Agni telah sampai di banjar desa. Dia kini beristirahat dengan duduk pada sebuah lincak bambu di serambi banjar.
Agni mengambil sebuah kitab dari balik bajunya. Tongkat bermotif bambu yang ia sandarkan disampingnya bergetar dan kemudian jatuh ke lantai ketika Agni mengeluarkan kitab itu.
Agni cukup terkejut dengan hal tersebut, saat ia mengambilnya, tongkat itu telah berhenti bergetar. Kemudian Agni memandangi kitab yang telah berada ditangannya, nampak sangat lusuh, kertasnya telah berwarna kekuningan bahkan cenderung kecoklatan. Entah sudah berapa tahun usia kitab tipis yang hanya berisi beberapa lembar halaman saja.
Tak ada yang menyadari bahwa sesungguhnya kitab itu bukan tertulis di atas kertas biasa. Bahan kertas kitab itu terbuat dari kulit hewan buas ajaib tingkat dewa yang telah di murnikan. Bukan hanya orang biasa, bahkan seorang kultivator tingkat tinggi pun tidak akan menyadarinya. Karena selain bahan istimewanya, seseorang juga telah melindungi kitab tersebut dengan ilmunya, agar tidak memancarkan aura kekuatanya. Sama halnya seperti tongkat pemukul anjing milik Agni.
Hampir segala hal yang berhubungan dengan kultivasi, terbagi menjadi beberapa tingkatan-tingkatan. Hal pertama yang menjadi tolak ukur apakah seseorang mampu berkultivasi dengan baik bisa dilihat dari akar roh, dan bekal fisiknya.
Akar roh terbagi menjadi 5 elemen, yaitu elemen kayu, elemen logam, elemen tanah, elemen air , dan elemen api. Sedangkan bekal fisik terdiri dari dua bagian, yaitu tulang dan otot.
Tulang terbagi menjadi 5 tingkatan, dimulai dari yang paling rendah yaitu tulang ayam, selanjutnya tulang kerbau, tulang kuda, tulang harimau, dan yang paling kuat adalah tulang gajah. Sedangkan untuk otot hanya terdiri dari 3 tingkatan, yang paling rendah otot rotan, kemudian otot besi dan yang paling tinggi otot emas.
Untuk basis kultivasi, terbagi menjadi 8 ranah. Setiap ranah terdiri dari 3 tahap, kecuali ranah tertinggi yang ada satu tahapan saja. Tahap awal, tahap menengah, tahap puncak.
Ranah itu adalah,
Satria,
perwira
Jendral
Raja
Kaisar
Demigod
Soulgod.
Immortal
Namun Agni belum mengetahui semua hal-hal tentang kultivasi itu.
Bukan hanya itu saja yang tidak disadari Agni. Agni mempunya bekal bawaan yang hanya muncul 10-20 ribu tahun sekali. Agni hanya mempunyai satu akar roh saja, yaitu elemen api, sesuai dengan arti namanya. Seseorang yang mempunyai sedikit akar roh, akan semakin mudah mengolah energi Qi nya untuk berkultivasi, daripada orang yang mempunya lebih banyak akar roh.
Agni mempunyai bekal kualitas tulang yang cukup baik, yaitu tulang kerbau. Rata-rata manusia terlahir dengan tulang ayam. Kedepannya jika terus berlatih, Agni bisa meningkatkan kualitas tulangnya hingga ke tulang gajah sekalipun.
Sementara Agni mulai membuka kitab tongkat pemukul anjing satu demi satu. Agni dibuat kebingungan setelah melihat isi kitab itu, ia menjadi ragu apakah benar kitab itu adalah kitab ilmu pilih tanding. Masing-masing halaman dari kitab itu hanya berisi satu gambar seseorang dengan masing-masing posisinya.
Halaman pertama berisi gambar orang duduk dengan sikap semedi, dengan tanda sinar di bagian bawah perutnya. Halaman kedua dengan gambar yang sama namun tanda sinarnya berada di bagian dada. Halaman ketiga masih dengan gambar yang sama, namun tanda sinarnya berada di bagian kepala. Sedangkan 9 halaman lainnya berisi gambar seorang yang memegang tongkat dengan posisi yang berbeda-beda disetiap halaman.
