"Hey.. kamu bukan karyawan disini kan? Ada hubungan apa kamu dengan Tuan Aksa?" Tanya salah satu karyawan di sana yang sempat melihat kedekatan Adel dan Aksa.
"Aiisss ini lagi barisan fans kak Aksa selalu ganggu, gak waktu sekolah, disini, sama aja." Batin Adel kesal sambil melirik ke arah beberapa wanita disana.
"Emangnya kenapa ya? Saya ada hubungan dengan kak Aksa juga bukan urusan kalian." Jawab Adel dengan tenang sambil melihat ponselnya yang berbunyi tanda masuk pesan, dia juga telah terbiasa dengan perlakukan ini.
"Jangan kurang ajar, siapa kamu berani dekat dengan Tuan Aksa!" Bentak salah satu dari mereka.
"Iya nih.. bukan wanita sembarangan yang bisa dekat dengannya dan kamu hanya wanita biasa dengan modal cantik." Timpal yang lain.
"Maaf ya.. aku memang cantik dan kurasa itu modal yang cukup dari pada kalian yang.. iuuhh cantik nggak, malah bedak mirip cat tembok." Jawab Adel lalu melangkah meninggalkan beberapa wanita itu yang terus menggerutu.
"Haaahhh... akhirnya begini lagi, kalau dekat kak Aksa selalu aja ada masalah." Keluh Adel dan dia memilih berdiri di luar untuk menunggu taxi online yang telah dia pesan. Rena juga tidak jadi keluar dengan Adel karena banyak kerjaan.
\=
\=
\=
"Ansel... mommy mau bicara." Cegat Hanny begitu Ansel memasuki rumah.
"Ada apa mommy cantik...?" Tanya Ansel lalu mengecup pipi Hanny.
"Duh sama mommy aja mesra dan manis, Adel di anggurin bertahun-tahun." Sini Hanny melihat putranya yang seperti balok es itu.
"Sudah mommy, Sel gak mau bahas itu." Ucap Ansel lalu masuk kedalam ruang kerja dirumah. Hanny mengekori anaknya dan duduk di sofa dengan santai sebelum memulai pembiacaraan.
"Ini mommy cuma kasih bocoran dan jangan kasih tau siapapun tentang apa yang akan mommy omongin, ke daddy sekalipun." Ucap Hanny serius dan Ansel tampak heran.
"Apa sih mom.. Ansel jadi penasaran."
"Jujur sama mommy, kamu masih cinta gak sama Adel?"
Ansel terdiam mendengar pertanyaan Hanny, dia sangat mencintai Adel, iya sangat tapi gengsi untuk mengakuinya apalagi rasa marahnya belum benar hilang sebab Adel tidak membicarakan apapun selama ini sejak kejadian itu.
"Sel.. kok malah bengong."
"Ansel gak tau mom.. "
"Ya sudah, berarti gak cinta Adel lagi kalau ragu gitu. Biar aja Adel di jodohin sama orang lain."
"Mommy! Adel mau di jodohin sama siapa?"
Ansel begitu panik, dia langsung membentak Hanny karena terkejut. Sedangkan Hanny mengelus dadanya karena Ansel baru kali ini membentaknya.
"Sorry mommy.. Ansel hanya kaget." Ansel pindah duduk di sebelah Hanny dan memeluknya dan terus meminta maaf.
"Jadi kalau mau mommy maafin, jujur masih cinta gak sama Adel." Ancam Hanny dan Ansel mengangguk.
"Iya mom.. Ansel selalu cinta sama Adel, cuma Sel kesal saja kenapa dia sama sekali gak bicara apapun setelah kejadian itu dan malah kabur ke luar negri." Jelas Ansel dengan wajah murungnya, lalu Hanny menghela panjang sambil mengelus dadanya pelan.
"Anak-anak ini kenapa begitu bodoh." Batin Hanny.
"Tapi mom, kenapa Adel harus di jodohkan? Dia masih 20 tahun dan masih terlalu muda." Tanya Ansel dan Hanny berpikir sejenak.
"Karena Adel terlalu cepat dewasa sayang.. kau tau dia dari 15 tahun saja sudah kamu lamar trus 17 tahun gagal, Arka takut kalau nanti dia akan sembarangan memilih calon suami, makanya Arka dan Eve sepakat untuk jodohkan dia nanti di pertunangan Aileen." Jelas Hanny .
Ansel tampak gusar, dia bingung harus apa karena pertunangan tantenya, Aileen tinggal seminggu dan dia harus gerak cepat.
"Pikirkan baik-baik, mommy hanya denger begitu tadi, Eve yang bilang tapi kamu jangan gegabah ya.." Hanny memeluk Ansel yang terlihat gelisah. Wajahnya mengeras membayangkan ada pria lain yang akan menjadi pendamping Adel.
"Besok aku akan mencarinya dan Adel hanya akan jadi milikku.." Geram Ansel lalu dia kembali ke kamarnya.
.
.
.
Jam 9 pagi Ansel telah ada di Line Butik, tapi Adel tidak ada dan telah berangkat ke studio membawa beberapa gaunnya. Ansel segera menuju studio dan memerintahkan Aksa untuk mencari Adel karena Aksa sendiri tidak tau adiknya ada dimana.
"Segera bawa Adeline kemari, harus sekarang juga! Tidak ada bantahan!"
Begitulah perintah Ansel pada Aksa 5 menit lalu dan saat ini Aksa tengah menggerutu dan merutuki mantan calon adik iparnya itu sambil menuju lift untuk mencari Adel yang info terakhir ada di studio.
"Ini lagi, kenapa ponselnya gak diangkat, dasar adik dan adik ipar gak ada akhlaknya seenaknya memerintahku."
Sementara Aksa sedang mencari Adel, Rena mulai mendekati OB yang akan mengantarkan minuman pada Ansel, kebetulan tidak ada sekretaris lain yang di tempat.
"Ini kesempatanku mendekati Ansel.. biar aja deh si Adel lama banget geraknya jangan salahkan aku kalau Ansel akan jatuh padaku." Batin Rena lalu memberikan uang pada OB untuk pura-pura sakit agar dia tidak jadi masuk ke ruangan Ansel.
Rena memang sejak dulu sangat menyukai Ansel tetapi seorang Ansel tidak bisa dijangkaunya sehingga melalui Adeline dia bisa mendekat, tentu dengan menjebak Adel juga masuk ke dunia malam dan sering ke club agar citra Adel rusak di mata Ansel.
"Permisi Tuan Ansel, maaf saya yang mengantarkan ini. OB yang biasa tiba-tiba sakit perut." Ujar Rena lalu berjalan masuk ke ruangan Ansel.
Ansel menatap dingin pada Rena yang telah dia kenal dari dulu, teman Adel dan juga ayahnya adalah salah satu pemilik perusahaan rekanan Tenggara.
"Hmm.. letakkan disitu." Ujar Ansel datar lalu kembali dengan pekerjaannya.
.
.
"Adel.." Panggil Aksa ketika melihat Adel berada di cafe lobi dan masih sama menyeruput es kopinya.
"Kenapa kak? keliatannya lagi panik?" Balas Adel yang duduk santai.
"Kenapa tetelpon kakak gak dijawab?" tanya Aksa dan Adel langsung memeriksa ponselnya.
"Ah sorry di silent tadi lagi di studio kan berisik kalau gak di matikan." Jawab Adel sambil memeletkan lidahnya tapi dia segera berdiri dan mendekap lengan Aksa dengan mesra karena melihat wanita kemarin yang melabraknya.
"Kakak diem aja, Adel mau bikin kesel para fans kakak disana jadi ikutin Adel ya.." Bisiknya yang terlihat mesra dan Aksa hanya mendesah kesal.
"Nanti dulu, kau ini.. ihh.." Aksa menjitak kepalanya pelan.
"Kau dipanggil Ansel dan tampaknya dia sedang marah padamu."
"Haa?? Apa lagi salahku?"
"Mana kakak tau."
"CK.. dia makin menyebalkan kak."
Adel cemberut lalu melepaskan lengan Aksa dan merengut, jantungnya berdetak kencang dan otaknya blank tidak bisa berpikir apa yang akan terjadi.
"Sudah ayo ikut.." Aksa menarik tangan Adel dan menggandengnya agar ikut, Adel mengikuti dan sempat-sempatnya dia melirik beberapa wanita disana yang sedang panas di landa cemburu.
"Weekkk..." Adel tertawa cekikikan melihat para wanita itu makin kesal padanya.
"kak mau apa sih dia? Aku takut..." Lirih Adel begitu sampai di depan pintu ruangan Ansel. Aksa tidak menjawab malah langsung membuka pintu ruangan itu.
DEG
Betapa terkejutnya mereka melihat pemandangan memalukan di hadapan mereka. Ansel sedang menunduk dan Rena berjongkok menyentuh 'itu'nya.
"Ohh jadi aku di panggil cuma buat melihat perbuatan mesum di kantor... Gak tertarik, terima kasih." Ucap Adel ketus lalu berbalik pergi, sementara Ansel yang terkejut langsung mendorong Rena sampai dia terjungkal ke belakang.
"Auuhh... sakiitt.." Lirihnya.
"ADEL DEL... denger.." Teriak Ansel tapi Adel telah pergi.
"Cepat banget tuh anak.." Aksa juga tidak sempat mengejar Adel yang tiba-tiba menghilang.
"Cari Adel sekarang juga, dia salah paham!" Bentak Ansel panik dan Aksa mendesah kesal, betapa bodohnya bos dan sahabatnya ini.
"Dan kenapa kalian berpose seperti itu?" Tanya Aksa dengan tatapan menyelidik.
TBC~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments