"Baiklah, tidak masalah. Hari ini saya punya banyak waktu luang, yang memang sudah saya khusus kan untuk pertemuan ini." Jawab pria itu datar.
"Terimakasih banyak, tuan. Sekali lagi saya minta maaf." Ucap Sarah lagi.
"Permisi, mbak dan mas nya mau pesan apa?" Ucap seorang waitress, yang tiba tiba datang membuat obrolan mereka terhenti.
Sarah seketika menatap meja di depannya, ternyata hanya ada satu buah gelas yang sudah hampir kosong. Itu artinya pria itu belum memesan makanan apapun sejak tadi. Sarah menjadi semakin tidak enak dan merasa bersalah, lalu menatap pria di depannya dengan tatapan yang sulit dijabarkan.
"Saya pesan original grill steak sama sapi lada hitam dan nasi. Minumnya, juice alpukat." Lalu beralih menatap Sarah yang sejak tadi hanya memperhatikan apa yang dikatakan oleh pria itu.
"Tidak ingin memesan apapun?".. Ucap pria itu membuyarkan lamunan Sarah.
"Ah, ya tentu saja. Saya pesan nasi goreng petai sama minumnya, Juice jeruk nipis. Udah itu aja mbak, makasih." Ucap Sarah sambil tersenyum.
Sejenak pria itu terpana dengan senyuman manis milik Sarah. Lalu segera menggelengkan kepalanya. Hanya sebuah senyuman, tidak mungkin dia menyukai wanita itu, pikirnya.
"Baik, ditunggu sebentar mbak/mas." Waitress itu segera berlalu dari hadapan mereka.
"Bukan kah makanan berminyak sangat tidak sehat dan dihindari oleh banyak wanita?" Ucap pria itu datar, menatap sarah sambil melipat kedua tangannya di dada.
"Bukankah terlalu sering makan daging juga tidak baik, tuan. Lagi pula, saya bukan salah satu dari kebanyak wanita yang anda sebutkan tadi. Bagi saya, selama makanan itu bisa mengenyangkan. Itu sudah lebih dari cukup. Saya tipe wanita yang lebih mementingkan perut kenyang, dari pada penampilan yang menawan." Papar Sarah dengan tenang, meski hati nya sedikit tersinggung mendengar komentar pria itu tentang makanan yang dia pesan tadi.
"Kamu benar, tidak semua wanita memperhatikan apa yang dia makan, asalkan itu bisa mengenyangkan. Tidak jadi persoalan." Ucap pria itu lagi terlihat acuh, dengan kepala mengangguk-angguk pelan.
"Bagaimana jika kita membahas apa yang mejadi alasan pertemuan kita hari ini, tuan." Jujur, Sarah sudah mulai tidak nyaman berada di dekat pria itu lebih lama lagi.
"Baiklah, mari kita bahas soal itu setelah kita selesai makan." Sepertinya pria itu bisa menangkap ketidak nyamanan di wajah Sarah.
...****************...
Keduanya menyelesaikan makan dalam diam, tak ad satupun yang mengeluarkan suara, kecuali dentingan sendok yang beradu dengan piring.
Setelah selesai, Reegan lebih dulu buka suara. "Jadi begini nona Sarah".. Ucapan pria itu terpotong dengan intrupsi dari Sarah.
"Sarah, cukup Sarah saja, tidak perlu pakai embel embel nona. Lagipula saya sudah menikah, tapi saya juga tidak ingin di panggil nyonya." Sarah seperti dapat membaca apa yang akan pria itu katakan selanjutnya.
"Baiklah, Sarah. Kalau begitu panggil saya, Reegan. Hanya Reegan saja, tidak perlu ada embel embel tuan di depannya." Pinta nya dengan kalimat yang sama.
"Baiklah, tu.. maksud saya, Reegan." Ucap Sarah lagi, membenarkan ucapan nya.
Reegan Kembali melanjutkan kalimatnya yang terpotong tadi. "Seperti yang sudah saya sampaikan melalui pesan singkat kemaren. Bahwa saya ingin memakai jasa anda, untuk membuat sebuah lukisan yang sama persis, seperti yang ada di gambar ini." Pria itu lalu menyerahkan selembar foto, yang memperlihat kan gambar seorang wanita sedang berdiri menghadap sebuah lukisan yang nampak tidak asing bagi Sarah.
"Kalau boleh tau, kenapa harus membuat lukisan yang sama jika lukisan itu sudah ada." Tanya Sarah dengan nada bingung, kening nya mengerut dalam.
"Lukisan itu sudah rusak beberapa bulan yang lalu. Saya sudah mencari orang yang bisa membuatkan replika lukisan tersebut, namun tidak ada yang bisa menyamai persis seperti yang aslinya." Reegan menjeda ucapannya, kemudian menarik nafas panjang.
"Lukisan itu sangat berharga bagi ibu ku, dan saat tau lukisan itu rusak. Beliau menjadi sangat sedih. Untuk itu saya berusaha keras mencari orang yang bisa membuat replikanya." Reegan memaparkan panjang lebar alasan, kenapa dia ingin membuat lukisan yang sama. Adalah karena sang ibu.
Sarah terlihat sedang berpikir, lukisan itu mungkin terlihat sederhana. Namun hanya dia yang mengerti, jika teknik pengerjaan lukisan tersebut sangatlah rumit. Dan dia butuh lebih banyak waktu, dari pada yang sudah di deadline kam oleh pria dihadapannya itu.
Dan Sarah bingung harus menyampaikan pada Reegan, mengingat sikap pria itu yang sedikit menyebalkan untuk di hadapi. Dia takut Reegan akan membatalkan, dan mencari pelukis lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 244 Episodes
Comments
ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •
keren sih ini😍
2022-10-12
1
Maya●●●
semangat kak udah aku masukin fav jugaaa
2022-08-22
1
Rini Antika
Aku mampir kak, semangat terus ya..💪💪
2022-08-07
1