Setelah memilih gaun yang akan dipakai Aileen mereka akhirnya makan malam bersama dan Adel terlihat sangat dewasa di mata Hanny yang masih sangat menyayanginya dan berharap Ansel dapat membuka hatinya kembali.
Hanny mendekati Adel yang masih memperbaiki sketsanya di meja kerja yang terlihat berantakan itu agar Aileen merasa puas dan tidak perlu mengulang lagi nantinya.
"Adel.. " Panggil Hanny dan mengelus lembut kepala Adel yang masih fokus.
"Iya tante.." Jawab Adel yang menoleh ke mantan calon mertuanya itu.
"Kamu masih cinta sama Ansel?" Tanya Hanny tapi Adel hanya tersenyum menanggapi pertanyaan itu.
"Jujurlah padanya Adel.. kami tau kau tidak bersalah." Ujar Hanny lagi.
Adel tampak menarik napasnya panjang, dia meletakkan pencilnya dan menggeser duduknya hingga menatap ke arah Hanny yang berdiri di sampingnya.
"Tante.. Adel sejak kecil ah mungkin sejak lahir sudah gak bisa berpaling dari kak Ansel, tapi kalau untuk jujur.. apakah kak Ansel akan mendengarkan? Kalau dia memang sayang dan cinta sama Adel dia akan mendatangi Adel sendiri atau mencari tau. Sekelas Tenggara dan Blake gak mungkin kan gak bisa cari tau hal sekecil ini?"
Hanny tersenyum mendengar penjelasan Adel, "Kau sangat dewasa Adel.. tante sangat berharap kau tetap menjadi menantu tante nantinya. Dan Ansel itu haduhh.. dia tuh sangat keras dan gengsi untuk mengungkapkan perasaannya jadi kau harus bersabar ya.." Hanny mengelus rambut Adel kemudian memeluknya.
"Yuk kita pulang." Ajak Aileen karena dia merasa bosan disana, di penthouse Adel memang tidak punya apapun untuk Aileen dapat bermain.
.
.
.
Adel masih duduk di meja kerjanya dan sesekali pandangannya jauh ke arah luar melihat seluruh kota pada malam hari, banyak lampu menghiasi kota besar itu dengan gedungnya yang tinggi menjulang. Setelah berpikir dia lanjut menggambar lagi, kini dia sedang menyelesaikan baju pria ala victoria juga beserta beberapa pasang pernak pernik dan aksesorisnya. Akhirnya film itu full menggunakan kostum yang akan di rancang olehnya. Adel telah tanda tangan kontrak dan pembayaran awal juga sudah dia terima sore tadi.
Setelah menyelesaikan semua gambarnya dia beralih duduk di balkon sambil menikmati angin malam yang sejuk di ketinggian 32 lantai. Dengan sesekali memejamkan matanya dia membayangkan jika dulu tidak ada kejadian itu, apakah dia akan menjadi seperti sekarang? Akankah dia sudah menikah dengan Ansel?
"Aku masih mencintainya... dan akan mencintainya sampai kapanpun." Lirih Adel lalu meneteskan air matanya dalam diam.
Paginya Adel langsung ke butik untuk menyerahkan copy-an gambar baju yang akan dijahit oleh karyawannya dan dia hanya membantu seadanya. Adel masih harus menyelesaikan gaun Aileen dan juga gaun pengantin yang di pesan khusus oleh salah satu langganannya yang akan dia kerjakan sendiri.
Adel berkutat dan sangat fokus pada gaun pengantin itu yang sudah jadi 90%, "Ah.. besok sudah bisa fitting nih.." Gumamnya sambil tersenyum melihat gaun rancangannya itu.
"Hai Adel.. " Sapa seorag wanita yang baru masuk ke ruangan kerjanya.
"Hei Rena.. kau sudah kembali dari Aussie?" Jawab Adel kaget melihat Rena sahabatnya ada di depannya.
"Iya dari 2 hari lalu. Sorry gak ngabarin karna langsung di suruh kerja sama papi." Jawab Rena sambil memeluk Adel.
"Kau sudah kerja? Dimana?" Tanya Adel penasaran.
"Di StarE di tim perencanaan iklan."
"Oh berarti ketemu dong..?"
"Hehehe udah ketemu sih, maaf.."
"Gak apa, santai aja.. aku gak sedih lagi kok."
Mereka lanjut mengobrol sampai salah satu langganan Adel mengganggu mereka dengan pesanan baju lagi yang akan membuat Adel semakin sibuk.
"Besok aku hubungi kalau ada waktu, aku sibuk banget nih.." Ujar Adel lalu mengecup pipi Rena sekilas.
"Sip.. jangan lupa." Balas Rena dan memeluknya lalu pergi dari butik itu.
