Sesampainya di rumah Mila merebahkan tubuhnya pada ranjang empuknya. Ia menggigit bantal meluapkan rasa kesalnya jika mengingat sebentar lagi Ia akan menikahi gurunya.
" Ah sebel sebel sebelllll.... Sial banget sih hidup gue cuma jadi boneka bonyok doank, Mana harus ada acara nikahi guru killer itu lagi." Gerutu Mila kembali menggigit bantalnya.
Drt.... Drt...
Ponsel Mila berdering rupanya telepon dari Risa. Ia segera mengangkatnya.
" Halo." Sapa Mila.
" Lo darimana tadi gue telepon kok nggak di angkat?" Tanya Risa dari sebrang sana.
" Gue habis ada acara sama bonyok gue." Sahut Mila.
" Acara apa? Kok nggak ngajak gue sih." Ujar Risa.
" Lamaran." Sahut Mila.
" Lamaran? Siapa yang lamaran? Yah gagal deh makan makan gratis donk Lo nggak sohib bet." Ucap Risa.
" Lo tahu nggak lamarannya siapa? Kalau Lo dengar pasti Lo akan syok." Ucap Mila.
" Emang lamarannya siapa?" Tanya Risa.
" Lamaran gue Ris." Pekik Mila.
" What? Lamaran Li?" Pekik Risa nggak kalah heboh.
" Jangan canda deh, Lo lamaran siapa yang mau sama cewek bar bar kaya' Lo, Yang afa tuh orang bakal nyesel tujuh turunan." Ejek Risa.
"Sialan Lo, Gue serius ogeb." Cebik Mila.
" Hah! Beneran? Lo lamaran? Sama siapa?" Tanya Risa.
" Besok Lo juga tahu pokoknya gue sebel bin kesellll banget hari ini Ris..... Bantu gue ngebatalin pernikahannya nanti." Ujar Risa.
" Lo di jodohin?" Tebak Risa.
" Hmm... Nggak enak banget kan jodoh aja masih di atur, Mirip boneka banget gue." Gerutu Mila.
" Kok lo nggak ngajakin gue sih, Kan gue pengin lihat sohib gue di lamar seseorang." Protes Risa.
" Gimana mau ngajak Lo? Orang gue aja nggak tahu, Lamaran gue nih dadakan kaya' tahu bulat yang sering di jual di depan pagar sekolahan." Cerocos Mila.
" Iya juga sih ya, Namanya perjodohan nanti kalau nggak mendadak Lo nya kabur ha ha ha." Ujar Risa sambil tertawa.
" Rese' Lo." Cebik Mila.
" Eh cowoknya cakep nggak?" Tanya Risa mulai kepo.
" Tampan kagak tua iya." Sahut Mila.
" Tua? Serius Lo?" Tanya Risa memastikan.
" Hmm." Gumam Mila. Ia paling malas kalau bahas guru killer yang sayangnya sekarang menjadi calon suaminya.
" Setua siapa? Bokap Lo?" Tanya Risa.
" Ya enggak lah Ris, Masa' iya cewek cantik kaya' gue di jodohin sama aki aki." Kesal Mila.
" Hah gue kirain." Sahut Risa.
" Ya udah gue mau bobok, Sampai jumpa besok di school." Ucap Mila.
" OK... Jangan lupa mimpiin calon suami ya Neng." Canda Risa.
" Idih ogah." Sahut Mila mematikan sambungan ponselnya.
Mila membersihkan diri dulu lalu Ia mulai memejamkan matanya berseluncur ke dunia mimpi.
Di tempat lain tepatnya di dalam kamar Imran, Ia sedang senyum senyum sendiri menatap cincin yang melingkar di jari manisnya, Sesekali Ia mencium jarinya sendiri mengungkapkan kebahagiaan yang sedang memenuhi relung hatinya. Imran tiduran terlentang di atas ranjangnya.
" Tunggu satu bulan lagi Mila... Kau akan menjadi milikku, Cewek bar bar tapi imut imut yang membuat seorang Imran kepincut." Kekeh Imran membayangkan wajah Mila.
" Kau senang?" Tanya Mama Lina yang sedari tadi memperhatikan Imran di ambang pintu.
" Eh Mama." Ucap Imran menoleh ke arah Mamanya. Ia beranjak duduk di atas ranjang.
" Apa kau bahagia bisa mengikatnya dengan hubungan terpaksa ini?" Tanya Mama menghampiri Imran. Ia duduk di tepi ranjang.
" Iya Ma, Imran bahagia banget doakan semoga lancar hingga ke pelaminan, Imran akan mengubah hubungan terpaksa ini menjadi hubungan yang bahagia Ma, Imran yakin suatu saat nanti Mila akan menerima Imran sebagai suaminya." Sahut Imran.
" Tapi untuk mencapai kebahagiaan itu kamu harus extra sabar menjalaninya sayang, Kamu harus sabar menghadapi sikapnya, Dia masih muda jadi kamu harus bisa beradaptasi dengan dunia dan kebiasaannya." Ujar Mama Lina.
" Aku sudah mengamatinya selama bertahun tahun Ma, Jadi aku sedikit tahu bagaimana kebiasaannya, Apa Mama juga bahagia jika mempunyai menantu sepertinya?" Tanya Imran.
" Iya sayang.... Mama bahagia mendapat menantu sepolos Mila, Menurut Mama Mila sebenarnya anak yang baik hanya saja dia kurang kasih sayang hingga membuatnya sedikit urakan hanya untuk mencari perhatian orang tuanya." Ujar Mama Lina.
" Makasih Ma udah mendukung Imran selama ini." Ucap Imran.
" Sama sama sayang, Apapun akan Mama lakukan untukmu, Tidurlah Mama keluar dulu." Sahut Mama Lina lembut meninggalkan kamar Imran.
...****************...
Pagi hari Mila dan kedua orang tuanya sedang sarapan. Mila acuh saja Ia masih kesal dengan keputusan kedua orang tuanya yang menjodohkannya dengan guru killernya.
" Sayang ingat jaga sikap di sekolah, Terutama dengan anak cowok jangan kecentilan, Kamu harus menjaga perasaan Imran ya, Bagaimanapun sekarang dia calon suamimu." Ucap Mama Santi.
" Hmm." Gumam Mila membuat Mama menghembuskan nafasnya kasar.
" Kamu akan menjadi menantu keluarga Maulana jadi kamu harus bisa menjaga nama baik mereka, Jangan membuat malu Papa dan Mamamu yang sudah membesarkanmu." Ujar Papa ikut bicara.
" Ya ya ya, Apa ada lagi? Apa aku harus menghormati Pak Des seperti aku hormat pada bendera merah putih?" Seloroh Mila.
Jika sudah begini kedua orang tuanya hanya bisa diam. Mereka tahu jika saat ini Mila sedang dalam keadaan emosi.
" Aku berangkat dulu." Ucap Mila berlalu begitu saja.
" Kau lihat putrimu? Itu lah hasil didikanmu." Ucap Papa Toni.
" Sifatnya menuruni kamu yang keras kepala, Sudah Papa bilang dari dulu Mama di rumah saja mengurus Mila tapi nyatanya kamu tidak mau, Begini jadinya.... Bahkan dia tidak mau menghormatiku sebagai Papanya." Gerutu Papa Romi meninggalkan Mama Santi yang masih duduk di sana.
Mila melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata rata. Ia menyalip kendaraan lainnya hingga tak sampai sepuluh menit Ia sampai di depan gerbang sekolahnya. Ia memarkirkan mobil di area parkir khusus dirinya. Ya khusus dirinya karena teman temannya tidak berani menyerobot tempat parkir Mila, Mereka tidak mau berakhir dengan muka lebam lebam di wajahnya.
" Jam tujuh kurang sepuluh menit." Ucap Risa menghampiri Mila yang baru keluar dari mobilnya.
" Tumben berangkat awal, Biasanya paling akhir." Sambung Risa.
" Lagi pengin aja." Sahut Mila.
" Widihhhh cincinnya bagus bet, Produk mahal nih." Ujar Risa menarik tangan Mila dan memperhatikan cincin yang melingkar di jari manis Mila.
" Mau semahal apapun nggak berarti bagi gue." Ucap Mila.
" Kalau Lo nggak mau buat gue aja, Nggak nolak gue." Ujar Risa.
" Mau?" Ucap Mila hendak melepas cincinnya.
" Eh jangan jangan... Pamali kalau di lepas nggak boleh, Diam pakai aja selama calon suami Lo menggantinya dengan cincin kawin jangan pernah di lepas ya... Apalagi di kasih ke orang lain." Ujar Risa.
" Ya udah yuk masuk keburu bel berbunyi." Ajak Risa menggandeng Mila.
" OK.. Gue bisa jalan sendiri mirip orang but* aja jalan pakai di gandeng segala." Ujar Mila menjauhkan tangannya dari Risa.
TBC......
Jangan lupa like dan komentnya ya... Makasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments