Jarum jam sudah menunjukan empat lebih tiga puluh, sudah dua jam setengah aku meninggalkan Citra di kamarnya, akupun buru-buru balik setelah menyelesaikan urusanku dengan klien baruku, Syukur Alhamdulillah dapat proyek dengan mudah hari ini. rejeki Citra ini, batinku, aku tersenyum-senyum sendiri ketika jalan menuju ruangan Citra di rawat, kita harus percaya, ketika kita ikhlas pasti Allah akan menggantikannya rejeki lebih dari yang tidak pernah kita sangka-sangka sama sekali.
Aku janji bila proyek ini berhasil aku akan tanggung kuliahmu Citra, gumamku dalam hati yah sebuah proyek besar menanti, mungkin besuk aku tak bisa menungguinya, lebih baik Mbok Minah yang harus gantikan aku sampai malam, aku harus ngomong sama Citra agar dia tak salah paham.
Ketika aku masuk Citra baru saja selesai sholat di atas tempat tidur, dan dia melipat mukenanya pakai tangan kanan dan menaruhnya di atas nakas, ketika melihatku datang dia nampak senyum manis sekali, wajahnya sudah kelihatan merona tidak seperti tadi pagi yang masih sedikit pucat.
" Maaf aku agak lama tadi baru saja menemui klien trus langsung mampir masjid untuk sholat bareng dulu sama dia," tuturku.
" Ga apa-apa Mas, gara-gara Citra, Mas jadi tambah sibuk dan Citra yang jadi ga enak jadi menganggu kerjaan Mas," ujarnya.
" Nggak kok, kliennya itu sahabatku Dek, dan Alhamdulillah setelah kamu do'ain kemaren itu Mas dapat proyek besar nih, jadi Mas gantian berterimakasih padamu Dek gara-gara do'a kamu Mas dapat rejeki besar kali ini, Mega proyek tuturku.
" Alhamdulillah ya Allah, Citra ikut senang sekali Mas," ucapnya terharu, sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
" Mas janji tadi bila proyek ini goal Mas akan biayai semua keperluan kuliah kamu, dan semuanya gratis," ujarku dengan wajah yang berbinar-binar.
" Hah benar Mas?? serunya seperti tak percaya dengan apa yang aku ucapkan,
" Benar Dek, Mas serius ga bohong" ujarku sambil tersenyum.
" Citra ga tahu harus bilang apa sama Mas, hanya do'a dan ucapan terimakasih yang bisa Citra lakukan, ujarnya sambil tertunduk malu.
" Terimakasih Dek, kamu jangan merasa tidak enak gitu, dari do'a kamu Mas dapat rejeki, betul ga? kataku untuk memberi dia semangat dan selalu merasa tidak enak,p jujur aku menganggap dia seperti adikku sendiri yang sudah lama tiada, sifatnya juga manja sekali kaya dia.
Citra menganggukkan kepalanya saja, ku rasa dia sangat terharu dengan janji yang aku ucapkan, akupun sebenarnya juga demikian terharu dengan semua ini, sepertinya ada sesuatu di hatiku ini, ah entah lah.
***
Sudah empat hari Citra di rawat di Rumah sakit setelah kondisinya pulih akhirnya dia di ijinkan pulang ke rumah kos dan dia aku ijinkan untuk tetap tinggal di sana gratis sesuai janjiku, untuk kuliah dan lain-lain aku yang biayai, karena proyek besar ku sudah Goal tinggal eksekusi saja.
POV Citra
Akhirnya aku pulang juga dari Rumah sakit lega rasanya sudah terbebas dari infus dan bau obat-obatan yang menyiksaku selama empat hari, perutku rasanya sudah enakan, makan sudah seperti biasa tetapi belum boleh makan nasi, padahal aku sudah rindu makan nasi, bubur tiap hari membuatku bosan keluhku dalam hati.
Aku di jemput mas Rahman dari rumah sakit, sebenarnya aku tidak enak tapi harus gimana lagi dia memaksa, dan tiba-tiba dia sudah di rumah sakit ini, aku harus bersyukur di pertemukan sama dia, dia adalah sosok yang baik sekali, dewasa dan penuh karisma.
Orangnya ganteng lagi ga ada obatnya deh, walaupun sudah Om-om tetapi dia sangat menggemaskan, aku di perlakukan sangat manis sekali seperti sama pacarnya saja, aku benar-benar seperti di manja sama dia, entah lah kenapa aku merasa nyaman waktu bersama dia, meskipun kami baru kenal.
" Sudah siap Dek ?" tanya Mas Rahman yang sudah menenteng tasku.
" Sudah Mas, aku sudah ga sabar pulang " ujarku.
Mas Rahman tersenyum menatapku dengan wajah sayu dan akupun demikian, ada sesuatu yang tak bisa aku ungkapkan, tapi aku takut bila aku terlalu berharap lebih dengan apa yang dia lakukannya buatku, sebab kalau di turuti kata hatiku itu terlalu cepat untuk urusan hati.
Karena terlalu lama saling menatap aku jadi canggung, akupun menunduk dan mengajaknya pulang.
Mbok Minah yang sudah menunggu kami dari tadi mesam mesem saja melihat kelakuan kami kaya anak kecil saja, aku jadi benar-benar malu sekali.
Sampai di kos menjelang sholat dhuhur, aku dan Mbok Minah turun dari mobil sementara Mas Rahman langsung baik lagi ke kantor.
" Non,... langsung naik ke atas dan Istirahat saja ya non dan jangan lupa obatnya di minum sebelum tidur" pesan Mbok Minah
" Iya Mbok makasih ya"sahutku sambil ku langkahkan kakiku naik ke kamarku.
Sampai di atas ku hempaskan tubuhku di atas tempat tidur, ketika ku amati kamarku kelihatan bersih sekali, rupanya Mbok Minah telah membersihkannya, rasanya aku jadi tak enak sama Mbok Minah, tak lama kemudian mataku terpejam dan akupun terlelap begitu saja.
Sayup-sayup ku dengar suara ponsel berbunyi, ku kerjapkan mataku sesaat dan ku raih ponsel yang ada di nakas, ku lihat nama Mas Rahman terpampang di layar ponselku, sambil tersenyum akupun mengangkatnya.
" Assalamu'alaikum Mas ?" sapaku dengan suara khas manjaku.
" Waalaikum salam Dek, gimana keadaanmu sekarang?" tanyanya di sebrang sana.
" Alhamdulillah udah mendingan Mas, maaf aku tadi baru bangun tidur tadi sampai kos langsung tidur" balasku.
" Syukurlah kalau kamu sudah mendingan, makan dulu ya kalau gitu trus habis itu minum obatnya." Imbuhnya.
" Pingin makan apa? biar Mas yang pesenin atau mau masakan Mbok Minah saja, biar Mas suruh membawakannya ke atas.
" Sebenarnya aku pingin makan nasi Mas tapi belum boleh ya"ujarku
" Belum boleh dek, sabar saja dulu ya kalau sudah benar-benar sehat, baru boleh makan nasi,"tuturnya.
" Iya Mas, kalau gitu aku pinginnya bubur Manado boleh? Biar ada rasanya " tawarku lagi.
" Boleh, bentar ya Mas pesenin dulu, habis itu minum obatnya," ujarnya kemudian
"Iya Mas" jawabku singkat.
" Ya udah Mas tutup dulu ya Dek telponnya, Assalamu'alaikum" serunya.
" Waalaikum salam" balasku.
Setelah menjawab telepon Mas Rahman aku kembali berbaring lagi, rasanya masih agak lemas tubuhku karena pengaruh obat tadi siang, ku tatap langit-langit kamarku sehingga merangkai tentang kepahitan hidupku yang menjadi anak yang terbuang, mama sungguh tega sekali sama aku bila ingat itu, tapi aku patut bersyukur di kala seperti ini ternyata banyak orang baik menolongku, selain teman-teman yang simpatik kepadaku, ada juga orang yang baru aku kenal yaitu Mas Rahman, dia sungguh baik malah sangat baik sekali.
dia bilang mau biayain kuliah aku dan semua kebutuhan aku, entah karena alasan apapun itu semuanya seperti sebuah mimpi saja, ketemu sama pria seperti dia yang aku rasakan perhatiannya luar biasa, pria tampan berperawakan atletis dan kulit putih, dan usianya di atas tiga puluh Tahun, cukup matang untuk berumah tangga, tapi dia masih saja sendiri, walaupun dia pria yang sangat mapan tetapi penampilannya sederhana saja, kalau aku sering curi pandang dulu, ketika dia di kos cuma pakai sarung dan kemeja saja dan sering duduk di depan teras kosnya sambil merokok. Kelihatan hot sekali batinku, apa lagi perhatian dia kepadaku begitu manis sekali, dengan sifat manjaku yang memang sudah dari sononya membuat aku makin nyaman saja, apalagi di perlakukan manis terus, batinku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Nadiya Rahman
Semoga citra berjodoh dengan mas Rahman
2022-07-23
1