Pulang dari taman, Baby mengurung dirinya. Ia berusaha menghubungi Jas Jus sahabat terbaiknya di Indonesia. Tetapi ia lupa, jika ia menelpon jam segini, secara otomatis di Indonesia sudah tengah malam.
"Gusti .... " teriak Jas Jus mengacak rambutnya.
"Siapa yang telepon tengah malam gini, sih?"
Omelan Jas Jus yang terusik akibat dering telepon di tengah-tengah tidurnya, terdengar sangat meriah di dalam kamar bernuansa pink itu. Siapa yang tidak marah, ia baru memejamkan mata beberapa detik yang lalu akibat lembur belajar matematika. Eh, dengan seenak jidatnya ponsel itu berbunyi nyaring.
Terlebih otak genius Baby sudah dibawa pindah ke Paris, secara otomatis Jas Jus harus belajar lebih giat. Otaknya yang hanya setengah ons, membuatnya wajib belajar ekstra untuk mapel tersebut.
Meski bibir terus menggerutu, belum lagi rasa kantuk yang luar biasa membuat Jas Jus hampir menabrak meja belajarnya.
"Astaga, siapa yang naruh meja di sini, sih?" protes Jas Jus.
"Hallo .... " ucapnya dengan mata setengah merem dan rambut acak-acakan.
"Hai Jas Jus yang nyegerin jika diminum di tengah hari yang panas, awokawok."
Baby Corn cekikikan sendiri jika menyebut nama sakral my bestie-nya itu.
"Kam ... preetttt ... jagung muda!" gertaknya sambil mendelik.
Otomatis kedua matanya yang masih mengantuk itu terbuka lebar. Jas Jus sampai melihat ulang siapa yang berani menelpon di tengah malam itu dan ternyata nama "Jagung Muda" tertera manis di ponselnya.
"Ini Baby, 'kan, huaaaa ... kangen banget my bestie."
"Iya, ini gue, wkwkwk, sorry my bestie. Di tengah malam udah gangguin elu?"
"Ho-oh, ini tengah malam, Sayang. Ngapain Lu, telpon jam segini, dudul Lu!" keluh Jas Jus.
"Wkwkwk, sorry, ya udah. Lu balik tidur gih! 'Ntar siang gue telpon lagi."
"Ish, nggak sopan amat, Lu! Udah gangguin orang tidur, seenak sambel di cocol Lu tinggalin gue!"
"Wkwkwk, gue cuma kangen suara elu, apalagi omelan elu yang sepanjang jalan kenangan itu, nggak ada tandingannya!"
"Terus ... terus aja muji gue, dasar bestie paling bengek, Lu, dah gue tutup!"
"Jiah, siapa yang telpon, siapa juga yang matiin duluan," omel Baby sambil melihat ponselnya.
Sementara itu Jas Jus kembali memeluk gulingnya yang berbentuk boneka boba.
"Dasar bestie markonah!" omel Baby Corn membuang ponselnya ke sembarang arah.
Baby Corn melihat tampilan tubuhnya di cermin. Dengan salah satu cructh di tangan kirinya, dan body yang masih terjaga ia pasti bisa menjadi model seperti keinginannya.
Sesaat bayangan dokter tampan itu lewat, mengingatkan Baby tentang ucapannya kapan hari di tempat terapi.
"Baby, asal kamu mau berusaha, kamu bisa kok jadi seperti orang normal lainnya."
"Dokter kira, saya gila, saya normal dokter!" ucap Baby ketus.
Dokter Maxime hanya tersenyum, ia sangat tahu kondisi mental Baby masih labil, belum lagi usianya belum genap delapan belas tahun. Tetapi dokter Maxime terus saja memberikan supportnya pada Baby.
"Baby, hanya diri kita sendiri yang bisa memutuskan jalan hidup kita. Jadi, kamu mau menyerah di sini atau bergerak maju itu pilihan Baby semua."
Baby mendudukkan pantatnya di kursi rias. Ia memangku wajahnya dengan kedua tangannya.
"Kayaknya aku harus minta tolong sama dokter tampan itu, deh."
Ia mengusap layar ponselnya, tetapi ia masih ragu untuk menghubungi Maxime. Sampai terdengar ada tamu di lantai bawah. Baby berjalan menuju balkon untuk mengintip siapa yang bertamu sore-sore begini.
"Bukankah itu mobil dokter?"
"Pucuk dicinta ulam pun tiba. Yes, nggak perlu dihubungi dia datang sendiri."
Sesaat kemudian, pintu kamarnya di ketuk.
"Jeune fille, il y a le docteur Maxime en bas qui vous rencontre," ucap pelayan wanita.
(Nona muda, ada dokter Maxime di bawah yang ingin menemuimu)
"D'accord, je serai en bas dans un instant!" teriak Baby.
(Baiklah, aku akan turun sebentar lagi)
Setelah merapikan penampilan, ia tidak lupa mengolesi liptint kesukaannya, baru sesudahnya Baby melangkah turun.
"Sore, Baby."
Dokter Maxime menyapa Baby yang baru saja turun, hingga Baby membalasnya dengan senyum serupa.
"Sore, dokter, tumben datang ke sini?"
"Loh, emang nggak boleh datang, ya?"
"Boleh, sih," ucap Baby pura-pura ketus.
Tetapi dokter Maxime suka melihat perkembangan Baby yang jauh lebih baik dari beberapa waktu yang lalu.
"Kenapa senyum-senyum, suka?"
"What's?"
"Kamu lucu, ya," ucap dokter Maxime sambil menyandarkan tubuhnya ke sofa dengan sedikit senyuman.
Setelah melihat sekeliling, dan tidak ada siapa-siapa, Baby mengisyaratkan agar dokter Maxime mendekat padanya. Untungnya, dia fast respon, sehingga dia mendekati Baby.
Setelahnya, tangan Baby memegang pundak dokter, dan mendekatkan mulutnya ke telinga dokter Maxime. Saking dekatnya, hembusan nafas Baby yang menyentuh tengkuknya, membuat Maxime merasakan sesuatu yang menggelitik di hatinya.
"Shut, dokter janji, ya, ini rahasia kita berdua."
Maxime mengangguk. "Apa itu?"
"Aku mau buat kaki palsu."
"T'es sérieuse?" tanya dr. Maxime.
(Apakah kamu serius)
"Iya, aku ingin setelah ini aku bisa menggapai cita-citaku kembali."
"Bagus kalau begitu, aku akan menghubungi rekan kerjaku yang berkompeten di bidang itu."
"Oke, selamat bertugas, dokter tampa ... n, ups, sorry."
"Wkwkwk, jadi saya tampan?" tanya dokter Maxime menaik turunkan alisnya.
"Ish, apaan sih, dok. Tadi tuh lidahku terpeleset!"
Meski berbohong, tapi semburat merah di kedua pipi Baby Corn terlihat menonjol. Sehingga membuat hati dokter Maxime menghangat.
.
.
Dua hari kemudian.
Hari yang ditunggu telah tiba, sesuai kesepakatan awal, dokter Haris memulai pekerjaannya. Dokter Maxime mengawasinya dari kejauhan. Berbekal pengukuran kaki sebelah kanan milik Baby, memperhatikan dan mempelajari strukturnya kakinya, dokter Haris memulai membuat rancangan kaki baru untuk Baby.
Pengamatan selama satu kali dua puluh empat jam sudah ia lakukan. Berbekal data yang ia miliki, ia mulai merancang kaki Baby pada komputer canggih di depannya itu.
Berbagai jenis model kaki ia perlihatkan pada Maxime.
“Hei, Baby itu bukan barbie yang bisa kau ubah seenaknya model kakinya,” seloroh dokter Maxime sambil menonyor bahu dokter Haris.
Dokter Haris hanya tertawa melihat senyum Maxime kembali bersinar. Sudah hampir setengah tahun ia kehilangan sahabatnya ini.
“Hei, duda kece, Baby itu hanya pasien, lalu kenapa kalau aku membuatkan design yang banyak untuknya. Bukankah itu sebuah keberuntungan baginya. Tidak sembarang orang bisa menikmati sentuhan maha karya dari tangan emasku ini.”
“Kau kira dia butuh kaki palsu sebanyak itu?”
“Ya kali aja dia jadi model, apa salahnya?”
“Baby itu masih pelajar SMA mana mungkin dia seorang model.”
“Kalau dilihat dari proposional tubuhnya dia memang pantas dan cocok lo buat jadi model.”
“Tunggu dulu, aku ingat perkataan dari Jas Jus.”
“Jas Jus keponakanmu yang nyegerin di saat siang bolong itu, hahaha, seperti apa dia sekarang?”
“Jaga bicaramu, dia keponakan ku, Bro. Jangan sekali kali berniat menjadikan dia sebagai salah satu pemuas ranjangmu itu. Dasar Brengsek!”
"Kapan lu insyaf?"
“Stay calm, Bro. Entar gue juga bakal insyaf kok. Cuma enggak sekarang,” ucapnya sambil mengerling nakal.
Setelah berkelakar dengan sahabatnya dokter Haris meninggalkan dokter Maxime yang masih betah memandangi hasil rancangan sahabatnya itu. Dia masih memikirkan perkataannya barusan.
“Ah, mana mungkin Baby Baby seorang model,” batin dokter Maxime membuang jauh pikirannya.
.
.
Bagaimana? suka nggak sama cerita saat ini kalau suka jangan lupa dukungannya, VOTE/GIFT, like n komennya juga ditunggu ya, jangan lupa ajak rombongan buat baca karya Fany ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Sakura_Merah
mulai tercium aromannya nih
2022-06-04
0
Ilham Risa
nama nya beneran jas jus Kak🤣🤣
2022-05-29
0
ㅤㅤ💖 ᴅ͜͡ ๓ᵕ̈✰͜͡v᭄ ᵕ̈💖
waaah ngakak sama jas jus 🤣🤣🤣
cie cie yg udah deh deg ser😌😌😌
waw ternyata dr Maxim duren sawit 😻😻😻
ternyata dunia sempit ya 🤭
Dr Haris ternyata om nya jas jus 🤣🤣
2022-04-29
34