"Kalian sudah pulang." Hana yang tengah sibuk menata makanan ke meja makan menyambut kedatangan Bagus dan Kai. Bagus mendekati sang istri dan memberi kecupan singkat pada pipi Hana.
Kai memutar bola mata ke atas, dari dulu papi dan maminya memang sering menunjukan keharmonisan di depannya. Meski malas, Kai bergantian mendekati Hana untuk mencium punggung tangan maminya. Hana menyambut dengan pelukan hangat.
"Dasar sok sibuk! Berapa tahun kamu tidak jenguk orang tuamu, hah?" Hana memasang raut marah, namun sedetik kemudian tersenyum. Menepuk-nepuk dada atas Kai beberapa kali.
Kaisang adalah putra semata wayang yang selalu mereka damba dan manjakan. Hanya semenjak Kai menikah, anaknya itu meminta izin untuk menempati rumah sendiri. Meski berat untuk menyetujui, tetapi itu syarat yang diberi Kai waktu itu.
"Mami tahu sendiri sesibuk apa Kai mengurus perusahaan," jawab Kai.
"Itu bukan alasan. Masih ada waktu di akhir pekan, tapi dasar kamu saja yang bucin sama Kyra, maunya dua-duaan terus, kan?! Iya, kan?" ledek Hana.
Kai mendengus. "Kyra hamil besar, jadi Kai memang harus sering temenin dia," jawab Kai berbohong.
"Pinter banget kamu jawabnya." Hana tertawa bahagia. Sangat senang bila Kai sudah mencintai Kyra, padahal semua itu hanya kebohongan.
"Kyra mana, Ma?" tanya Bagus, setelah dari tadi keberadaanya dicueki Hana dan Kai.
"Tadi ke kamar mandi. Taulah, Pi, kalau hamil besar emang bentar-bentar ke kamar mandi," jawab Hana beralih mendekati Bagus lagi. Pria itu manggut-manggut.
"Kai, susul dia dulu, ya Mi."
"Eh, nih anak. Sudah sini saja! Mami mau ngomong sama kamu." Hana mencegah Kai yang hampir berbalik.
"Istrimu sudah hampir melahirkan, kenapa belum ada perlengkapan bayi sama sekali?! Kamu calon ayah macam apa? Kehamilan Kyra sudah 7 bulan, harusnya semua perlengkapan buat calon anak kalian sudah ada. Ini, boro-boro ...!"
"Akhir ini Kai sibuk banget, Mi. Belum sempat nganterin Kyra pergi. Rencananya baru akhir pekan nanti," jawab Kai lagi-lagi berbohong. Padahal sama sekali tidak kepikiran tentang hal itu.
"Kamu ini, Kai! Kyra hamil anak pertama kalian, harusnya kamu tidak melewatkan hal penting itu!" omel Hana karena kesal Kai seolah tidak memikirkan kebutuhan calon cucunya. Bukan karena dia tidak mau ikut campur untuk membelikan, hanya saja dia memberi kesempatan kepada Kai dan Kyra untuk menjadi orang tua yang baik.
Fokus mereka teralihkan dengan kedatangan Kyra. Wanita itu menuju ayah mertuanya untuk mencium takzim punggung tangannya. Setelah itu beralih pada Kai, dan melakukan hal yang sama. Canggung dan terasa berbeda. Jika tak ada Hana dan Bagus, sudah pasti Kai akan menepis tangan Kyra.
"Kyra, kamu sehat?" tanya Bagus.
"Sehat, Pi." Kyra tersenyum.
Mereka semua melanjutkan dengan berbincang hangat dan menunggu waktu makan malam bersama. Kyra terus memasang senyum, namun tidak dengan Kai yang penuh umpatan dalam hatinya.
Kebersamaan keluarga itu tak berlangsung lama, karena seusai makan malam, kedua orang tua Kai berpamit untuk pulang.
Kai dan Kyra masih berdiri di teras rumah untuk menunggui mobil kedua orang tuanya pergi, saat itu ponsel Kai berdering. Tertera nama 'Lidia' di sana, buru-buru Kai menjawab.
"Halo ...."
"Sayang, dari tadi kau tidak menghubungiku." Suara Lidia mendayu-dayu. Kai sangat hapal dengan Lidia.
"Oh, ****!" umpat Kai. Kyra langsung menoleh pada Kai, tapi pria itu tetap fokus memandang lurus.
"Kau jangan memancingku," ucap Kai.
"Aku sengaja memancingmu, karena aku kesepian. Harusnya sekarang kita berduaan, tapi .... Kau tidak ingin menyusulku, Kai? Aku sudah memesan minuman kesukaanmu."
"Entah nanti. Aku belum istirahat sama sekali. Lagian, ada sesuatu yang harus ku kerjakan dulu. Nanti ku hubungi lagi." 'Klik' sambungan diakhiri.
"Siapa yang menghubungimu, Kai?" Kyra tidak bisa mencegah rasa penasarannya. Percakapan yang didengar tidak seperti bicara dengan rekan kerja, apalagi Kai sempat mengumpat kasar, membuat Kyra menerka-nerka.
"Bukan urusanmu!" sentak Kai. Pria itu menolehi Kyra dan menatap tajam. "Gara-gara kamu, acaraku batal!"
Mata Kyra menyipit. "Aku?"
"Kamu kan yang ngundang orang tuaku untuk datang? Kau sengaja supaya aku bisa berbaik-baik denganmu."
Kyra menggeleng. "Mami datang sendiri. Aku tidak mengundang. Tapi, apa salahnya mami dan papi datang? Mereka orang tuamu sendiri, harusnya kamu senang, Kai," balas Kyra.
"Gara-gara kedatangan mami dan papi kesenanganku jadi batal!" Kai masih berbicara dengan nada tinggi.
Kyra menghirup udara dalam-dalam untuk meredam emosi. Perutnya sedikit sakit, tetapi berusaha ditahan. "Bicarakan di dalam, Kai. Tidak enak di dengar orang lain," ujarnya.
Kai berbalik dan meninggalkan Kyra begitu saja. Kyra mengikuti di belakang.
Rumah tangga yang terjalin benar-benar jauh dari kata harmonis, setiap saat selalu hanya diwarnai dengan pertengkaran. Lelah, sesungguhnya Kyra sangat lelah, namun, demi amanah dan rasa cintanya terhadap Kaisang Adipta Wiratama, dia berusaha bertahan. Masih memiliki harapan bila suatu saat Kai bisa berubah, dan bisa mencintainya.
Kai melempar jas dengan asal, emosi pria itu seolah meletup-letup hanya dengan melihat wajah Kyra. Entah, kebenciannya terhadap Kyra bukannya memudar, tapi lebih menjadi.
"Memang kamu akan melakukan apa, Kai? Tidak cukup setiap hari pulang larut dan bersenang-senang di luar sana!?" ucap Kyra setelah menyusul suaminya masuk ke kamar.
Setelah jas yang terlepas, kini kemeja yang menutupi tubuhnya ikut dilepas. Saat ini hanya bertelanjang dada. Pria itu berbalik dan melangkah pelan mendekati Kyra dengan kilatan kemarahan. Meski begitu, Kyra tidak gentar, dia tahu, Kai tidak mungkin melakukan kekerasan. Kai pasti berpikir ulang untuk melakukan itu karena di dalam perutnya ada calon anaknya.
"Kesenanganku memang ada diluaran, kalau di rumah, aku muak denganmu. Jijik melihatmu!" desis Kai dengan suara penuh penekanan.
"Hanya karena pernikahan ini kamu berubah membenciku, Kai? Apa kamu berpikir, kalau aku juga tidak pernah suka dengan pernikahan ini? Aku mengubur cita-citaku demi menjadi istri seorang Kaisang Adipta Wiratama yang dipuja-puji orang karena kebaikan dan kewibawaannya. Padahal sesungguhnya kamu lebih buruk dari seorang preman. Hampir satu tahun aku terkurung tanpa bisa melakukan apapun. Kamu tidak memikirkan itu! Kamu suami yang memperk**a istrinya sendiri dan menjeratku dalam penjara rumahmu! Kau masih bersikap buruk padaku, seolah aku yang bersalah. Apa kau itu seorang manusia, hah? Di mana Kai yang aku kenal dulu? Dia baik dan lembut. Tidak seperti sekarang yang lebih menakutkan dari monster! Aku tidak senang dengan ini, Kai. Tidak! Aku mengutuk perasaanku yang masih saja mencintaimu walau kamu membenciku!" teriak Kyra dengan air mata berderaian. Dia meluapkan emosi dan kemarahan yang dipendam. Tak peduli lagi dengan Kai yang akan lebih membencinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
lovely
jangan bodoh lawan s KAI suami lucnuttt
2022-06-26
1
Nur Lina
nah gitu dong kyra lawan kamu hrs jd wanita yg kuat jgn lemah apalagi terhadap pelakor ya
2022-05-19
1
Trisnadewi
tambah seru nih..
2022-05-19
0