"Hai tante.. ini gaunnya bentar lagi selesai, tinggal pasang pita dan beberapa mutiara disini." Ujar Adel dan menunjukkan hasil rancangannya pada pelanggannya yang sudah janjian bertemu.
"Wow.. indahnya.. nak, sini deh lihat baju pengantinmu indah sekali." Pelanggan itu memanggil putrinya dan mereka puas dengan hasil kerja Adel yang telah terbukti itu.
Karena menyelesaikan gaun pengantin tadi, Adel akhirnya bekerja sampai malam, dia baru saja mengunci pintu teralis paling luar butiknya dan berjalan menuju mobilnya yang memang sengaja dia parkirkan di depan toko agar mempermudahnya jika pulang larut malam seperti ini.
Dari seberang jalan Adel tidak tau kalau ada sepasang mata hijau nan indah memperhatikannya. Yah, Ansel sedang memperhatikan Adel yang pulang larut malam itu.
"Dasar ceroboh.. sudah jam 11 malam dan pulang sendirian." Desis Ansel kesal.
Dia sering memantau Adel dari jauh hanya untuk memastikan gadis itu baik-baik saja jika pengawalnya memberi laporan kalau Adel belum pulang ke penthouse nya, maka Ansel akan menyusul ke butik untuk menunggunya pulang seperti saat ini. Setelah memastikan Adel masuk ke dalam gedung barulah Ansel kembali ke rumahnya.
"Sel.. kenapa pulang jam segini? Dari mana?" Tanya Hanny yang juga belum tidur malam itu.
"Lagi jalan-jalan aja mommy.." Jawab Ansel seadanya.
"Hem.. jalan-jalan atau ngawasin mantan?" tanya Hanny lagi dan Ansel tersenyum tipis sambil menggeleng.
Cup.. Dia mengecup pipi Hanny lalu segera naik ke kaamrnya yang ada di lantai 2, Arden yang baru keluar dari ruang kerjanya juga tersenyum simpul.
"Dia gengsi.. padahal masih sayang dan cinta sama Adel." Bisik Hanny.
"Iya bener, mirip siapa sih anak itu, kita gak ada yang begitu, ayah bunda juga ngga." Tanya Arden sambil memeluk istrinya dengan mesra.
"Astagah... dad mom! Jangan mesra-mesraan di situ dong.." Protes Anson yang juga baru pulang dari club.
"Nah.. ini anak, pasti dari club kan? Main sama cewek lagi kan?" Hanny menjewernya dan Anson mengaduh.
"Adduuhh daddy bantuin dong..."
"Daddy gak ikut campur.. takut juga. Bye Son!"
Arden menjauh dan membiarkan Anson merasakan pedasnya jeweran Hanny yang gemas dengan tingkahnya.
"Mommy ku yang cantik... Anson sekarang lagi gak punya pacar kok.. sudah tobat mommy, eh bukan tobat sih tapi bosen sama cewe cewe cantik yang taunya dandan aja." Ucap Anson yang kini memeluk Hanny dengan erat.
"Hah.. Anson sang playboy bisa bosan sama cewe cantik? Wah kamu gak apa-apa kan nak? Coba mommy lihat ada yang terbentur gak?" Hanny mengelus kepala Anson dan berputar melihatnya.
"Aduh mommy, Son beneran karena muak sama cewe cewe itu yang taunya ribut terus ngerebutin Son mom.." Keluh Anson lagi.
"Hm.. ya sudah pokoknya jangan main-main lagi dan fokus sama kerjaan kamu. Besok mommy ke perusahaan karena ada anak magang dan mommy yang akan pilihkan buat jadi sekretaris kamu. Tak ada bantahan."
"Iissshh mommy, jangan aneh-aneh deh! Masa harus mommy sih yang pilihin.. ini kesempatan Anson untuk liat gadis muda, perusahaan kita itu isinya orang tua mulu mom.." Keluh Anson lagi dan Hanny terkikik lucu melihat Anson yang cemberut.
Hanny meninggalkan Anson yang masih kesal dan cemberut lalu menghentakkan kakinya dengan berjalan cepat menuju kamarnya, padahal Hanny hanya bercanda.
Sementara Ansel yang sejak tadi dikamar terus merenung sambil merebahkan dirinya dan menatap langit-langit kamar, apakah dia akan mendatangi Adel duluan atau menunggu Adel yang menghampirinya? Dia begitu kesal dulu dan bahkan sampai saat ini dia tidak bisa menerima kalau tubuh Adel sudah di sentuh bahkan dilihat pria lain. Dia sangat cemburu sampai benci pada gadis itu yang tidak bisa menjaga dirinya, tapi rasa cintanya juga sebesar rasa bencinya.
TBC~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments