Mata kuliah hari ini ada yg kosong satu, jadi kami bisa pulang lebih cepat dari yang seharusnya, aku gunakan kesempatan ini untuk pinjam catatan Risa, sebab di antara kami berempat Risalah yang paling rajin dalam catatan-mencatat dan aku sudah banyak tugas yang di berikan dosen kepadaku selama aku sakit, jadi kemaren pas aku sakit soal ijin kampus ternyata Mas Rahman sudah mengurusnya. sekarang tinggal aku harus mengejar ketinggalanku karena banyak catatan dan tugas yang tertinggal selama seminggu ini.
" Ke kantin dulu saja yuk Cit?" ajak Mala padaku.
" Aduh aku harus ke perpustakaan nih, soalnya banyak tugas yang harus aku selesaikan selama aku tidak masuk" ucapku pada mereka.
" Nanti saja Cit, kita isi perut dulu nanti kamu kambuh lagi lambungmu," sela Risa
" Oke deh kalau gitu, tapi aku belum boleh makan nasi kalau bubur masih ada ga ya di kantin kira-kira," Seruku.
" Ya elah kok bubur sih entar buat balik ke perpustakaan sudah habis tuh energi " sloroh Mala.
" Ya harus gimana lagi masih belum boleh sih makan nasi, kalau tidak makan nasi tim lah kaya bayi, atau sereal saja juga sudah cukup yang penting keisi perutnya, lagian aku belum kontrol lagi jadi ga tahu boleh makan apa tidak, tapi sama Mas Rahman belum boleh," tuturku.
" kok Mas Rahman sih yang melarang bukannya dokter harusnya yang bilang gitu" cletuk Risa.
aku hanya tersenyum menampakkan gigiku ketika mendengar cletukan Risa.
" Oh iya Cit, ceritain dong tentang doi, gimana bisa kenal sama dia tuhh?" tanya Mala dengan antusias.
" Sipp deh..., aku cerita sambil makan ya nanti dari awal sampai akhir," balasku. Kemudian kamipun berjalan menuju kantin untuk mengisi energi.
Di sana aku menceritakan kejadian awal sampai akhir bagaimana aku ketemu Mas Rahman.
" Duh serasa seperti Cinderella saja kamu Cit, di manja sama pangeran berkuda yang tampan dan rupawan," seru Risa
" Huh kamu ini lihat yang mentereng dikit, ijo deh tuh mata," cletuk Mala.
kamipun terkekeh dengan candaan kami.
" Oh iya, sorry aku cabut dulu ya, aku lupa soalnya aku harus antar bokap ambil pensiun" seru Mala yang sudah bangkit dari kursinya.
" Ya udah aku ikut Mala sekalian deh, kan tadi aku nebeng sama dia,"ujar Risa kemudian.
" Ya udah kalau gitu aku ikut pulang sekalian nunggu jemputan di depan saja" balasku.
" Cie-cieee yang mau di jemput sama pangeran berkuda" cletuk Risa menggodaku.
" hiss apaan sih kalian ini," omelku sambil ku tinggalkan mereka berdua di belakangku, aku pura-pura marah sama mereka berdua.
kamipun akhirnya berpisah karena arah kami berbeda, aku ke depan sementara mereka berdua ke arah parkiran, ku lambaikan tanganku pada mereka berdua, lalu aku duduk di bangku depan kampus sambil menunggu jemputan datang. aku sudah kirim chart dari tadi sama Mas Rahman tapi kok belum di baca juga, sepertinya Ponsel dia mati deh batinku.
Duh gimana ya apa aku pulang naik taksi online saja, tapi aku takut nanti Mas Rahman marah sama aku, soalnya aku di pesenin tak di ijinkan pulang naik kendaraan umum, gumamku dalam hati.
Setelah nunggu satu jam akhirnya jemputanku datang, P*j*ro putih dan plat Napol yang tidak asing bagiku masuk ke halaman kampus, ternyata Mas Rahman sendiri yang jemput aku, tadi bilangnya ga bisa kenapa jadi dia sendiri yang jemput, grutuku dalam hati.
Aku berjalan ke arahnya dan langsung masuk ke dalam mobil, ku anggukan kepalaku dan tersenyum saat kami bertatap muka dengannya, dan dia pun senyum juga padaku, karena Mas Rahman ternyata baru saja menerima telpon di sebrang sana dari seseorang, jadi aku masih diam di tempat aku duduk sekarang ini.
" Baik pak nanti saya yang datang langsung ke kantor Bapak"
" Untuk harinya akan saya kabari nanti" sahut Mas Rahman sambil menyetir mobilnya, meninggalkan pelataran kampus. aku hanya terdiam saja mendengar percakapan dia dengan seseorang di sebrang sana.
Setelah pembicaraan di telpon selesai, Mas Rahman baru menyapaku,
" Gimana Dek, banyak tugas ya pastinya dari kampus,"ucapnya.
" Iya Mas, seabrek pokoknya" cicitku kemudian sambil ku sangga kepalaku dengan tangan kiriku.
" Mas bisa pinjemin aku laptop ga? soalnya aku butuh buat kerjain tugas di kos," ucapku lagi dengan nada manja.
" Iya boleh atau nanti Mas belikan yang baru saja buat kamu" ujarnya.
" Gas usah Mas, Citra pakai punya Mas aja, ga usah beli baru sayangkan uangnya" sahutku.
" Kalau laptop ku Adek pakai trus Mas kerja pakai apa dong" timpalnya kemudian.
" Oh iya yaa... " balasku sambil nyengir garuk-garuk kepala ku yang tak gatal.
" Ya, udah Mas kalau gitu aku tak ke rental saja ngetiknya" sahutku lagi.
" Apa ke rental? hanya untuk ngetik?" serunya lagi.
" Iya emang kenapa?"tanyaku
" Ga boleh pergi tanpa aku" timpalnya.
" Sudahlah Mas belikan yang baru saja biar Adek ga kemana-mana" putusnya tanpa penolakan.
" Sekarangkan Mas belinya?" tanyaku lagi
" Tidak Dek, tapi tahun depan "serunya sambil tertawa usil.
" Ya elah Mas, masak tahun depan sih, Citra kan butuhnya malam ini, mau nyicil tugas-tugas dari dosen," cicitku.
" Iya Dek sekarang, masak tahun depan beneran sih, tapi kita makan dulu ya, Mas lapar nih, soalnya tadi belum sempat makan." ujarnya.
" Tapi tadi Citra sudah makan Mas?"balasku " Ga enak di ajak temen-temen ke kantin," imbuhku.
" Huff ya udah deh kalau gitu, Mas ga jadi makan saja" ucapnya.
" Duh jangan dong, Mas harus makan, aku temenin deh, mau yahh? ucapku manja.
" Ya udah kalau gitu kita mampir makan dulu, nanti takutnya Mas sakit kaya kamu, dan ga bisa kerja" tuturnya.
" Ga bisa nyari nafkah buat calon istri Mas dong kan lagi butuh beli laptop." Candanya.
Deg,
Itulah yang aku rasakan ketika mendengar kata calon, hatiku ah... entahlah aku ga bisa menggambarkannya, apa aku hanya GR saja.
Setelah makan siang selesai, Mas Rahman mengantar aku pulang ke kost, sebelum aku turun dia berkata.
" Mas sudah pesenin laptopnya Dek, nanti ada yang mengantarnya ke sini mungkin sorean ke sininya, dan Mas sepertinya pulang malam soalnya banyak kerjaan," tuturnya.
" Iya Mas, terimakasih ya Mas" kataku dengan menatapnya sambil tersenyum.
" Jangan lupa minum obat ya, untuk makan malam Mas pesenin sama mbok Minah buatin opor ayam dan nasi tim, jadi perutnya biar enakan dulu ya baru boleh makanan yang kamu suka, setelah sembuh Adek minta apa aja Mas belikan pokoknya,"serunya.
Aku hanya menganggukan kepalaku pasrah saja dengan penuturannya yang manis itu.
" hmmm dan satu lagi, ga boleh ke mana-mana tanpa ijin dari Mas,oke?" serunya.
" Iyaaa ... Mas" ucapku pasrah.
" Dah ya nanti Mas ga berangkat-berangkat." Ujarnya kemudian.
Ku lambaikan tangan ketika Mas Rahman berlalu meninggalkan kos, sebelum naik ke lantai dua aku ke belakang untuk menyapa Mbok Minah yang mungkin ada di dapur.
" Mbok... mbok Minah lagi ngapain?" seruku sembari aku berjalan mendekatinya.
" Eh non Citra, sudah pulang nih, ayok makan dulu" ujarnya.
" Aku sudah makan Mbok tadi di ajak makan sama temen-temen kampus," balasku.
" O...alah ya sudah non, istirahat dulu saja kalau begitu, ini lho Mbok lagi buat opor ayam dan nasi tim buat non"serunya.
" Duh ... Mbok sudah di pesenin sama Mas Rahman ya?" tanyaku.
" Sudah non," balas Mbok Minah sambil tersenyum.
" Ya udah deh kalau gitu Citra pamit ke atas dulu ya Mbok"balasku.
" Ya non, eh... tunggu non Mbok lupa, ini non tadi ada paket cemilan buat non untuk di kamar, Mas Rahman yang ngirim." ujarnya
" Waduh banyak banget Mbok ini, sebagian buat Mbok saja deh," balasku.
" Eh... Ndak usah non, mbok sudah di jatah juga kok tuh di sana," serunya sambil menunjuk ke arah meja makan,di sana ku lihat ada sekantong plastik besar juga.
" Oke deh Mbok Minah, makasih ya? aku ke atas dulu, pamitku sambil berlalu dari dapur.
" Iya non, balasnya.
Aku meninggalkan dapur untuk istirahat di kamar, tak aku pungkiri badanku rasanya masih terasa lemas sekali apa lagi aku habis saja minum obat.
Setelah sholat aku rebahkan tubuhku di atas ranjang hingga aku terlelap ke alam mimpi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Nadiya Rahman
Istirahat Citra,semoga lekas sembuh ya
2022-07-24
1
Erni pasha
makasih kak
2022-04-19
0
pensi
mampir lagi
2022-04-19
1