part IV

Deheman driver ojek online itu membuyar kan lamunan Sarah. Ternyata mereka sudah sampai di tempat tujuan, saking asyik nya dia melamun sehingga tidak menyadari bahwa mereka sudah sampai sejak tadi.

"Maaf mas, ini helm nya. makasih ya mas." Ucap Sarah tersadar, sambil menyerahkan helm kepada driver tersebut.

"sama-sama mbak, tadi mbak nya saya panggil panggil nggak jawab. Tau nya lagi melamun toh." Ucap sang driver ojol sambil terkekeh pelan.

Sarah hanya tersenyum menanggapi nya. Dan berlalu pergi menuju ke sebuah rumah sederhana namun nampak asri, ayah nya pintar merawat tanaman bunga milik Sarah yang dia tinggalkan setelah dia menikah. sebelum mengetuk pintu, dia menghela napas nya dalam dalam lalu menghembus kan nya perlahan.

tok tokk tokkk.... Sarah mengetuk pintu rumah ayah nya itu berkali kali, namun tidak ada tanda tanda sang ayah akan membuka kan nya pintu.

Sarah mulai gelisah. "Ayaah, yaaah. Ini Sarah yah, buka pintu nya." Namun masih belum ada respon apa pun dari dalam rumah tersebut. Sarah hanya takut jika penyakit jantung ayah nya kambuh, dan di rumah itu tidak ada siapa pun yang menemani ayah nya.

"Ayaah, buka yaah. Ini sarah." ulang sarah ke sekian kalinya.

"Neng Sarah? neng pulang mau jenguk ayah?".. Tiba tiba Sarah di kaget kan dengan sebuah suara di belakang nya. Lalu dia menoleh, ternyata itu adalah kang Ujang tetangga sang ayah.

"Ya kang, akang tau ayah pergi kemana. Dari tadi Sarah ketuk nggak di buka buka." Ucap Sarah gelisah.

"Neng Sarah nggak tau kalau ayah nya neng masuk rumah sakit kemarin malam?" Kata kata Ujang membuat kedua mata sarah melotot sempurna, bagaimana tidak satu pun tetangga sang ayah ada yang menghubungi nya. Lutut nya seketika lemas, pikiran nya kini melayang tertuju hanya pada sang ayah.

"Kenapa nggak ada yang ngabarin aku kang, bukan nya kang Ujang juga ada nyimpan nomor hp aku, kang?" Sarah bertanya tidak sabar dengan suara bergetar menahan tangis.

"Itu neng, kang Ujang udah menghubungi neng Sarah. Tapi yang ngangkat panggilan nya, suami neng Sarah. Mas Angga."

Kini Sarah mengerti, kenapa kemarin malam sang suami meminjam ponsel nya hingga tengah malam. Dengan alasan mau mengirim foto yang ada di hp nya. Padahal di ponsel Sarah nyaris tidak ada foto diri nya bersama Angga, karena suami nya itu selalu saja menolak jika dia ajak foto bersama. Alasan klise, tidak suka di foto.

Mengesampingkan rasa marah di hati nya, Sarah meminta tolong untuk di antar ke rumah sakit tempat sang ayah di rawat.

"Bisa tolong antar aku ke rumah sakit, kang?." Ucap Sarah pada kang Ujang.

"Boleh neng, sebentar, kang ujang ambil motor dulu. Neng Sarah ada bawa helm?" Tanya Ujang lagi, sebelum dia melangkah menuju rumah nya yang hanya berbatas pagar kayu setinggi dada orang dewasa.

"Nggak bawa kang, pinjam dulu punya teteh kalau nggak lagi di pake." Ucap Sarah pada kang Ujang.

"Boleh neng, tunggu sebentar." Ujang pun bergegas menuju rumah untuk mengambil motor juga helm untuk diri nya dan juga Sarah.

"Akang mau kemana, itu bawa bawa helm aku segala." Winar, istri ujang tersebut datang dari arah dapur dengan perut besar nya, sambil membawa sepiring pisang goreng dan segelas kopi untuk suami nya.

"Aduh Win, bikin kaget aja kamu itu." Omel Ujang pada istri nya. "Ini tuh akang bawa buat di pinjami sama neng Sarah. Itu, neng Sarah minta di antar kan ke rumah sakit, baru tau dia kalau pak Ramdhan masuk rumah sakit." Jelas ujang sambil mengelap kaca helm istri nya yang sedikit berdebu, karena jarang di pakai.

"Loh? bukan nya akang udah nelpon kemaren malam, waktu pak Ramdhan baru di bawa ke rumah sakit?" Tanya istri nya penasaran.

"Suami nya yang ngangkat, akang kira dia bakal ngasih tau sama neng Sarah. Lah, malah nggak. Ini neng Sarah baru tau nya dari akang. Udah, sini kopi nya, akang mau ke rumah sakit sebentar." Ujang meminum kopi nya terburu buru karena tidak ingin Sarah menunggu nya lama. Dia tau pasti Sarah sangat mencemaskan ayahnya di rumah sakit sekarang.