[B1-3] Pengemis Adalah ‘Main Job’ Yang Sangat Sulit Untukku, Man! (2/2)

“Ah! Pekerjaan apa yang Anda maksud?”

Wanita resepsionis ini sepertinya agak tidak menyimak dengan jelas permintaanku.

Aku pikir tadi aku sudah bilang apa yang aku inginkan padanya dengan cukup jelas, kan?! Dan dengan sedikit bernada jengkel aku menegaskan permintaanku, “Aku mau mencari pekerjaan, Mbak.”

Pada akhirnya aku memanggil dirinya: ‘Mbak’.

Agak tidak sopan memang, mengingat perawakannya yang cantik nan menawan seperti itu.

“Apa Anda mau membeli buku job seeker atau slot untuk mengakses Terminal World Job Seeker, Tuan?” tanya si wanita resepsionis padaku.

Dia sedikit menatapku dengan disertai ekspresi meminta maaf. Namun dalam sekejap mata, tatapan matanya langsung kembali kosong ke depan seolah dia sama sekali tidak melihatku.

Aku tahu semua hal tentang buku serta slot portal yang dia maksud, man, tapi, pikirku, lalu aku mengucapkan permintaanku dengan tegas, “Aku cuma mau menjadi seorang Pengemis saja, Mbak, tolong ... Bisa, kah―”

Wanita resepsionis ini malah terdiam kembali seraya menatap dingin ke depan. Dia seolah-olah sedang berada di dalam Dunianya sendiri.

Mengabaikan dirinya yang kembali terdiam, aku tiba-tiba tertarik pada sesuatu.

Di balik lensa kacamata bulat-ku, kedua mata merahku menatap tepat ke arah dada kiri wanita resepsionis―Tidak, bukan seperti itu!! Bukan berarti aku suka maupun tertarik dengan wanita sedingin ini atau apa! Aku hanya ingin membaca tulisan pada nametag di baju merahnya.

Su, ki, dan baru saja aku mengeja setengah namanya di dalam hati, tiba-tiba, aku langsung tersadar saat ada tatapan lebih dingin di depanku. “.... N?!!”

Kedua mata merahku―Well. Ya. jika wanita cantik yang menatap dingin diriku ini melihat mataku pasti akan terlihat berwarna hitam biasa olehnya―Ajaib, bukan? Tetapi serius, kedua mataku sekarang ini sedang menatap tepat ke arah tatapan dingin mata coklatnya!

“Tuan?”

Oke!? Aku mulai gugup dan meneguk ludahku sendiri setelah mendengar suara manisnya.

Dia dengan tepat telah mencidukku seperti layaknya aku sedang melihat sesuatu yang menakjubkan pada tubuhnya. Oh. Sial. Tidak. Bukan-bukan, bukan seperti itu, Nona―Maksudku, tubuhmu memang sangat menakjubkan, Mbak―tidak! Uh! Maksudku, Mbak, aku tidak―

“Ng?!” Bantahan telak diriku terputus saat melihat dia memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung, tetapi wanita ini masih kukuh mempertahankan tatapan tajam nan dinginnya padaku.

Ohh. Man. Aku pikir sudah membantahnya dengan jelas, namun ternyata tidak. Tetapi terlepas dari itu semua, syukurlah aku tidak mengucapkan semua isi pemikiranku itu begitu saja.

Meski aku ingin mengucapkannya pun, sekarang ini anehnya suaraku benar-benar menghilang dan sama sekali tidak bisa keluar.

Padahal, aku kira tadi wanita resepsionis ini akan terus berada dalam Dunianya sendiri. Akan tetapi, dia ternyata sadar dan dengan telak mencidukku.

Guh. Aku tidak berpikir yang aneh-aneh, kok, Mbak, pikirku, mulai tenang walau aku masih berbicara dalam hati, Man, ayolah, Mbak, aku hanya ingin tahu namamu saja.

Aku ingin berkenalan seperti orang-orang biasanya, namun, di Era Hiburan ini, memang, sih, sungguh sulit untuk melakukan hal formal dasar dalam bermasyarakat seperti itu―Harus ada kepentingan serta landasan tertentu untuk

sekedar menjadi teman.

Kita―Umat Manusia maksudku, telah dijadikan seutuhnya menjadi seorang penyendiri olehNya sekarang ini―Oh! Jangan lupa juga kasta sosial serta kelas kependudukan pun sangat berpengaruh untuk bisa berteman dengan seseorang!!

“M-mbak,” ucapku, dan pada akhirnya suara gugup nan gelagapan-ku bisa keluar, “Aku ....”

Selagi aku mengucapkan sesuatu yang tidak jelas seperti itu, dia masih menyipitkan mata coklat tajamnya padaku. Dan aku hanya bisa terdiam sejenak sembari mengalihkan pandanganku ke samping dengan sedikit gugup.

Aku tidak bermaksud apa-apa, man, sungguh, Mbak, pikirku, lalu aku bergumam sekali lagi tetapi dengan sedikit meninggikan suaraku, “M-mbak a-aku cuma ....”

Apa dia akan semakin marah padaku?!

Aku melihat wajah cantiknya dengan sudut mataku sambil mengeluarkan smartphone di saku pakaianku―dengan bersikap santai seperti ini sangat membantu mentalku―pastinya―supaya aku tidak terlihat terlalu mencurigakan.

Karena kacamata bulat-ku berlensa tebal, pastinya posisi kedua mataku sama sekali tidak bisa terlihat olehnya―walau ini hanya hipotesisku semata, sih.

Tetapi pada akhirnya, aku pun berhasil mengucapkan, “A-aku mau menjadi seorang Pengemis, t-tolong?” dengan sekali napas padanya.

Namun, wanita resepsionis ini hanya mengeluarkan sedikit suara dengungan panjang dari dalam mulut tertutupnya.

“Ng ....”

Lagi-lagi aku mulai gelagapan.

“A-aku ....”

Dan dia masih menatap kosong nan dingin padaku, ternyata. Tetapi dia pun pada akhirnya berbalik, mengambil sesuatu di deretan rak kayu di belakangnya.

“Isilah format formulir ini, dan kemudian Anda bisa membayar di sini, Pak.”

Guh!? Man, ayolah, desah frustrasiku dalam hati, Wanita cantik ini tiba-tiba memanggilku: ‘Pak’?! Ada apa ini―apa, a-apa setelah ini aku akan dilaporkan olehnya ...?!!

Tetapi yang kulihat di atas kertas formulir hanyalah format data pribadi biasa. Dan aku pun langsung memasukkan smartphone-ku ke kotak pembayaran yang ditunjukkannya.

“Guh. 200 Kredit hanya untuk memulai karir menjadi seorang Pengemis,” desahku, saat melihat jumlah Kredit yang sedang kubayar. Ini juga kalau berhasil. Bagaimana jika aku sampai gagal tes?! Uh!? Pada akhirnya, nanti aku harus mengulang bulan depan dengan mengeluarkan Kredit yang sama?

Dia kemudian memberiku sebuah kunci setelah aku mengisi seluruh format formulir tersebut.

“Kalau begitu ikuti saya, Pak.”

Aku mengikutinya dan memasuki sebuah Ruang Interogasi.

Tes psikotes umum serta tes-tes lainnya menungguku di sini.

Aku sudah tahu tentang tes-tes yang akan kukerjakan nanti, karena dulu, aku pernah beberapa kali gagal di sini.

Guh, man, mau merintis karir menjadi Pengemis Legal saja, sama merepotkannya dengan Pekerjaan Umum atau Part Time lainnya?

Dengan sedikit mengeluh, aku mulai menyelesaikan soal-soal pada lembaran tes di hadapanku.

Lalu setelah selesai, aku menggunakan kunci―pemberian si wanita resepsionis―untuk membuka sebuah kotak penilai di sudut Ruang Interogasi serta memasukkan seluruh lembaran tes ke dalamnya―dan semua hasil tes-ku pun langsung dinilai otomatis di sini. Hebat, bukan?

Aku membawa secarik kertas hasil dari tes-tes yang telah kulalui ke bagian resepsionis.

Wanita resepsionis ini sama sekali tidak terkejut dengan kecepatanku menyelesaikan semua soal tes itu?! Dia acuh tak acuh menjelaskan sesuatu yang sudah kuketahui dengan panjang lebar.

Aku mengangguk-angguk paham dengan diam saja selagi dia terus menjelaskan sesuatu.

Well. Ya. Seperti dugaanku.

Di sini, aku hanya akan mendapatkan surat rekomendasi untuk mengikuti tes lagi di Gedung Serikat Pengemis.

“Apa Anda benar-benar serius ingin menjalani karir sebagai seorang Pengemis Legal, Tuan?” tanya si wanita pada―Ohh? Pada akhirnya dia kembali memanggilku: ‘Tuan’!

