"Ya. Menginap. Bagaimana?" Nathan menatap Mira, menunggu jawaban dari gadis itu.
"Haha.. anda bercanda Tuan. Anda kan tau masalahnya. Jadi mana bisa!"
"Terserah kau saja. Jika tidak bisa, aku juga tidak bisa menerimamu!" Ucap Nathan.
"Tidak apa apa Tuan, jika tidak bisa menerima saya, saya tidak mungkin memaksa. Kalau begitu saya permisi. Saya akan mencari pekerjaan yang lain saja." Jawab Mira segera mengajak Bu Darsih untuk pergi dari sana.
"Eh, tunggu!" Namun Nathan langsung mencegah langkah Mira.
"Baiklah. Kau boleh bekerja disini!"
"Tidak harus menginap?" Tanya Mira meyakinkan Nathan.
"Terserah kau saja. Mau pulang mau pergi, kapan pun terserah!" Tidak ada pilihan lain bagi Nathan demi bisa mempertahankan keinginannya agar Mira bersedia bekerja di rumahnya.
"Terimakasih Tuan! Terimakasih. Saya janji akan bekerja dengan baik." Sahut Mira sangat senang.
Nathan tersenyum,
"Bekerjalah yang baik disini dan aku akan memberi gaji tiga kali lipat dari hasil jualan mu." Ucap Nathan menoleh pada Ken.
"Ken." Ken langsung mendekat.
"Siapkan kamar yang baik untuk gadis ini! Dan beritahu dia apa apa saja yang harus dikerjakannya." Perintah Nathan.
"Tapi Tuan!"
Nathan membelalakkan matanya pada Ken.
"Ah, baiklah Tuan. Mari Nona!" Ken mempersilahkan Mira untuk mengikutinya.
Lalu Nathan menoleh pada Bu Darsih.
"Bu Darsih. Terimakasih sudah membawa gadis itu kemari. Ibu boleh pulang ke kampung halamanmu hari ini juga. Kau bisa meminta sopir untuk mengantarmu sampai ke kampung mu. Dan Ken akan menyiapkan pesangon yang besar untukmu, anggap saja hadiah dariku atas kesetiaanmu selama ini." Ucap Nathan membuat Bu Darsih senang mendengarnya.
"Terimakasih Tuan Nath. Terimakasih sekali."
Bu Darsih pun segera pamit untuk berkemas.
___
"Ini kamar anda Nona!" Tunjuk Ken pada Mira setelah membuka pintu sebuah kamar.
"Tuan. Saya kan tidak menginap. Kenapa harus menyiapkan kamar?" tanya Mira pada Ken.
"Ini perintah Tuan Nath. Silahkan. Mungkin Nona perlu membersihkannya dahulu. Saya akan tunggu di bawah untuk menunjukan pekerjaan Nona."
"Iya, Terimakasih Tuan."
Ken melangkah meninggalkan Mira di kamar itu, dan menemui Nathan.
"Kau sudah menyiapkan kamar untuknya Ken?"
"Saya sudah mengantarnya ke kamar Tuan."
Nathan langsung berdiri. Menghampiri Ken.
"Kau menyuruhnya membereskan kamar itu sendiri? Kau tidak membantunya?"
Ken hanya menunduk.
"Dasar bodoh!" Nathan mengumpat, langsung melangkah.
"Tuan!" Ken memanggil Nathan yang langsung menghentikan langkahnya dan menoleh.
"Apa gadisnya itu..?"
"Seharusnya tanpa bertanya, kau bisa menebaknya dari awal!" Selesai bicara Nathan langsung melanjutkan langkahnya.
Ken hanya tersenyum melihat itu. Sekarang dia sudah paham. Siapa gadis itu tadi, dan kenapa Nath langsung menerimanya bekerja disini. Ternyata, gadis itu adalah istri orang yang kemarin diceritakan oleh Nath padanya.
'Istri orang.'
Ken tersenyum sambil menggaruk kepalanya.
Menghela nafas lalu duduk.
Sementara Nathan melangkah menemui Mira dikamar atas.
"Apa perlu bantuanku?" melangkah masuk.
Mira menoleh. "Eh, Tuan. Tidak perlu. Ini sudah hampir beres." Sahut Mira.
"Saya tidak menyangka jika Tuan Nath sekarang menjadi majikan saya. Ternyata Tuan Nathan orang kaya." ucap Mira sambil menyisihkan sapu di ujung tembok.
Nathan hanya tersenyum saja, melirik wajah Mira.
"Tuan. Apa saja yang harus saya kerjakan?"
"Terserah kau saja!"
"Kok begitu?" Mira menoleh pada Nathan yang kebetulan masih menatapnya.
"Mira!" Nathan mendekati. Mengangkat dagu Mira.
"Apa ini?" menunjuk pipi Mira.
Mira langsung menepis tangan Nathan.
"Dimana dapurnya Tuan?" langsung memalingkan wajahnya dan segera melangkah. Namun Nathan menahan lengannya.
"Siapa yang melakukannya?"
"Mira!"
"Tuan! Bisakah anda menunjukkan dapurnya?"
"Katakan dulu, siapa yang melakukannya? Apa suamimu?"
Mira menunduk. "Saya harus segera bekerja Tuan. Sebelum sore saya harus sudah kembali ke rumah. Jika tidak.."
"Ah, baiklah!" Nathan melepaskan tangan Mira kemudian berjalan keluar. Mira mengikutinya dari belakang.
"Kau tidak perlu memasak!" ucap Nathan sesampainya di dapur.
"Lalu. Ah, iya sudah ada koki disini." Sahut Mira melihat seorang koki pria yang sedang sibuk memasak.
"Kalau begitu saya akan mencuci baju anda."
"Sudah di laundry."
"Ah, baiklah. Menyapu atau mengepel?"
Nathan tergelak. "Kau tidak lihat?" menunjuk ke arah seorang pelayan pria.
Mira menoleh, di lihatnya dua pelayan pria sedang sibuk bersih bersih.
"Lalu apa pekerjaan saya?"
"Membuatkan kopi untuk ku. Membawakan makanan jika aku sedang ingin makan di rumah. Dan menemaniku bicara saat aku sedang berasa dirumah."
"Hanya itu?" tanya Mira sedikit heran. 'Kok mudah sekali?'
"Haha.. jika mau lebih kau bisa memijat punggungku. Ikut denganku ke kantor. Kau pasti akan banyak pekerjaan. Semakin banyak pekerjaan semakin banyak jam lembur yang akan kau dapat."
"Benarkah? Anda akan membayar jam lembur ku juga?"
"Tentu saja. Apalagi jika kau mau menginap disini, maka lemburnya akan dihitung tiga kali lipat."
Mira tercengang. Sungguh menggiurkan pikirnya. Tapi mana bisa? Jangankan menginap, pulang kemalaman saja Ricard akan memukulinya.
"Kau mau menginap."
Mira terdiam, lalu menggeleng.
"Baiklah. Tidak masalah."
"Sekarang, siapkan makan siang untukku dan bawa ke kamarku. Aku tunggu di sana." ucap Nathan kemudian melangkah pergi.
Mira segera menyiapkan makan siang untuk Nathan dibantu sang koki yang sedikit merasa aneh dengan kehadiran Mira.
"Apa Nona Kekasih Tuan Nath?" tanya koki itu.
"Hah! Mana ada. Saya hanya pelayan baru disini."
"Oh ya. Tapi sejak kapan Tuan Nath mengijinkan pelayan wanita muda sepertimu Nona? Selama bekerja disini aku hanya melihat Bu Darsih satu satunya pelayan wanita disini. Itupun karena Bu Darsih sudah berada disini sejak tuan Nath kecil." jelas sang koki.
"Masa sih?" Mira seperti belum percaya. Tapi dia tidak terlalu memikirkannya,mungkin karena Nathan sudah pernah mengenalnya atau karena Nathan ingin membalas Budi baiknya setelah pernah menolongnya tempo lalu.
Mira segera berjalan setelah makanan diatas nakas selesai disiapkan.
Mira melangkah, ragu ke kamar yang mana. Beruntung ia melihat pria bernama Ken tadi dan Mira bertanya letak kamar Nathan.
"Ada perlu apa Nona?"
"Tuan Nath meminta saya mengantar makan siangnya."
Ken seperti terkejut mendengar jawaban Mira.
"Sejak kapan Tuan Nath makan di kamarnya?"
"Saya juga kurang tau Tuan. Tapi begitu tadi perintahnya."
"Kalau begitu, mari saya antar."
Mira mengikuti Ken.
"Ini kamar Tuan Nath." Ken pun pergi setelah mengantar Mira ke depan kamar Nathan.
Mira kemudian mengetuk pintu. Sesaat kemudian Nathan sudah tersenyum dibalik pintu.
"Masuklah!"
Mira melangkah masuk dan meletakkan nakas makanan itu di atas meja.
"Silahkan Tuan?"
"Kau harus menemaniku makan." Nathan duduk, menarik tangan Mira hingga Mira terduduk disebelah Nathan.
"Ayo. Kau juga makan!"
"Tuan. Saya sudah makan."
"Kapan? Tadi pagi? Makan Nasi goreng?"
"Kok Tuan tau sih. Iya."
Nathan tersenyum saja. Menyendok nasi kedalam piring dan mengulurkan pada Mira.
"Makanlah. Disini kau bebas makan berapa kali pun kau mau!"
"Tapi Tuan."
"Kita sudah berteman bukan? Jadi jika sedang berdua, aku temanmu bukan majikanmu!"
Mira tersenyum senang. Lalu tanpa ragu menerima piring itu dan memakannya dengan lahap.
"Enak sekali. Seumur hidup, ini makanan terenak yang pernah ku makan." ucap Mira pelan, tapi Nathan tetap mendengarnya dengan baik.
"Memang selama ini kau makan apa?" tanya Nathan sambil mengunyah.
"Dikampung, paling mentok tahu sama tempe. Disini kebanyakan mie rebus, mi Goreng atau nasi goreng. Belum pernah makan makanan seperti ini." menunjuk beberapa potong daging dan cumi di piringnya.
Hati Nathan merasa sedih mendengar ucapan terus terang Mira.
"Kau dari kampung?"
Mira mengangguk.
"Suamimu?"
"Orang kota ini."
"Lalu orang tuamu?"
"Ibu sudah meninggal akibat kecelakaan. Ayah juga sekarang tidak bisa berjalan karena kecelakaan itu. Saya anak tunggal. Makanya saya harus mengumpulkan uang yang cukup untuk biaya hidup dan berobat Ayah di kampung."
"Apa pernikahan mu tidak baik baik saja? Maksud ku apa ada masalah dengan Suamimu?"
Mendengar pertanyaan Nathan kali ini, Mira tiba tiba menghentikan suapannya.
Mira terdiam, setitik air bening tergantung diujung matanya.
"Kau boleh bercerita padaku jika mau. Siapa tau dengan begitu, beban di hatimu akan sedikit berkurang."
"Tidak perlu Tuan. Tidak baik urusan rumah tangga diceritakan pada orang lain." jawab Mira.
"Baiklah. Maafkan aku." Nathan tidak bisa lagi melanjutkan pertanyaannya, padahal sejuta pertanyaan terus mengerubungi otaknya.
"Ayo nambah lagi. Makan yang banyak."
"Sudah Tuan, saya sudah kenyang." sahut Mira. Setelah melihat Nathan selesai Mira segera membereskan bekas makan mereka lalu beranjak untuk kembali ke dapur.
Hari itu Nathan meminta Mira membereskan kamarnya. Mira sempat heran, kamar itu terlihat bersih dan rapi. Namun ada saja yang di suruh Nathan di dalam kamar itu. Yang meminta Mira untuk menyusun kertas segala. Menemaninya mengobrol sambil mengulik laptopnya. Sesekali sambil mencuri pandang kearah Mira.
Sampai malam. Sampai Mira meminta untuk pulang.
"Tuan. Ini sudah beres semua. Bisakah saya pulang sekarang?"
Nathan tersenyum." Aku akan mengantarmu."
"Tidak perlu Tuan. Saya bisa naik angkot. Besok pagi pagi buta saya akan kemari lagi."
"Ini sudah malam. Menurut lah!"
Nathan akhirnya mengantar Mira pulang. Awalnya Mira tetap menolak. Namun setelah Nathan meyakinkan jika hanya akan mengantar sampai di simpang jalan saja, Mira akhirnya mau.
**
"Dari mana saja kamu! Kenapa hari ini tidak memasak? Kau sudah bosan memasak di rumah ini hah!" bentak Ricard yang baru saja masuk menyusul langkah Mira ke dapur dan marah ketika mendapati Meja makan kosong.
"Maaf Mas. Pagi tadi aku belum punya uang untuk belanja." Mira hanya bisa menunduk di depan suaminya.
"Kau bekerja setiap hari, tapi tidak punya uang?"
"Oh,aku tau. Kau sudah mulai berani menentang ku? Mau ku pulangkan pada Ayahmu di kampung?"
"Jangan mas. Sungguh. Aku tidak mungkin menentang mu."
"Lalu siapa yang mengantarmu tadi? Aku melihatmu turun dari mobil mewah dipersimpangan jalan didepan sana! Kau pikir aku tidak tau!"
Mira terkejut, mendongak. 'Mas Ricard melihat ku?'
"Dasar wanita murahan! Kau sedang mencari mangsa untuk kau hancurkan seperti kau sudah menghancurkan aku ini hah!"
"Tadi itu, dia majikan baru ku mas. Aku sekarang bekerja sebagai pembantu. Karena kebetulan majikan ku sedang mau keluar, sekalian aku nebeng."
"Keluar!"
Ricard menyeret tangan Mira dengan sangat kasar dan melemparnya keluar rumah begitu saja.
"Malam ini jangan ada di dalam rumahku murahan. Pergi kau! Tidur diluar sana!"
"Jangan mas. Aku mohon jangan menyuruhku tidur diluar. Aku takut mas. Ini mau turun hujan." Mira mengiba, menengok langit yang terlihat gelap.
"Ini untuk pelajaran! Jangan berani macam macam denganku!"
"Maafkan aku mas. Aku janji tidak akan melakukan kesalahan lagi. Biarkan aku masuk mas. Ini mau hujan lebat." Mira masih terus mengiba.
Ricard benar benar tidak peduli. Menutup pintu dan menguncinya. Membiarkan Mira di luar sementara mendung semakin menebal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
🍀 chichi illa 🍒
lanjuttttt
2022-11-10
0
Spurwani Nci
mira pny laki sama jg ga pny laki mending hidup sendiri mir
2022-10-19
0
Novianti Ratnasari
kisah nya gmn ya ko bisa ridcat nikah am mira
2022-06-08
1