Setelah selesai ku urus kamar rawat inap buat Citra Kirana Gerrard, namanya yang baru aku tahu setelah aku melihat identitas yang aku ambil tadi di dalam tas selempang itu untuk mendaftarkan diri, kasihan ku lihat hanya tinggal uang lembaran biru cuma satu lembar saja, akupun menghembuskan nafasku dengan kasar melihatnya.
Selesai aku urus pembayarannya, aku menuju ruangan VIP yang di sebutkan perawat yang bertugas merawat Citra tadi.
Setelah sampai di ruang tersebut aku ketuk pintu kamar.
tok-tok-tok
Akupun langsung masuk tanpa menunggu jawaban dari dalam, dan ku lihat wajah Citra sudah tidak sepucat tadi, dia tersenyum manis ketika melihatku di ambang pintu dan aku balas senyumannya itu, entah kenapa hatiku masih saja gemetar melihatnya gadis itu tersenyum, cantik tapi aku juga sering melihat wanita-wanita cantik juga di luar sana, tetapi entahlah yang ini lain, rutukku dalam hati.
" Gimana keadaan kamu Citra?" tanyaku sambil ku sematkan senyuman padanya.
" Alhamdulillah sudah mendingan Mas, Mas tahu namaku dari mana? pada hal kita belum memperkenakan diri?"
" Maaf tadi pas aku daftarin, kebetulan aku bawa tas Dek Citra jadi aku cari di sana dan nemu ktp deh di sana, jawabku enteng, sambil kutunjukan tas selempang miliknya.
" Kenalkan namaku Abdul Rahman Al Fatih tapi biasa di panggil Rahman saja, ujarku sambil ku angkat tanganku untuk menjabat tangannya, dan kami pun berkenalan pada hal dari tadi aku sama dia sudah ngobrol di dalam mobil, tapi baru ngeh bila kami belum saling kenal nama.
" Terimakasih Mas Rahman atas bantuannya tapi Mas gini em ...." katanya ragu, " Citra sudah tak punya uang buat membayar biaya Rumah sakit ini, ujarnya lagi sambil menunduk dan memilih-milih jemarinya.
" Jangan pikirkan itu Dek, aku ikhlas kok membantumu, jadi ga usah khawatirkan itu, sekarang Istirahatlah biar kesehatan mu pulih lagi seperti dulu," ujarku kemudian.
" Ia Mas Rahman, terimakasih banyak sudah bantu dan temenin Citra di sini, Citra tak akan pernah lupa pada kebaikan Mas dan semoga Allah yang akan membalasnya yang lebih baik lagi" ujarnya.
" Terimakasih untuk do'anya," jawabku sambil tersenyum," sudah ya sekarang tidurlah ini sudah malam sekali adik harus banyak istirahat," tuturku lagi.
Entah mengapa aku suka memperlakukan dia dengan manis, memanggil Adek sama dia, padahal kami baru saja kenal, dan dia tak keberatan, apa ini yang di namakan cinta pada pandangan pertama, Oh si*lan apa aku jatuh cinta lagi, rutuku dalam hati.
Aku akhirnya malam ini menemani Citra nginap di rumah sakit, dan tidur di ranjang sebelah Citra yang di sediakan pihak Rumah sakit, ranjang Extra yang di peruntukkan bagi keluarga pasien.
Pagipun tiba sebelum adzan subuh aku sudah bangun karena ada yang mengetuk pintu kamar, aku bangun dan membukanya ternyata adalah pak Ujang dan Mbok Minah yang aku tugaskan untuk membawa baju ganti buat aku kerja, dan kebutuhan Citra yang lainnya aku suruh Mbok Minah mengambilkannya dengan memakai kunci cadangan kamar Selly untuk mengambil baju ganti Citra, karena tadi malam aku chart pak Ujang untuk menyusul ke rumah sakit dan terpaksa aku menceritakan semua yang terjadi kemaren tentang Citra.
" Mbok Minah saya minta tolong Mbok yang menunggu Citra di sini ya, sementara Pak Ujang yang pulang saja, sebab saya harus kerja sekarang." kataku itu sambil sedikit berbisik sama mereka berdua sebab Citra masih terlelap.
" Dan nanti sore saya pulang kerja langsung ke sini untuk gantiin Mbok" ujarku kemudian.
" Iya Aden Mas, saya akan menungguin Mbak Citra di sini, kasihan dia sebatang kara hidupnya,"ucap Mbok Minah kemudian, sepertinya dia tahu permasalahan Dek Citra.
" Dan terimakasih ya Mas, sudah mau menolong mbak Citra" ujar mbok Minah yang sepertinya Mbok Minah sudah tahu kondisi Citra, aku ingin rasanya menelisik lebih jauh tentang Citra tapi rasanya aku ga tega.
" Iya Mbok," sambil ku ambil baju yang di bawakan simbok dari rumah tadi segera aku pergi ke kamar mandi, dan ketika melewati ranjang Citra kulihat dia masih juga terlelap, mungkin karena pengaruh obat yang di berikan perawatan tengah malam tadi.
Setelah aku bersiap dengan perlengkapan kerjaku, akupun pamit sama Mbok Minah yang sudah aku anggap sebagai ibu keduaku.
" Nitip dek Citra ya Mbok?" kataku sambil ku lirik citra yang lagi sarapan bubur.
" Iya Den Mas, hati-hati di jalan ya?"
" Iya Mbok,"jawabku sambil tersenyum
" Mas berangkat dulu ya Dek ?" kataku pada Citra.
" Iya Mas hati-hati ya Mas,"katanya sambil tersenyum manis sekali, dan ku balas senyuman itu tak kalah manisnya.
***
Ku lanjutkan mobilku membelah jalanan ibukota yang terasa pagi ini sangatlah macet, aku terus saja masih memikirkan tentang gadis itu, dari latar belakang dan sebenarnya ada permasalahan apa yang di derita gadis itu, Citra kamu membuat hatiku tak menentu entah kenapa aku jadi merasakan hal berbeda ketika melihatnya dia memang lain dari pada yang lain, seakan hatiku terpaut sama dia, posisiku masih tak berubah aku masih saja melamun memikirkan gadis itu bahkan aku tak peduli banyak berkas yang harus aku selesaikan hari ini. Ku biarkan menumpuk di atas meja kerjaku.
Setelah ku lalui hari ini dengan setengah hati akhirnya aku memutuskan untuk segera balik ke rumah sakit, setelah makan siang aku menyerahkan beberapa pekerjaan yang penting aku kepada Lukman asisten pribadiku, dan aku meminta pada Adel untuk merubah jadwalku besuk, dan beberapa rapat yang tertunda hari ini aku serahkan pada Lukman.
Jam empat belas lebih dua puluh menit akhirnya aku sampai di Rumah sakit ini, ku langkahkan kakiku menuju kamar Citra, sesampainya di depan pintu ruangan ku ketuk pintu kamar Citra, akupun langsung masuk saja tanpa menunggu jawaban dari dalam, ku lihat Citra dan simbok sedang berbincang sesuatu,
"Aden Mas sudah Pulang jam segini?" ujar simbok yang langsung bangkit dari tempat duduknya.
" Iya Mbok, di kantor lagi ga banyak kerjaan," jawabku bohong.
" O...alah ya sudah Mas kalau gitu, Mas Rahman sudah makan belum? biar simbok carikan makanan" ujar simbok lagi
" Sudah kok Mbok, saya sudah makan di kantor dan tadi langsung ke sini" balasku kemudian.
***
Setelah itu Mbok Minah aku suruh pulang, aku mulai berbincang dengan Dek Citra, aku rasanya ingin sekali mengenal dia lebih dekat, entah perasaan ingin tahuku lebih dalam.
" Gimana keadaanmu Dek?" tanyaku sambil ku duduk di kursi di dekat dia.
" Alhamdulillah lebih baik Mas," perutnya sudah sedikit mendingan, rasa nyeri di ulu hati dan mulanya sudah berkurang," imbuhnya.
" Syukurlah kalau begitu, ku lihat sudah tidak terlalu pucat seperti kemaren" ujarku kemudian.
" Iya Mas terimakasih banyak ya, Citra ga bisa membalas semua kebaikan Mas, Citra hanya bisa do'ain semoga rejeki Mas lancar," tuturnya lagi.
" Udah Dek, ga usah di pikirkan ya?, yang penting Dek Citra segera sehat," bakasku kemudian.
" Dek Citra mau sesuatu?soalnya Mas mau keluar sebentar, dan bentar lagi sholat Ashar, Mas mau sekalian ke masjid?" lanjutku lagi.
" Udah kok Mas, Citra ga butuh apa-apa kok kayaknya, nanti bila urgent Citra tinggal pencet bel saja minta tolong perawat untuk membantu." jawabnya.
" Ya udah ya Mas tinggal dulu ya? Mas janji ga akan lama kok, Ujarku.
" Iya Mas," jawab Citra.
Sebelum aku pergi aku minta tolong perawat untuk mengawasinya sebentar, karena aku ada urusan di luar kebetulan kantor nya di sebelah rumah sakit ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Alvika cahyawati
cinta pada pandangan pertama ya mas rahma 😍😍😍🤭
2023-01-10
1
Nadiya Rahman
Wah sepertinya Rahman jatuh cinta nih sama Citra 🤭
2022-07-20
1