Meski begitu, aku sedikit bingung dan bertanya balik padanya, “Apa aku benar-benar serius mau menjadi Pengemis Legal?! Man, Mbak. Tentu―”

“Kalau begitu Lisensi Pengemis nanti―jika Anda sudah mendapatkan-nya, Tuan, Anda harus memverifikasi ulang kembali ke sini,” ujarnya padaku.

Jadi, aku harus kembali lagi ke sini, ya? Well, seperti yang sudah kuduga, pikirku, lalu aku mendesah frustrasi setelah menyadari sesuatu, “Guh. Kredit lagi, pastinya.”

Aku melihat dia melihat diriku sambil menstempel surat rekomendasi untukku.

“Ada masalah, Tuan?”

“Tidak. Tidak ada?! Aku pergi sekarang, kalau begitu. Terimakasih dan permisi, Mbak.”

Aku pergi menuju ke arah Gedung Serikat Pengemis berada.

Tetapi, karena aku kebetulan melewati Area.1 pada saat waktu di smartphone-ku sudah menunjukkan pukul 11.27.43 siang hari, aku mampir ke satu-satunya Rumah Ibadah di sini untuk menjalankan ‘kewajiban’ku.

Memasuki gang-gang kumuh, aku melihat satu Bangunan Kumuh dengan lanscape cukup menarik meski di Area.1 ini―Aku jarang sekali ke sini selain hari jumàt―Maksudku, ini adalah satu-satunya Rumah Ibadah di Distrik.2 walau terlihat sangat kumuh.

Aku meng-scannkan layar smartphone-ku ke barcode di pintu depan Rumah Ibadah.

Dan suara terbukanya pintu otomatis diiringi gema suara Mr. Teolog Hebat yang sedang berkhotbah, “.... Tangan di atas itu pastinya lebih baik daripada tangan di bawah,” terdengar jelas olehku.

Walau jelas penggalan khotbah-nya itu tidak ditunjukkan padaku, namun anehnya, mengapa aku merasa sangat tersindir seperti ini?

Beliau berhenti khotbah dan tersenyum padaku saat melihat diriku berjalan masuk―serta orang-orang yang sedang belajar di hadapannya pun menoleh padaku.

Aku menggenggam erat surat rekomendasi-ku seraya dengan canggung mengangguk kecil kepada mereka.

Setelah mencuci muka dan mendapat izin beliau, aku menempatkan diriku ke dalam kerumunan.

Waktu ‘kewajiban’ untuk dijalankan kami semua pun akhirnya tiba, akan tetapi, aku seperti sama sekali tidak mendengar suara seseorang menyerukan ‘suatu panggilan halus’ yang menggema di dalam Ruang Ibadah ini, karena sialnya, penggalan kalimat khotbah Mr. Teolog Hebat―yang memimpin untuk menjalankan ‘kewajiban’ kami siang ini, terus berdengung di dalam pikiranku.

Setelah kami semua menjalankan ‘kewajiban’ siang ini, aku keluar dari Rumah Ibadah begitu saja. Namun, suara dengungan kalimat penggalan khotbah Mr. Teolog Hebat di dalam kepalaku ini tiba-tiba merasuk ke inti terdalam

diriku.

Dan kemudian dengan sikap tegas\, aku langsung merobek lembaran kertas surat rekomendasi ditanganku.***

Episodes
1 [B-0] Prolog
2 [B1-1] Dipecat Dari Pekerjaan Utama Karena Menjalankan ‘Perintah-Nya’!?
3 [B1-2] Pengemis Adalah ‘Main Job’ Yang Sangat Sulit Untukku, Man! (1/2)
4 [B1-3] Pengemis Adalah ‘Main Job’ Yang Sangat Sulit Untukku, Man! (2/2)
5 [B1-4] Gelandangan Adalah ‘Second Job’ Yang Sangat Langka Untukku, Man!?(1/2)
6 [B1-5] Gelandangan Adalah ‘Second Job’ Yang Sangat Langka Untukku, Man!? (2/2)
7 [B1-6] Preman Adalah ‘Side Job’ Yang Sangat Berbahaya Untukku, Man!?! (1/4)
8 [B1-7] Preman Adalah ‘Side Job’ Yang Sangat Berbahaya Untukku, Man!?! (2/4)
9 [B1-8’] Preman Adalah ‘Side Job’ Yang Sangat Berbahaya Untukku, Man!?! (3/4)
10 [B1-9] Preman Adalah ‘Side Job’ Yang Sangat Berbahaya Untukku, Man!?! (4/4)
11 [B1-10] Pro Gamer Adalah ‘Hidden Job’ Yang Sangat Cocok Untukku, Man!!! (1/5)
12 [B1-11] Pro Gamer Adalah ‘Hidden Job’ Yang Sangat Cocok Untukku, Man!!! (2/5)
13 [B1-12] Pro Gamer Adalah ‘Hidden Job’ Yang Sangat Cocok Untukku, Man!!! (3/5)
14 [B1-13] Pro Gamer Adalah ‘Hidden Job’ Yang Sangat Cocok Untukku, Man!!! (4/5)
15 [B1-14] Pro Gamer Adalah ‘Hidden Job’ Yang Sangat Cocok Untukku, Man!!! (5/5)
16 [B1-15] Serum Energy Heal O
17 [B1-16] Tombak Es Krim
18 [B1-17] Ketahanan Energi Robot Maid –A
19 [B1-18’] KECAP
20 [B1-19] All Member Party Complite!
21 [B1-20] Tetapi Anggota Party Kami Bukan Untuk Melakukan Pesta Pora!!
22 [B1-21] Jangan Ketawa!
23 [B1-22] Aku Tahu Kita Memang Tidak Berada Di Level Yang Sama
24 [B1-23] Legenda Urban Tuyul
25 [B1-24] Tolong Beri Aku THR ...!! Tidak, KECAP Lagi Juga Tak Apa ...!!!
26 [B1-25] The Last Greatest Prophet ...?!!
27 [B1-26] Kadal Batu Bersayap ...!!?
28 [B1-27] Aku: Ate―Apa Memang Bodoh ...!?
29 [ST2-A0’] Pria Berintegritas Penuh (3/3)
30 [It’s Notabene; d!?]
Episodes

Updated 30 Episodes

1
[B-0] Prolog
2
[B1-1] Dipecat Dari Pekerjaan Utama Karena Menjalankan ‘Perintah-Nya’!?
3
[B1-2] Pengemis Adalah ‘Main Job’ Yang Sangat Sulit Untukku, Man! (1/2)
4
[B1-3] Pengemis Adalah ‘Main Job’ Yang Sangat Sulit Untukku, Man! (2/2)
5
[B1-4] Gelandangan Adalah ‘Second Job’ Yang Sangat Langka Untukku, Man!?(1/2)
6
[B1-5] Gelandangan Adalah ‘Second Job’ Yang Sangat Langka Untukku, Man!? (2/2)
7
[B1-6] Preman Adalah ‘Side Job’ Yang Sangat Berbahaya Untukku, Man!?! (1/4)
8
[B1-7] Preman Adalah ‘Side Job’ Yang Sangat Berbahaya Untukku, Man!?! (2/4)
9
[B1-8’] Preman Adalah ‘Side Job’ Yang Sangat Berbahaya Untukku, Man!?! (3/4)
10
[B1-9] Preman Adalah ‘Side Job’ Yang Sangat Berbahaya Untukku, Man!?! (4/4)
11
[B1-10] Pro Gamer Adalah ‘Hidden Job’ Yang Sangat Cocok Untukku, Man!!! (1/5)
12
[B1-11] Pro Gamer Adalah ‘Hidden Job’ Yang Sangat Cocok Untukku, Man!!! (2/5)
13
[B1-12] Pro Gamer Adalah ‘Hidden Job’ Yang Sangat Cocok Untukku, Man!!! (3/5)
14
[B1-13] Pro Gamer Adalah ‘Hidden Job’ Yang Sangat Cocok Untukku, Man!!! (4/5)
15
[B1-14] Pro Gamer Adalah ‘Hidden Job’ Yang Sangat Cocok Untukku, Man!!! (5/5)
16
[B1-15] Serum Energy Heal O
17
[B1-16] Tombak Es Krim
18
[B1-17] Ketahanan Energi Robot Maid –A
19
[B1-18’] KECAP
20
[B1-19] All Member Party Complite!
21
[B1-20] Tetapi Anggota Party Kami Bukan Untuk Melakukan Pesta Pora!!
22
[B1-21] Jangan Ketawa!
23
[B1-22] Aku Tahu Kita Memang Tidak Berada Di Level Yang Sama
24
[B1-23] Legenda Urban Tuyul
25
[B1-24] Tolong Beri Aku THR ...!! Tidak, KECAP Lagi Juga Tak Apa ...!!!
26
[B1-25] The Last Greatest Prophet ...?!!
27
[B1-26] Kadal Batu Bersayap ...!!?
28
[B1-27] Aku: Ate―Apa Memang Bodoh ...!?
29
[ST2-A0’] Pria Berintegritas Penuh (3/3)
30
[It’s Notabene; d!?]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!