau tetap seperti patung bagiku."
Deg! Tatapan Kyra terjatuh, meski bukan pertama Kai berkata demikian, namun entah kenapa rasa sakitnya masih tetap sama.
Memang, dari awal pernikahan mereka terjadi karena perjodohan. Kai yang tidak setuju menentang tegas. Tetapi karena amanah dari almarhum mama, juga paksaan dari kedua orang tua Kai sendiri, akhirnya pernikahan itu terlaksana.
Kyra berjalan tanpa suara menuju sisi sebelah. Bila menimbulkan suara sedikitpun, Kai tak segan membentak karena pria itu paling tidak suka waktu istirahatnya terganggu.
Posisi saling membelakangi, Kyra dengan lelehan cairan bening, menangis dalam diam. Selama satu tahun, ranjang yang ditempati sebagai saksi ketidakharmonisan rumah tangganya. Terbukti, meski tidur bersama, Kai tidak mau menjamah tubuhnya. Hal yang seharusnya wajib bagi pasangan suami istri, tetapi sebaliknya bagi Kai.
Setiap hari tak ada tegur sapa antara keduanya. Kyra yang selalu bersuara, tetapi suaminya tidak meladeni. Hingga rumah megah yang ditinggali serasa sunyi.
Ketika pagi hari, Kyra membantu Bi Mur menyiapkan sarapan, ujung matanya berhasil menangkap bayangan Kai yang menuruni anak tangga. Kyra lantas berjalan menghampiri.
"Kai, kamu mau teh, atau kopi?"
"Bi!" Bukannya menjawab, Kai mengabaikan keberadaan Kyra dan justru memanggil Bi Mur.
"Iya, Tuan." Bi Mur tergopoh-gopoh mendekati.
"Buatkan jus mangga," titahnya. Lalu, dengan santainya duduk di meja makan.
Bi Mur melirik pada Kyra yang menatap sendu. Namun perempuan itu mengangguk lemah. Memberi kode agar dia saja yang membuatkan.
"Kai, tidak bagus pagi-pagi minum jus."
Srak! Kai melempar koran yang tadi sedang dibacanya dengan asal. Moodnya seketika buruk. "Dasar cerewet! Tidak usah ikut campur!"
"Wajar aku ikut campur. Aku istrimu, Kai. Sampai kapan kamu seperti ini?!"
"Sampai kau angkat kaki dari rumah ini!" Kai menatap tajam. Manik hitamnya seperti mata pisau yang bisa mengoyak hati Kyra.
"Tapi sayangnya sampai kapanpun aku tidak akan pergi meninggalkanmu."
Kai mendengus dan beranjak meninggalkan meja makan. Napsu makan telah hilang, dan jus yang dipinta juga di tinggalkan begitu saja. Pria itu menendang pajangan antik terbuat dari anyaman bambu. Membuat Kyra meremas baju.
"Dasar perempuan tidak tahu diri! Sampai kapan aku harus hidup dengan dia!" Kai menggenggam pegangan setir mobil dengan kuat. Bukti kekesalannya terhadap Kyra. Pria itu menghidupkan mesin mobil dan melajukannya dengan kecepatan tinggi.
Sampai di kantor, pria berwajah datar itu disambut oleh sekretarisnya di depan ruangannya.
"Pagi-pagi sudah badmood. Kesal di rumah jangan dibawa-bawa kemari, dong. Ntar, gantengnya memudar," ucap Lidia dengan suara lirih. Takut terdengar staf lain.
Kai berdecak, masuk ke ruangan bersama Lidia. Lalu mendudukkan diri di sofa. Wanita dengan pakaian sexy itu ikut menyusul dan duduk berdempetan. Mengalungkan lengannya di tangan Kai.
"Perempuan itu membuatku muak setiap hari."
Lidia mengelus lengan Kai dengan memasang raut menggoda. "Bersabar, setelah dia melahirkan, kamu bisa menceraikannya."
"Dan jabatanku akan dicabut oleh papi," sahut Kai cepat.
"Cari alasan dong, buat seolah-olah Kyra yang bersalah. Dengan begitu, bukankah jabatanmu aman?"
Kai menoleh dan langsung memancarkan senyuman. Wajahnya terlihat sangat tampan. "Idemu sangat cemerlang, Sayang." Kai mencubit dagu Lidia dengan gemas. "Aku terlalu buntu, sampai tidak memikirkan hal itu."
Wajah Lidia terlihat sumringah. Wanita itu mendekatkan wajah dan keduanya terlibat ciuman.
Bukan hal baru Kai dan Lidia berciuman, hubungan mereka sebenarnya bukan hanya sebagai atasan dan bawahan, melainkan lebih dari itu. Namun, tentu saja hubungan itu dirahasiakan dari khalayak publik, demi menjaga nama baik Kai sebagai CEO di perusahan Wiratama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
murni 1234
bikin wanta nta pergi hja
2023-01-10
0
Bunga
kai apa kamu Salah satu titisan ayah arsen🙄...bilang aja benci nanti bucin sanggup mengemis maaf Dari Kyra😌...kok aq jadi rindu keluarga ayah arsen🤭.
dear adik mei semangat ya..ne kaka mu come back balik baca Novel mu..gak pp la kn sedikit telat🤭
love u 🍅🍅🍅🍅.
2022-09-14
0
andhis andhiz
sesek bet ah.. voteku utkmu thor..lanjuuut
2022-06-28
1