"Di-dimana kakiku, tolong siapa saja jelaskan!"
Baby terlihat histeris ketika melihat salah satu kakinya tidak utuh. Ia bahkan hampir mencabut paksa infus di salah satu tangannya, karena ingin melihat langsung kakinya. Beruntung dokter Maxime bisa mencegahnya.
"Tenang, kamu yang tenang," bujuk dokter Maxime mencoba menenangkan Baby yang masih terlihat shock.
Baby melempar kasar tangan dokter Maxime yang menyentuh tangannya. Ia tak peduli dengan keberadaan tenaga medis di sana, yang ia inginkan kakinya kembali utuh.
Melihat penolakan Baby, dokter Maxime berbicara dengan suster yang berada di ruangan itu. Memintanya untuk segera menghubungi kedua orang tua Baby. Setelah itu ia kembali ke brankar Baby.
"Sekarang, dokter jelaskan! Ada apa dengan kaki saya, kenapa tanpa meminta ijin, Anda memotong kaki saya, katakan!"
"Maaf, bukan maksud saya untuk lancang, tetapi saat kamu datang ke sini, kakimu telah diamputasi, dan itu sudah sesuai dengan prosedur medis yang telah disepakati kedua belah pihak."
"Kedua belah pihak, siapa dengan siapa?"
"Maaf Baby. Saat itu kondisi kamu sangat kritis, tulang betismu retak, dan tidak bisa berfungsi normal setelahnya. Maka dengan berat hati, para dokter harus melakukan tindakan medis (amputasi), untuk menyelamatkan nyawa kamu."
Baby menutup kedua matanya, hancur sudah perasaannya kali ini. Di sisi lain, dokter Maxime tetap menceritakan semua kejadian sejak Baby dirawat di Rumah Sakit tanpa ada yang ditutupi.
"Lalu menurut dokter, setelah ini saya harus hidup seperti apa? Saya cacat, tau nggak, kalian sudah merampas impian saya!"
Baby kembali terisak. Menyesali penderitaan yang menerpanya, bahkan semua impiannya telah hancur meski belum ia mulai.
"Hanya ada dua kemungkinan setelah kamu benar-benar pulih. Menggunakan crutch atau membuat kaki palsu untuk membantu kamu berjalan."
Baby mengacuhkan semua perkataan dokter. Baby tenggelam dalam dunianya sendiri. Dokter Maxime menghela nafasnya, ia paham pasien sedang shock. Beberapa saat kemudian, kedua orang tuanya masuk ke ruang rawat Baby.
"Mommy .... " isak Baby.
"Baby, kamu sudah siuman, Sayang?" tanya Mama Marie sambil memeluk tubuh putrinya itu.
"Bersyukur, akhirnya kamu membuka mata, Sayang," ucap Daddy Oreo.
"Mam, tolong jelaskan! Kenapa aku seperti ini, kenapa kakiku harus diamputasi?" isak Baby dalam pelukan Mama Marie.
Sementara itu kedua orang tuanya saling berpandangan. Kalau boleh memilih, mereka tidak mau melihat anak gadisnya menjadi cacat, tetapi dokter tidak memberikan mereka pilihan.
"Itu sebuah pilihan yang sulit, Baby, maaf," isak Mama Marie.
Lalu Daddy Oreo mulai menceritakan bagaimana situasi sulit yang mereka alami setelah kecelakaan Baby dan Lucky. Sampai mereka membawa Baby terbang ke Paris untuk memulihkan kondisi kesehatannya.
Baby Corn melepaskan pelukan sang mama.
"Jadi aku di Paris?" tanya Baby Corn dengan wajah sendu.
"Iya, kamu sekarang tinggal sama Mommy dan Daddy di Paris."
"Lalu Lucky dimana? Kenapa nggak menemani aku di sini?"
Terlihat wajah sendu Marrie di sana. Melihat putrinya terluka, tentu saja kedua orang tuanya tidak tega, tetapi mereka harus mengatakan yang sebenarnya.
"Lucky sudah meninggal di tempat kejadian, hanya kamu yang selamat hari itu!"
Deg.
"Enggak mungkin! Mommy pasti bohong, nggak aku nggak percaya!"
Baby tampak menolak kenyataan itu. Ia bahkan lebih terpuruk dari beberapa saat yang lalu.
Seolah kilatan petir menyambar hati Baby Corn sore itu, membuat kondisi psikisnya semakin terguncang. Baby tampak masih kecewa akan nasib buruk yang ia alami, belum lagi ditambah dengan sebuah kenyataan pahit, kekasihnya sudah meninggal dunia.
Tuhan telah mengambil cinta sejati Baby tanpa surat, hingga takdir memutus ikatan cinta mereka dengan sangat kejam.
Di tengah keadaan Baby yang masih shock, orang tuanya menawarkan untuk membuat kaki palsu, tetapi Baby menolak karena ia menginginkan kaki aslinya.
"Nggak, aku nggak mau kaki palsu, aku mau kakiku kembali!" teriaknya frustasi.
Mama Marrie hanya bisa mengusap punggung tangan Baby untuk menenangkannya. Dokter Maxime masih berdiri dibalik pintu, tetapi tidak bisa berbuat lebih atau memaksa pasien membuat kaki palsu. Karena semua dilakukan atas persetujuan kedua belah pihak, dan juga pasien.
.
.
Beberapa hari kemudian, Baby sudah pulang ke mansion milik Mama Marrie dan Daddy Oreo. Tapi pandangan mata kosong masih tampak jelas di dalam iris mata Baby Corn.
Keceriaan Baby menguap, berganti dengan Baby yang banyak melamun dan sering menangis. Mama Marrie tak tega melihat kondisi psikis Baby. Oleh karena itu, ia mengajak Baby jalan-jalan ke mall bersama Daddy-nya juga.
Baby memakai crutch untuk membantunya berjalan. Tetapi ia dipandang aneh oleh orang-orang yang berpapasan dengannya.
Saat itu Mama Marrie ingin buang air kecil, ia permisi ke toilet, hingga meninggalkan Baby bersama ayahnya.
"Sayang, Mom ke toilet sebentar, ya."
Baby mencoba tersenyum, "Oke, ada Daddy kok!"
Tak berapa lama kemudian, Daddy-nya mendapat panggilan telepon, hingga terpaksa harus meninggalkan Baby. Seketika Baby melihat sebuah baju yang menarik di salah satu toko. Tanpa didampingi siapa pun, ia memasuki toko pakaian tersebut.
Lagi-lagi pandangan aneh ia dapatkan.
"Siapa yang mengijinkan orang cacat masuk ke sini! Kamu nggak bisa baca, hanya orang kaya yang boleh masuk ke sini!"
Ucapan salah satu pramuniaga tadi sedikit membuatnya tersinggung. Tetapi ia menguatkan hatinya. Baby tetap melangkah masuk.
Ia mendekati baju yang menarik perhatiannya sedari tadi, lalu mulai memegangnya.
"Dasar, orang cacat sok kaya, masih berani pegang baju mahal, emang dia bisa bayar?"
Ucapan-ucapan pedas datang silih berganti, hingga berujung petaka. Tiba-tiba salah satu pramuniaga datang, ia mengambil paksa crutch milik Baby dan membuangnya.
Karena kehilangan keseimbangan tubuh, Baby terjatuh. Tentu saja ia menjadi tontonan gratis di sana. Baby ingin melawan tetapi terlalu banyak massa di sana.
"Ha ha ha, cacat masih belagu."
"Kalau cacat harusnya di rumah, bukan berkeliaran di mall."
Banyak ucapan dari beberapa pengunjung yang semakin memperolok keadaan Baby. Situasi itu membuat ia semakin drop secara mental dan psikis. Beruntung ada dokter Maxime yang lewat dan menolongnya.
"Ada apa ini? Minggir!"
"Baby."
"Bubar! Ini bukan sebuah tontonan!" gertak dokter Maxime yang sudah kehilangan kesabarannya.
Melihat Baby yang meringkuk ketakutan membuat dokter Maxime mendekati lalu menggendongnya. Baby bersembunyi pada dada Maxime selama perjalanan keluar dari toko tersebut.
Sementara itu kedua orang tua Baby panik saat melihat Baby digendong Maxime.
"Kenapa dengan Baby?"
"Nggak apa-apa, sebaiknya kita segera pulang," ajak dokter Maxime.
Dokter Maxime khawatir dengan kondisi Baby saat ini, apalagi Baby lebih banyak diam. Dokter Maxime akhirnya memutuskan untuk menemani Baby menyembuhkan luka psikisnya.
Sebenarnya Baby menolak menggunakan kaki palsu, ia hanya menginginkan kakinya. Bahkan kalau boleh memilih, ia ingin memutar kembali waktu, mengembalikan kondisinya seperti sebelum kecelakaan.
Baby mengutuk kecelakaan itu. Sampai kapan pun, kenangan tragis saat itu, tidak akan pernah ia lupakan.
Pagi itu, Baby berjalan-jalan ke taman di dekat mansion. Ia memandangi anak-anak yang bebas berlarian dengan kakinya. Iri, jelas ia iri pada anak-anak yang masih memiliki kaki.
Ternyata di lingkungan tempat tinggalnya, ia tetap dipandang remeh oleh mereka. Mereka melihat aneh ke arah Baby, lalu membawa pergi anak-anak mereka saat melihatnya. Seolah tidak ada yang mau berdekatan dengan Baby. Ucapan mereka sama pedasnya, sama seperti pramuniaga di mall kapan hari.
"Ayo pulang, jangan berdekatan dengan orang cacat, nanti bisa membawa sial!" Ucap mereka yang membawa pergi paksa anak-anak kecil itu dari taman.
Baby mengusap air matanya. Dadanya bergemuruh hebat.
"Beginikah nasib orang cacat? Selalu diremehkan dan dihina?"
Baby mencengkeram erat bajunya, lalu ia pun bertekad untuk membuktikan jika ia akan menjadi model terkenal meski dengan kondisinya saat ini.
"Lihat saja kalian, setelah aku berhasil menjadi model terkenal, akan aku tampar kalian dengan prestasiku di dunia modeling!"
"Jangan panggil aku Baby Corn si gadis cacat, karena setelah ini aku pastikan kalian akan menyesali setiap ucapan kalian!"
Baby berdiri dengan geramnya, lalu mengambil crutch miliknya dan berjalan tertatih kembali ke mansion. Di saat yang sama, dr. Maxime sedang menuju ke kediaman Baby melihat semua itu. Lalu dengan perlahan mengikuti Baby menuju mansion.
...🌹Bersambung🌹...
.
.
..."I can’t change the direction of the wind, but I can adjust my sails to always reach my destination."...
...(Saya tidak bisa mengubah arah angin, tetapi saya bisa menyesuaikan layar saya untuk selalu mencapai tujuan saya)...
...⚜⚜⚜...
.
.
Kira-kira Baby akan melakukan apa setelah ini? Jangan lupa like, favorit dan rate ya. Jika suka boleh beri VOTE/ GIFT nya, terima kasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Sakura_Merah
benar beb tampar mereka dengan prestasi mu
2022-06-04
0
Lucyna
semangat baby buktikan kepada orang yang menghinamu 💪
2022-06-01
0
Ilham Risa
lanjut😀
2022-05-29
0