Lima

"Kaget?" Tanya Elbram saat serangkaian acara telah usai dan keduanya diberi waktu untuk duduk berdua saling menyelami perasaan.

Kalau saja Safira tau sejak awal bahwa orang yang akan dijodohkan dengannya adalah Elbram, ia tak akan menerimanya. Safira menyesali dirinya yang tak berminat mengetahui lebih dalam sosok pria yang dijodohkan dengannya sebelum acara malam ini terlaksana. Harusnya ia memaksa sang mama agar memberitahu pria itu, minimal namanya. Tapi semua benar-benar sudah terlanjur.

"Tentu saja aku kaget, ternyata pria yang dijodohkan denganku adalah pria yang mencampakkan aku lima tahun yang lalu. Menjilat ludah sendiri, apakah rasanya enak El?" Tanya Safira sinis.

Raut wajah El sedikit menegang, pria itu tersenyum pahit pada ucapan Safira yang begitu runcing dan menghunus tepat di hati nya.

"Soal itu aku...." Ucapan Elbram terhenti karena Safira mengangkat tangannya, memberi kode agar diam. Kening Elbram mengernyit saat Safira terkekeh.

"Aku hanya bercanda El, jangan diambil hati. Kejadian 5 tahun yang lalu sedikitpun tak meninggalkan bekas luka di hatiku. Nggak usah khawatir, kejadian itu hanya masa lalu dan sudah aku lupakan. Termasuk perasaan ku padamu" ucap Safira.

"Jadi perasaanmu padaku..."

"Sudah hilang El, jangan khawatir. Bahkan semua lukaku sembuh dengan cepat. Kamu tau El aku bertemu seorang pria yang menjadi obat dari segala kesakitan ku. Aku benar-benar beruntung bertemu dengan nya karena ia menyelamatkan ku dari patah hati yang parah. Kamu harus berterima kasih padanya, karena dia aku bisa melupakan kamu dan kamu selamat dari sumpah serapah ku" Safira terkekeh namun pandangannya menerawang, ia membayangkan sosok Zio yang masih menguasai hatinya.

Saat gadis itu menoleh pada Elbram, sekilas Safira melihat wajah pria itu berubah sendu. Tatapannya terasa berbeda, semacam kecewa yang berusaha El sembunyikan.

"Terus ke mana pria itu?"

"Sayangnya dia menolak ku" Safira tertawa lagi. "Tapi aku nggak merasa terluka karena sejak awal aku sudah menduganya. Dia sama sekali tak memberiku celah untuk berharap El. Jadi akunya tau diri dan siap. Dia pria gentle yang tak sembarangan memberikan harapan, nggak seperti pria kebanyakan melambungkan harapan yang begitu tinggi dan membuat si wanita berkhayal hingga langit ke tujuh. Lalu setelah itu menghempaskan wanita itu dengan kejam. Harusnya laki-laki itu seperti itu kan El? sejak awal kalau memang nggak suka ya tunjukkan. Supaya wanitanya bisa mengambil tindakan penyelamatan diri agar tidak tenggelam pada perasaan yang tak berbalas"

Safira mengamati perubahan wajah El yang tampak semakin sendu. Bahkan pria itu memalingkan wajahnya seolah tak sanggup menatap pada Safira.

Mungkin El merasa tersindir, Safira juga tak sengaja untuk menyinggung Elbram. Kata-kata tersebut meluncur begitu saja. Mungkin efek hatinya yang kelu karena memendam rindu yang menggelegak pada sosok Zio yang sempurna di matanya.

"Jangan baper El, kamu bukan termasuk pria yang seperti aku sebutkan tadi" Ucap Safira sambil tertawa. Ia berusaha mencairkan suasana yang sempat berubah tak nyaman.

"Bukan termasuk yang pria gentle atau bukan termasuk pria kebanyakan yang melambungkan harapan padahal hanya memberikan harapan palsu?" timpal El sambil tersenyum simpul.

"Kamu pilih aja sendiri El. Aku duluan ya, mau istirahat" Ucap Safira sambil beranjak dari duduknya. Hari memang sudah sangat malam, bahkan hampir mendekati dini hari.

"Safira!" Panggilan Elbram menghentikan langkah Safira.

"Ya?"

"Lupakan pria itu, seperti yang kamu bilang calon suami kamu sangat pencemburu" ucap El yang membuat wajah Safira menegang. Tanpa menjawab Safira meninggalkan Elbram yang tersenyum puas.

Setibanya di kamar, Safira menghempaskan tubuhnya ke ranjang

"Bodoh!!" Safira membenamkan wajahnya ke bantal, tangannya memukul-mukul kasur.

Tadi siang ia merasa begitu bangga memberitahu El bahwa ia akan segera menikah dan calon suaminya sangat pencemburu, ia ingin menunjukkan pada El bahwa ada pria yang sangat menginginkan nya di dunia ini. Tapi ternyata pria itu adalah Elbram sendiri, Safira merasa sangat malu. Mungkin El menertawakannya sejak tadi siang ketika membaca pesan darinya.

🍁🍁🍁

"Safira apa kabar?" Tanya Dini pada Safira ketika ia dan sang mama baru datang.

"Kabar baik, kamu apa kabar din?" Keduanya tersenyum kaku. Ini pertemuan mereka setelah 5 tahun yang lalu. Saat lamaran 2 hari yang lalu Dini memang tidak bisa datang karena harus menemani putranya yang baru berusia 2 tahun di rawat di rumah sakit.

Mereka kini seperti dua orang asing yang baru berkenalan, tak tersisah keakraban mereka dulu. Padahal hampir teman seangkatan tau betapa dekatnya mereka.

"Maya apa kabar sekarang?" Sejak kejadian 5 tahun yang lalu Safira benar-benar menutup semua akses komunikasi dan menutup lembaran hidupnya yang lama. Ia sama sekali tak mencari tahu kabar orang-orang yang pernah ada dalam hidupnya. Bahkan saat mama Sandra ingin bercerita Safira selalu melarang karena Safira benar-benar ingin membuka lembaran baru hidupnya tanpa mengingat kisah masa lalu yang indah namun berakhir dengan luka. Tapi perjodohan ini mau tidak mau memaksa Safira kembali menyibak bagian-bagian dari masa lalunya.

Saat ia bertanya tentang Maya sekarang pun sebenarnya hanya basa-basi untuk mencairkan suasana, bukan karena ia benar-benar ingin tau. Kalau saja hari ini mama Sandra tidak memaksanya untuk ikut menemui wo untuk memilih dekorasi Safira lebih memilih untuk rebahan di kamar. Apalagi saat ia tau calon mertuanya ditemani oleh Dini calon adik iparnya sekaligus sahabatnya di masa lalu.

"Maya baik" jawab Dini singkat, anehnya seperti tak nyaman membahas Maya lebih jauh.

"Kalian kayak orang asing sekarang, padahal dulu lengket banget kayak prangko. Emang selama ini kalian nggak ada kontek-kontekan ya?" mama Sofia tampak heran melihat interaksi Safira dan dini yang begitu kaku. Mama Sofia dan mama Sandra sangat tau dulu mereka berdua selalu ramai saat berdua, berceloteh tanpa henti membicarakan apapun.

"Safira ngilang gitu aja ma, mungkin uda ketemu teman baru jadi teman lama dilupain deh" ucap Dini sambil tertawa. Berharap guyonannya bisa mencairkan hubungannya dengan Safira yang terasa beku.

"Bukan ngelupain teman lama, lebih tepatnya nggak mau ngerepotin teman. Kan Safira dulu terkenal manja dan merepotkan tante. Jadi teman-teman suka ngerasa capek ngadepin Safira" Balas gadis itu. Senyum di wajah Dini sirna seketika, ia menatap sendu pada gadis itu.

Sementara mama Sofia dan mama Sandra tak terlalu menggubris ucapan Safira.

"Nggak nyangka ya meskipun sempat terpisah lama akhirnya Safira dan El akan segera menikah. Jodoh memang nggak ke mana" Ucap mama Sofia sambil tersenyum lebar pada Safira dan juga mama Sandra.

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

Leni

Leni

mungkinkah el selingkuh dng maya

2025-02-05

0

Mersy Loni

Mersy Loni

dari awal sudah penasaran,sebenarnya apa yg terjadi di masa lalu.

2022-11-17

2

Putri_R

Putri_R

aku menunggu flashback kisah mereka.. ada apa gerangan?????

2022-06-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!