Empat

Safira menatap keluar jendela, jalan-jalan dengan deretan gedung-gedung yang ia lewati membangkitkan kenangan lama semasa SMA dan kuliahnya meski banyak sekali yang telah berubah dari 5 tahun yang lalu.

Bayangan Dini dan Maya sahabatnya berkelebat saat mobil yang akan membawanya ke butik pilihan sang mama melintas di sekolah menengah atasnya dulu.

Betapa dekat dan akrabnya mereka kala itu, ketiganya pertama kali berkenalan saat menjadi siswa baru di kelas 1 SMA. Pertemuan itu menjadi awal dari ikatan persahabatan yang terjalin diantara mereka.

Mereka selalu bersama saat di sekolah maupun ketika sudah di rumah. Ketiganya sering main ke rumah masing-masing atau jalan-jalan ke mall, nongkrong, dan nonton bioskop.

Persahabatan mereka berlanjut hingga ke perguruan tinggi, kedekatan mereka seolah takkan pernah terpisahkan hingga kapan pun.

Safira tersenyum getir, nyatanya sekarang semua tak lagi sama. Kisah indah itu hanya kenangan.

"Masih lama nggak ma?" keluh Safira. Ia mulai merasa bosan.

"Sebentar lagi sampai nak, sabar ya" Dari tadi sang mama sibuk dengan ponsel di tangannya.

"Tu di depan" Tunjuk mama Sandra pada sebuah gedung dengan papan merk Beauty Boutique yang cukup besar.

"Harusnya calon suami kamu juga Fitting tapi karena dia lagi sibuk terpaksa kita duluan" Ucap mama Sandra lagi. Safira turun dari mobil tanpa menimpali ucapan sang mama. Mungkin ia terkesan begitu tak peduli pada acara lamaran nanti malam.

Saat memasuki butik tersebut, mama Sandra sibuk mengobrol dengan pemiliknya sementara Safira hanya menunggu, karena mulai bosan Safira merogoh ponselnya yang sejak tadi tak ia buka.

Ada pesan yang belum terbaca. Safira membuka riwayat chat dari nomor yang sama.

"Selamat pagi Safira, semoga harimu indah"

"Hai Safira, sedang apa?"

"Apa aku boleh menelfon?"

"Jangan lupa makan"

Safira tersenyum sinis, pesan-pesan itu dikirimkan oleh Elbram. Safira tak mengerti mengapa El sangat gencar mengiriminya chat basa-basi ala remaja yang sedang melakukan pendekatan.

Awalnya Safira tak berniat membalas pesan yang El kirimkan, namun tiba-tiba ia mengingat sesuatu. Safira mengurungkan niatnya untuk mengembalikan ponsel ke dalam tas nya.

Ia membuka room chat dan mulai mengetikkan pesan.

"Meski tak ada niat apapun dari kamu tapi rasanya aku perlu memberitahumu sesuatu. Sebaiknya jangan mengirimiku pesan apapun lagi. Karena sebentar lagi aku akan segera menikah, nanti malam calon suamiku akan datang untuk melamar. Satu hal yang harus kamu tau, CALON SUAMIKU SANGAT PENCEMBURU"

Safira tersenyum angkuh dan menekan tombol kirim.

Ia merasa puas dengan memberitahu El perihal pernikahannya, meski Safira tak menginginkannya namun setidaknya ia merasa harga dirinya terselamatkan. Ia bisa menunjukkan bahwa dirinya bisa move on dari pria itu dan tak lagi menyimpan perasaan nya yang dulu.

Safira memasukkan ponselnya ke dalam tas, bertepatan dengan sang mama memanggilnya untuk mencoba baju yang akan ia kenakan nanti malam ke dalam ruang ganti.

🍁🍁🍁

"Cantik banget sayang, calon suami kamu pasti terpesona. Dia sudah dalam perjalanan" ucap sang mama saat memasuki kamar Safira dan mendapati putrinya tampak begitu anggun dalam balutan kebaya modern berwarna mocca. Hiasan di wajahnya menambah kecantikan gadis itu.

"Safira boleh kabur aja nggak ma?" detik-detik menjelang kedatangan pria yang akan meminangnya tiba-tiba keraguan menghantuinya.

"Hush! kamu tu ada-ada aja" ucap mama Sandra atas ucapan ngawur putrinya.

"Safira mendadak ragu ma" Safira jadi membayangkan andai pria yang sedang dalam perjalanan untuk melamarnya itu adalah Zio mungkin saat ini ia tengah menanti dengan debaran indah, bukan dengan keresahan hati yang terasa menyesakkan.

"Percaya sama mama dan papa nak, jodoh yang kami pilihkan ini yang terbaik dan kamu nggak akan pernah menyesal" Ucap mama Sandra sambil menggenggam tangan putrinya.

"Dia pria yang paling tepat untuk kamu sayang" Mama Sandra mengatakan dengan begitu yakin namun Safira tetap merasa tak tenang. Bagaimana pun cinta adalah pondasi utama dalam sebuah hubungan, sementara ia dan calon suami nya yang entah siapa itu tak memilikinya. Bagaimana mungkin sebuah bangunan akan berdiri dengan kokoh tanpa pondasi yang kuat?

"Nyonya pihak laki-laki sudah datang." Asisten rumah tangga datang menjeda obrolan Safira dan mamanya.

"Iya bi" Jawab mama Sandra, wanita cantik itu kini beralih menatap pada putrinya.

"Kamu di sini dulu, nanti baru keluar setelah diminta. Tenangkan fikiran dan hati kamu, mama dan papa tidak mungkin menjerumuskan mu nak. Kamu pasti akan bahagia dengan pria itu" Mama Sandra mencium tangan Safira. Ia menatap dan tersenyum hangat pada gadis itu sebelum meninggalkan Safira keluar dari kamar.

Safira termenung, meresapi setiap kata yang terucap dari mamanya. Sang mama menaruh harapan begitu besar padanya. Namun hatinya masih meragu.

Safira berjalan ke arah jendela, menyibak gorden dan menatap pada langit yang terlihat cerah. Ia kemudian menunduk, mulai mengukur ketinggian tempatnya berada kini.

"Aku nggak mungkin bisa kabur, satu-satunya cara hanya lompat. Tapi ini tinggi banget, mungkin kakiku akan patah atau bisa saja aku kehabisan nyawa" gumamnya sambil bergidik ngeri.

"Pak Zio, apa aku harus menerima lamaran pria itu? apa pria itu benar-benar baik? Jika iya tolong doakan aku agar aku bisa menghapus perasaan ku padamu pak, karena bapak tak akan pernah membalasnya" Safira berbicara seolah Zio ada di hadapannya.

Debaran jantungnya semakin menggila saat sang mama yang menurut perasaan nya belum begitu lama keluar kini masuk lagi ke kamarnya

"Sekarang saatnya Safira, ayo" Mama Sandra memegang pundak Safira dan menuntunnya keluar dari kamar. Membantunya menuruni tangga dan menuju ke tempat acara tengah berlangsung.

Safira menunduk, ia penasaran pada sosok calon suaminya namun nyalinya begitu kerdil. Ia tak memiliki keberanian untuk menatap pada pria yang akan melamarnya.

"Safira, menikahlah dengan ku. Aku berjanji akan membahagiakanmu hingga helaan nafas terakhirku." Ucap pria itu tanpa basa basi, tubuh Safira bergetar seketika. Ia sangat mengenali suara itu, ia mengangkat wajahnya cepat. Benar saja, ia tak salah menerka sosok laki-laki yang melamarnya memang sangat ia kenali.

"El..." Bisik Safira, ia tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Yah pria yang melamarnya adalah Elbram, cinta pertama nya. Pria pertama yang berhasil merebut hatinya, mengenalkan nya akan rasa yang bernama cinta. Tapi sayangnya pria itu juga yang pertama kali mengenalkan nya pada rasa sakit yang begitu dalam. Pria yang mematahkan hati nya dengan kejam setelah memberikan harapan yang begitu menjulang.

Sekarang? saat semua rasa yang ia miliki pada pria itu menguap, ia datang untuk melamar?

Haruskah ia menerima? disaat kepercayaan nya pada pria itu nyaris berada pada titik minus...

🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

rubyy rubyy

rubyy rubyy

padahal aq berharap zio yang datang melamar safira...walaupun ga mungkin juga sih /Shame/

2025-04-24

0

Ingka

Ingka

Safira pasti dilema deh..diterima gimana ga diterima gimana...pasti kaget ya Neng ternyata yg melamar Mas El..

2023-03-16

0

Feeza_MCI

Feeza_MCI

jangan-jangan calon suaminya Ya Elbram...

2022-08-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!