"Tuan Nath. Apa saya perlu meminta rekaman Cctv dari Cafe X semalam?" Tanya Ken.
"Apa menurutmu harus seperti itu?" Nathan menoleh pada Ken.
"Tentu saja. Kita harus tau siapa orang yang ingin mencelakaimu."
Nathan tersenyum miring.
"Biarkan saja. Suatu saat kita akan mengetahui dengan sendirinya."
"Tapi Tuan!"
"Pergilah. Aku masih ingin di kamar. Sebaiknya kau pergi ke kantor dan hari ini semua pekerjaan aku serahkan padamu."
"Baiklah. Tapi menurutku, sebaiknya anda berhati hati dengan teman teman baik anda. Mereka bisa kapan saja menusukmu dari belakang."
Nathan tergelak." Aku tau itu. Kau tidak perlu terlalu khawatir Ken."
"Baiklah. Saya permisi. Selamat beristirahat Tuan!"
Ken keluar dari kamar Nathan.
Nathan kembali pada lamunannya. Nampak memegangi bibirnya, dan terlihat tersenyum.
"Aku sudah gila! Bisa bisanya memikirkan gadis Asongan yang sudah memperawani bibirku itu." Nathan menghela nafas. Masih terlihat tersenyum sendiri.
Nathan melangkah , alu keluar rumahnya dan memasuki mobilnya.
Kembali melaju. Entah mengapa hati Nathan tergelitik untuk melihat Mira. Kini melajukan mobilnya ke arah Taman.
Nathan berhenti dan menepikan mobilnya.
Pria itu celingukan mencari cari. Tapi tidak melihat adanya Mira disitu.
"Apa hari ini dia tidak kemari?"
Nathan menarik nafas berat, lalu kembali ke mobilnya.
Nathan kembali melaju. Pikirannya kini beralih pada rumah Mira semalam.
Namun baru di tengah perjalanan mata Nathan menangkap bayangan Mira yang sedang menjajakan dagangannya di pinggir trotoar.
Nathan tersenyum. Menepikan mobilnya dan turun.
Nathan menghampiri Mira yang baru selesai melayani pembeli.
"Boleh aku memborong semua dagangan mu?" Mengulurkan beberapa lembar uang.
Mira mendongak, menatap si pemilik uang.
"Anda?"
Nathan tersenyum.
"Ini serius Tuan?" Mira seperti tak percaya.
"Tentu saja!"
Mendengar itu Mira sangat senang, segera meraih uang dari tangan Nathan. Tapi Nathan segera menghindarkan tangannya.
"Tapi ada syaratnya!"
"Hah!"
"Makan siang bersamaku, baru aku akan membeli semua dagangan mu ini."
Mira membelalakkan matanya. "Tuan tidak ikhlas?"
Nathan tergelak. "Justru karena aku sangat ikhlas aku ingin mentraktirmu makan siang sebagai ganti ucapan terima kasih ku untuk semalam. Bagaimana?"
"Restoran Padang?"
"Haha.. Dimana pun itu. Kau mau?"
Mira mengangguk saja.
"Ayo!" Entah kenapa Nathan begitu senang melihat anggukan Mira, segera membukakan pintu mobil untuk Mira.
"Tapi Tuan saya." Mira sepertinya ragu dengan penampilannya.
"Lepaskan dagangan mu." Nathan melepaskan dagangan Mira dari tubuhnya dan memasukkannya di jok belakang mobilnya.
Kemudian mendorong tubuh Mira agar segera masuk ke mobilnya, kemudian Nathan menyusul.
"Tuan. Saya tidak bisa makan denganmu .Maafkan saya. Sebaiknya saya turun." Tiba tiba Mira menolak setelah duduk di dalam mobil.
"Kenapa?"
"Saya.. saya takut..!"
"Kau takut padaku? Haha.. baiklah. Namaku Nathan. Aku pria paling tampan dan baik di kota ini. Aku anak yatim piatu. Kau tidak perlu takut padaku."
"Bukan begitu. Aku.."
"Kamu malu karena bajumu?" Nathan menatap Mira yang memang hanya memakai baju sederhana itu.
"Kita akan makan di restoran biasa saja. Bukan tempat yang mewah. Bagaimana?"
"Tuan saya tetap tidak bisa."
"Kau ini. Tadi katanya ingin makan di restoran Padang. Kita akan makan disana."
Mira tetap menggeleng.
"Kau kenapa? Kau masih takut padaku? Mira. Aku tidak akan menculikmu. Aku tidak akan mencelakaimu. Kau bisa berteriak kalau aku menyakitimu." Nathan berusaha meyakinkan Mira.
"Iya Tuan , saya tidak takut dengan anda."
"Lalu.. ah. Begini. Aku ingin berteman denganmu. Kau mau berteman denganku?"
"Baiklah baiklah, tidak sampai tiga puluh menit. Aku akan mengantarmu pulang dan memberitahu orang tuamu jika aku mengajakmu makan siang. Bagaimana?"
Mendengar itu Mira langsung gemetaran. Menarik kunci pintu mobil dan membukanya kemudian meloncat turun.
"Tuan. Anda bisa pergi sendiri. Sungguh saya tidak bisa."
"Mira!" Nathan terkejut melihat Mira sudah keluar dari mobilnya dan segera menyusul.
"Baiklah, jika kau tidak ingin makan bersamaku." Nathan mengambil dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang.
"Ini untuk dagangan mu tadi. Masuklah. Aku akan mengantarmu pulang kalau begitu."
"Terimakasih Tuan." Mira menerima uang itu.
"Saya pulang sendiri saja." Mira segera melangkah. Namun Nathan mencegahnya dengan menahan tangan Mira.
"Eh, tunggu. Rumahmu itu jauh dari sini. Aku tau. Aku akan mengantarmu. Hanya mengantarmu. Sampai depan rumah saja. Tidak tidak. Jauh dari rumahmu. Ayo lah!"
Mira menepis tangan Nathan.
"Tidak!"
Nathan semakin penasaran.
"Kau takut orang tuamu marah? Aku bisa menjelaskan pada mereka jika mereka melihat kita."
"Tuan. Aku takut suamiku marah. Maaf tuan. Saya itu sudah menikah!"
"Menikah? Maksudmu.." Nathan sangat terkejut dengan pengakuan Mira.
Mira sudah melangkah pergi.
"Mira!" Nathan masih mengejar Mira. Menarik lengan Mira dan tetap memaksanya untuk masuk ke mobilnya.
"Aku akan mengantarmu!"
"Tuan!"
"Diamlah. Suamimu tidak akan tau."
Nathan langsung menginjak pedal gasnya.
Sepanjang perjalanan Mira hanya menunduk. Sementara Nathan terus melirik wajah Mira yang tertunduk. Nathan seperti masih belum percaya dengan pengakuan Mira yang sudah menikah.
Nathan tergelak.
"Serius kau sudah menikah? Atau hanya ingin membohongi ku?"
"Benar Tuan. Sungguh."
"Berarti rumah bagus itu milik suamimu?"
Mira mengangguk.
"Bekerja apa suamimu sampai istrinya dibiarkan bekerja sebagai penjual asongan?"
Mira tidak menjawab.
"Suamimu dimana?"
Mira masih tidak menjawab.
"Mira?"
"Ah, iya Tuan. Ada. Suami saya kerja. Kerja di.." Mira tidak meneruskan ucapannya.
"Baiklah. Jika ingin bercerita, lain kali kau boleh bercerita padaku. Bukankah kita sudah berteman?" Nathan menoleh.
Mira hanya tersenyum tipis.
"Tidak baik berteman dengan wanita yang sudah bersuami Tuan."
Nathan tergelak.
"Lalu bagaimana denganmu. Kau bahkan sudah mencium laki laki lain. Hahaha..!"
"Itu kan terpaksa saya lakukan." Bantah Mira.
Nathan mendengus. "Tetap saja. Lebih parahnya lagi.." Nathan menoleh lagi pada Mira.
"Apa kau tau. Kau wanita pertama yang sudah merampas kesucian bibirku. Selama ini aku menjaganya. Dan semalam istri orang sudah merenggutnya." Ucap Nathan.
"Benarkah? Anda berarti belum menikah atau belum pernah punya pacar?" Mira pun menoleh.
"Menurutmu?"
"Mustahil. Katanya pria tertampan di kota ini. Masa iya belum punya pacar." Bantah Mira.
"Karena aku menjaganya untuk istriku kelak. Dan kau malah memperawani nya." Nathan terbahak.
Bug…!
Mira memukul bahu Nathan.
"Saya juga harus merelakan kesucian bibir saya hanya untuk menolongmu. Jika tidak karena darurat mana mungkin saya merelakan nya begitu saja." Ucap Mira tidak menyadari ucapannya sendiri yang membuat Nathan heran.
"Apa? Jadi.. Kau belum pernah mencium atau dicium laki laki? Kau bohong."
"Tidak! Saya tidak bohong saya berani bersumpah. Anda juga yang sudah merusak kesucian bibir saya. Jadi jangan menyalahkan saya terus."
Tiba tiba Nathan menghentikan mobilnya.
Kemudian menatap lekat Mira.
"Kau sedang berbohong padaku?" Mendekat.
"Kau bilang sudah menikah. Lalu?"
Mira membelalak , menutup mulutnya sendiri. Merasa keceplosan.
"Saya.. saya. Saya turun tuan. Rumah saya sudah dekat!"
Nathan cepat menahan tangan Mira.
"Jika ada masalah, jangan sungkan bercerita padaku. Kita sudah berteman kan?"
Mira hanya mengangguk. Lalu turun dan terburu melangkah pergi.
Nathan masih setia menatap langkah Mira hingga menghilang.
Nathan memutar mobilnya. Kembali melaju pulang sambil terus memikirkan Mira.
"Apa iya dia sudah menikah? Jika benar, berarti pernikahannya bermasalah. Gadis itu sangat manis. Mustahil jika suaminya.. Ah..!"
Sampai di rumahnya, Nathan membanting tubuhnya di kasur. Menatap langit langit. Otaknya dipenuhi bayangan Mira.
"Kenapa aku bisa terus memikirkan istri orang itu?"
Membalikkan badannya.
"Gila. Aku jatuh cinta pada istri orang?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
🍀 chichi illa 🍒
janda lebih menggoda tapi istri orang lebih menantang 😂
2022-11-10
1
Dedew
kali ini aku dukung pebinor🙈
2022-09-09
0
Fitri Setyowati
suka"
2022-06-03
0