"mmppp... "
"Ssstt Adel, jangan berisik.."
"Tante, mama?"
"Iya kami disini untuk membawamu pergi."
Hanny dan Eve melalui pintu rahasia membawa Adel dari sana, pintu yang sering dia gunakan dulu dan Adel tentu tidak tau maka Ansel dan Aksa tidak berpikiran bahwa Adel melewati pintu itu.
"Rencananya mama dan tante mau bikin itu balok es ngakui kalau masih cinta sama Adel tapi gara-gara Rena semuanya kacau." Ujar Eve dengan nada kesal, karena dia tau rencana Rena yang ingin dekat dengan Ansel. Kedua ibu-ibu itu sudah sejak tadi ada di dalam pintu rahasia yang juga bisa keluar ke ruangan sekretaris dan tidak sengaja melihat perbuatan Rena.
"Tapi mereka tadi.."
"Iya itu ulah Rena mereka gak ngapa-ngapain kok."
"Trus apaan ini?" Tanya Adel melihat ada koper di dalam mobil ketika mereka sampai di parkiran dan masuk ke dalam mobil.
"Tenang aja... pokoknya ikuti kata mama dan sementara ini kamu jangan main ponsel, fokus ke pekerjaanmu saja dan sembunyi." Jelas Eve dan Hanny mengangguk.
Adel masih bingung tapi dia juga sangat lelah dan ingin istirahat, untunglah dia tidak menerima kerjaan lagi karena pasti akan capek setelah hari pertunangan auntie Aileen nanti.
"Terserah mama aja, Adel capek." ucapnya pelan lalu bersandar di jok mobil dan menoleh keluar jendela.
Pikirannya kacau, hatinya tidak tenang memikirkan kejadian tadi. "Rena.. kau kan temanku.. teganya kau berbuat begitu." Batin Adel lalu dia menutup matanya untuk menahan air mata agar tidak jatuh.
"kak Ansel.. aku masih sangat mencintaimu dan tidak ada orang lain lagi yang bisa menggantikanmu tapi kenapa kamu semakin jauh kak.. aku gak bisa menggapaimu." Ucapnya lagi masih dalam hati.
.
.
"Udah ketemu?" tanya Ansel begitu Aksa masuk ke ruanganya.
"Belum, aku sudah minta tolong ke pengawal om Vino dan dia juga sedang cari Adel. Sabar dulu dia gak akan pergi jauh karena mobilnya masih di basement."
Ansel makin terlihat kacau, dia benar-benar menggila memikirkan Adel yang menghilang sejak pagi tadi.
Seminggu berlalu, hari ini adalah hari dimana Aileen akan bertunangan dengan pria pilihan Arden yang dilakukan dengan sedikit pemaksaan pada adiknya itu.
Aileen dan Ansel, dua orang ini tampak kesal karena hal yang rumit dalam hidup mereka.
Aileen yang dipaksa tunangan dan harus menikah 3 bulan lagi, sedangkan Ansel masih belum menemukan Adel, Arka dan Eve menuntut pertanggungjawabnnya karena jadi penyebab Adel menghilang.
"Brengseekkkk!!! Pergi kau dari sini!" Teriak Aileen terdengar ke penjuru aula besar dan pesta mewah itu, sementara sang pria sedang mencoba menenangkan Aileen yang semakin menggila karena melemparkan sebuah gelas kearahnya.
"Aileen!" Teriak Arden tegas membuat Aileen berhenti dan melihat ke arah Arden yang berjalan kearahnya.
"Lihat kak, kau yang pilihkan pria brengsek ini kan?" Teriak Aillen dengan marah.
"Ada apa ini, jelaskan?" tanya Arden menatap mata Aileen yang berkaca-kaca menahan tangis karena di bentak Arden.
"Dia brengsek.." Lirih Aileen sambil menunjuk kearah tunangannya di pojok ruangan dekat ke arah toilet.
"Ini salah paham Tuan Arden, saya.. saya..." Pria itu terbata-bata saat Aileen melihatnya dengan tatapan membunuhnya.
"Dia tadi kepergok berciuman dengan sekretarisnya, aku marah dan dia mengejarku akhirnya dia mau lecehkan aku kak saat aku bilang mau batalkan pertunangan ini." Jelas Aileen dengan air mata yang sudah terjun ke pipinya.
Arden memang melihat baju Aileen telah robek dibagian dada dan memperlihatkan sebagian pakaian dalamnya. Arlen yang baru sampai ke area sana langsung melepaskan jasnya dan memakaikan ke Aileen.
"Sudah sudah biar kakak yang urus dia." Ucap Arlen lembut sambil memeluk dan menepuk punggung adik kesayangannya itu.
"VINO! Lempar dia keluar!" Titah Arden dan segera anak buah Vino bergerak dan bukan hanya pria itu tapi kedua orang tuanya bahkan juga diseret keluar dari sana lalu pertunangan mereka pun di batalkan.
Aileen dibawa keatas, kamar hotel yang telah disiapkan oleh Vino saat Arden mulai mengamuk.
.
.
"Duh kenapa sih hari ini.." Desah Hanny karena dia sejak tadi tidak bisa menghubungi Adel dan Ansel juga menghilang.
"Gimana ini Eve? Adel sudah angkat?" Tanya Hanny mulai panik.
"Belum nih.. kemana dia.." Jawab Eve yang ikutan panik.
"Ada apa sayang...?" Tanya Arden setelah membereskan kekacauan di pesta pertunangan Aileen, Hanny juga tampak panik tetapi Eve memberi kode agar Hanny merahasiakan rencana mereka.
"Gak apa-apa kak, cuma khawatir aja." Bohong Hanny dan Arden mengeratkan rangkulannya.
"Jangan cemas, Aileen malah senang pertunangannya batal, dia hanya syok saja." Arden menuntun Hanny untuk kembali ke kamar mereka dan memang semua keluarga akan menginap di hotel malam ini.
\=
\=
\=
"Mommy daddy GAWAT!!" Anson menggedor kamar Arden dan Hanny dengan berteriak panik.
"Ada apa Son? Ganggu tidur daddy aja.." Ujar Arden begitu membuka pintunya.
"Itu dad.. Ansel dan wanita itu dad.. gawat, dan banyak orang yang sudah ambil foto mereka dad." Panik Ansel sambil menunjuk arah kamar Ansel yang tidak jauh dari kamarnya.
"Ck.. apaan sih Son." Hanny juga keluar dan benar saja di depan kamar Ansel sudah banyak orang berkerumunan.
Arden dan Hanny di ikuti Anson berlari menuju kamar Ansel dan betapa terkejutnya mereka tampak Ansel sedang mencekik seorang wanita yang setengah telanjang, bahkan Ansel juga hanya melilitkan selimut dipinggangnya, pelayan disana berusaha melerai mereka tapi Ansel yang sudah gelap mata tidak mau melepaskan malah semakin marah melihat wanita itu.
"ANSEL HENTIKAN DAN LEPASKAN WANITA ITU!" Hardik Arden terlihat sangat marah dengan kelakukan Ansel kali ini, tapi dia juga tau bahwa Ansel tidak akan gegabah jika memang wanita ini tidak bersalah.
"Itu kan.. Rena.." Ucap Aksa begitu dia sampai dan mengusir semua orang yang ada disana.
"Jelaskan apa ini?!" Teriak Hanny hampir menangis melihat Ansel yang sangat kacau. tapi Ansel tidak menjawab dan malah masuk ke kamar mandi setelah Aksa menyiapkan pakaiannya dan Rena juga sudah membalut tubuhnya dengan selimut sambil menangis menahan sakit.
Di kamar itu, Arden, Hanny, Anson, Arlen, Aksa, Eve dan Arka. Juga ada Vino dan Jupi yang setia menemani Arden dengan menunggu perintah, tetapi Jupi sudah bergerak cepat dengan mengecek seluruh cctv dari acara hingga lantai kamar ini.
"Singkirkan wanita ini kalau kalian ingin penjelasan." Ucap Ansel lalu duduk di sebelah Hanny yang menangis menatap sebercak darah diatas tempat tidur dan itu darah yang sangat banyak. Hanny tau siapapun wanita itu pasti begitu kesakitan.
Jupi membawa Rena keluar dari kamar itu dan dipindahkan oleh anak buahnya ke kamar lain sambil menunggu perintah selanjutnya.
"Mommy tenang.. Ansel akan jelaskan semuanya." Lirih Ansel sambil memeluk Hanny.
"Yang Ansel tau, wanita yang bersama Sel bukan dia.. Ansel yakin, saat masih sadar yang Ansel tarik adalah Adel." Akunya lalu menatap Eve dan Arka yang terlihat marah.
"Apa maksudmu Ansel?" Tanya Arka.
"Ansel gak tau om, tadi malam Ansel seperti melihat Adel karena memang Sel sudah mencarinya semingguan ini dan tadi malam dia ada di lorong kamar ini memakai gaun putih selutut. Ansel yang memang sangat pusing langsung memanggilnya dan karena Adel berontak Ansel memaksanya untuk bicara. Ansel masih ingat kami bukan ada di kamar ini tapi kamar di ujung sebelah kiri, setelah itu Ansel gak ingat lagi tapi yang Ansel rasakan itu adalah Adel dan tadi malah Rena yang ada disini menangis di sebelah Ansel." Ansel menjelaskan padahal dia juga tidak begitu ingat, hanya samar dalam ingatannya tadi malam.
BUGH!
"Kau kurang ajar Ansel! Apa yang kau lakukan dan dimana Adel?" Arka begitu murka karena jika memang itu Adel berarti Ansel telah memperkosanya.
"Apa kau yakin nak kalau itu Adel?" Tanya Hanny lagi.
"Iya mommy.. Ansel ingat tapi di kamar ujung lorong itu." Jawab Ansel yang kini menunduk.
"Iya benar, Adel memang kami tempatkan di kamar ujung. Ini salah kita Eve.." Lirih Hanny, Eve menatapnya juga dengan wajah sedih.
"Apa maksudnya?" Tanya Arka dan Arden bersamaan.
"Kami berencana membuat Ansel cemburu dengan pura-pura menjodohkan Adel dengan orang lain lalu menyembunyikan Adel yang memang sedang marah agar Ansel cepat mengakui perasaaanya tapi kami gak nyangka akan seperti ini." Jelas Eve yang juga menangis menyesali rencana bodohnya.
"Sudah.. yang penting kita cari Adel dulu kasian dia." Arden merangkul pundak Hanny dan menghela napasnya kasar.
"Bos.. di kamar ujung kosong dan ada banyak noda darah yang sangat banyak juga di tempat tidur."Lapor Vino yang baru kembali untuk mengecek kamar itu.
"Aku juga sudah cek cctv, dan memang benar Ansel dan Adel masuk ke kamar itu kalau dilihat dari sini hampir 4jam dan Adel keluar sendiri dan terlihat aneh.." Jupi memperlihatkan rekaman cctv dan mereka semua melihatnya.
"Dia pasti sangat kesakitan.. kau tau kan ukuran kalian itu gak normal." Ujar Hanny dan Ansel terlihat sangat khawatir dengan keadaan Adel saat ini.
"Nah setengah jam setelah Adel pergi terlihat Ansel keluar dan kembali ke kamar ini, terus tak lama wanita tadi masuk dengan tergesa-gesa." Ujar Jupi saat dia memutar kembali rekaman itu
"Apa kau juga melakukan itu dengan wanita tadi? Oh.. Asgata!!" Teriak Arden frustasi.
"Gak mungkin om.. wanita itu sudah sering tidur dengan beberapa temannya dan kami juga kenal beberapa." Ujar Aksa kemudian, dan itu dibenarkan oleh Ansel.
"Dan yang pasti Ansel tidak mungkin menyakiti Adel.. om Jupi cari rekaman di aula, siapa yang memberiku minuman? Karna Ansel beneran gak sadar." Ujar Ansel dan Jupi segera mencarinya.
"Waktu keributan yang di lakukan Aileen.. ini kamu berdiri jauh dari kerumunan dan kamu terlihat memperhatikan ke arah lain Sel.." Jupi memberikan tabletnya dan Ansel melihat rekaman itu.
"Saat ini Ansel seperti melihat Adel tapi Sel pikir cuma mirip jadi Ansel abaikan." Jelas Ansel lalu kembali fokus pada rekaman itu.
"Tidak temukan apapun, atau mungkin memang minuman yang kamu pegang dari awal sudah ada obatnya, siapa yang membawakan itu?" tanya Vino.
"Ambil sendiri dari 2 gelas sisa yang ada di meja, karena hanya tinggal wine dan jus Ansel pasti ambil wine." Jawab Ansel dan Jupi kemudian mengecek semua cctv tapi butuh waktu yang lama.
"Sudah lah.. yang penting kita bereskan dulu wanita itu terus Vino cari Adel sampai ketemu, Jupi lanjut cek cctv dan Len, bilang pada Bintang untuk takedown semua foto di dunia maya." Perintah Arden dan semua melaksanakan tugas masing-masing.
Dunia maya telah heboh perihal Arden sang alhi waris Tenggara menyetubuhi dengan paksa sekretarisnya karena mabuk dan nama Arden telah menjadi perbincangan hangat di berbagai media.
TBC~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
kusrini 09
ansel kak...bkn arden
2023-01-15
0