"Apakah benar kitab ini yang dimaksud? Hanya gambar begini saja, aku juga bisa membuatnya" pikir Agni dalam hatinya, kalau bukan karena getaran tongkatnya, mungkin Agni sudah membuang kitab tersebut, Agni pun menyimpan kembali kitab itu dalam lipatan bajunya.
Setelah beberapa saat berada di banjar itu, Agni mulai merasa bosan. Ia ingin berkeliling tapi khawatir jika Ki Jarpa telah datang. Jika melakukan semedi juga khawatir akan mengundang perhatian orang. Akhirnya Agni hanya duduk di lincak bambu itu, kadang-kadang berdiri dan kadang-kadang juga ia berbaring untuk mengusir rasa bosannya.
Saat matahari telah bergeser ke barat menjelang sore, nampak Ki Jarpa melangkahkan kaki mendekati banjar.
"Maaf Ngger, pasti kau bosan menungguku" kata Ki Jarpa.
"Tidak masalah Paman, aku yang jadi merepotkan paman" kata Agni.
"Baiklah, mari kita segera kerumahku, eh, apa kamu jadi beli makan?"
"Hehe... Aku tadi cuma beli manisan saja paman, ini sisa uangnya" kata Agni sambil menyodorkan sisa koin perunggu pemberian ki Jarpa.
"Hahaha... Sudahlah, simpan saja, kau bisa beli manisan lagi nantinya"
Keduanya bergegas melangkahkan kaki ke rumah ki Jarpa. Ternyata ki jarpa hanya tinggal berdua saja bersama istrinya. Telah lama putra semata wayangnya meninggalkan mereka ketika seusia Agni. Itulah mengapa ketika melihat Agni yang tersesat, ia jadi teringat putranya sendiri dan menaruh simpati kepadanya.
"Sri, anak ini bernama Agni, ia berasal dari desa Lowok di Ngalam. Ia bilang padaku sedang tersesat sejak kemarin" Kata ki Jarpa mengenalkan Agni pada istrinya yang bernama Sri.
"Oh, sungguh? Bagaimana kau bisa tersesat Ngger?" Tanya Sri yang secara spontan memegang kedua pundak Agni.
"Aku juga tidak tahu Bibi, aku hanya berjalan saja bersama kawanku hingga ke sebuah pasar, aku terpisah dengan kawanku, kemudian aku berjalan pulang, tapi justru sampai ke tempat ini" terang Agni mengarang cerita.
"Jadi begitu, melihatmu aku jadi ingat putraku Ngger, kau benar-benar mirip sekali dengan Sardipa" kata Sri namun kemudian dipotong oleh ki Jarpa
"Sudahlah, nanti saja ceritanya Sri, engkau siapkan saja makanan, anak ini sudah kuberi koin untuk beli makan malah hanya beli manisan" pinta ki Jarpa. Sementara Sri hanya tersenyum mendengar keterangan suaminya itu.
Sri pun pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan. Sementara, ki Jarpa membereskan peralatan bertaninya dan membersihkan diri sejenak, kemudian kembali ke serambi rumahnya berbincang dengan Agni.
"Bagaimana Ngalam saat ini Ngger, kau tahu, aku pernah beberapa tahun hidup di kota itu" kata Ki Jarpa.
"Benarkah Paman, berarti paman juga telah mengerti bagaimana keadaan kota itu kan" Agni balik bertanya.
"Hahaha... Kan sudah beberapa tahun Ngger, bisa jadi keadaan telah berubah"
"Mungkin masih sama Paman, sejak aku dilahirkan, ya begitu itu keadaan kota Ngalam, memangnya kerja apa paman sewaktu di Ngalam"
"Aku dulu kerja sebagai pelayan bersama istriku di salah satu rumah keluarga praktisi disana Ngger"
"Benarkah paman? Keluarga siapa? Mungkin aku mengetahuinya" tanya Agni.
"Keluarga Ming"
"Ming...???" Agni terkejut, kemudian raut mukanya berubah karena otot-otot wajahnya yang menegang.
Ki Jarpa yang melihat reaksi Agni, jadi bertanya-tanya.
"Kenapa Ngger, apa kau mengetahuinya?" Tanya Ki Jarpa.
"Aku mengetahuinya Paman, anak-anak dari keluarga itu, suka sekali menindas temanku, beberapa hari yang lalu, aku tak tahan melihat temanku yang mereka tindas, namun akhirnya, kami berdua di hajar hingga pingsan" kenang Agni.
"Setan Ming itu..." Kata Ki Jarpa dengan suara gemetar sambil mengepalkan tangannya. Tanpa diminta Agni, Ki Jarpa menceritakan kisahnya ketika hidup di kota Ngalam.
Berawal dari 7 tahun lalu, adalah langkah paling buruk yang diambil ki Jarpa. Karena kebutuhan hidup, dia bersama istrinya bersedia bekerja menjadi pelayan di keluarga Ming. Sardipa, masih berumur 8 tahun saat itu.
Tanpa di ketahui oleh ki Jarpa dan istrinya, keluarga Ming berlatih ilmu sesat yang membutuhkan 99 anak laki-laki sebagai tumbalnya.
Ming Goman, adalah kepala keluarga Ming. Demi mendapatkan peringkat teratas dari lima keluarga terkuat di daratan Jawa Timur, ia bertindak nekat dengan mempelajari ilmu sesat itu.
Mempekerjakan keluarga manusia biasa, hanyalah kedok untuk bersembunyi dari empat keluarga yang lainnya. Karena jika Ming Goman melakukannya terang-terangan sebelum ilmunya matang, empat keluarga yang lainnya pasti tak akan membiarkannya.
Setelah mengambil anak-anak dari keluarga manusia biasa yang menjadi pelayan di kediamannya, Ming Goman akan menghapus ingatan orang tua tentang anak-anak mereka, dengan begitu, rahasia Ming Goman dalam mempelajari ilmu sesat tetap terjaga.
Ki Jarpa mengetahui rahasia Ming Goman dari Ming Jizhun dan Ming Gao, anak pertama dan kedua Ming Goman. Ki jarpa mendengar percakapan keduanya ketika sedang mabuk di kamarnya, bahwa Sardipa adalah anak yang ke 70 yang menjadi tumbal, dan Ki Jarpa bersama istrinya, akan di hapus ingatannya saat Ming Goman selesai dengan ritualnya. Namun Ki Jarpa terlambat, karena saat itu, anaknya sudah berada di ruang latihan tertutup bersama Ming Goman.
Walaupun Ki Jarpa sangat ingin menerjang mereka, namun ki Jarpa
menyadari dirinya tidak akan bisa berbuat apapun. Tapi belum terlambat baginya untuk melarikan diri bersama istrinya. Setelah membujuk Sri sedemikian rupa untuk segera melarikan diri, akhirnya malam itu mereka berhasil menyelinap keluar dari kediaman kelurga Ming untuk melarikan diri.
Mendengar cerita ki Jarpa itu, Agni menjadi geram. Agni tak menyangka keluarga Ming yang diketahuinya itu ternyata telah bertindak biadab. Tiba-tiba saja Agni juga mengkhawatirkan Dirjo, bisa saja Dirjo menjadi sasaran keluarga Ming untuk dijadikan tumbal.
"Harus ada yang menghentikannya Paman" kata Agni.
"Bisa apa kita menghentikannya Ngger?" Desah ki Jarpa.
"Aku janji Paman, aku akan melatih berlatih, aku akan membalaskan dendam putramu itu" kata Agni di iring suatu aura yang tanpa disadarinya keluar dari tubuhnya.
"Aa...apakah... Apakah kau seorang praktisi juga Ngger?" Ki Jarpa tergagap setelah merasakan aura yang memancar dari tubuh Agni.
Agni kebingungan menjawab pertanyaan Ki Jarpa, sebab dia sendiri masih belum mengerti banyak tentang dunia kultivasi. Karena telah mendengarkan kisah Ki jarpa, sehingga Agni percaya kepada ki Jarpa. Kemudian ia menceritakan sejujurnya apa yang di alaminya beberapa hari terakhir.
"Jadi seperti itu... Engkau cukup beruntung Ngger...? Tanya Ki Jarpa.
Agni memikirkan sesuatu sebelum menjawab pertanyaan ki Jarpa. Saat ini dirinya telah mendapat jalan unuk memasuki dunia kultivasi. Dia tidak tahu kemampuannya saat ini seperti apa, Agni juga belum mengerti bagaimana dunia kultivasi berjalan. Kemudian Agni mengingat tentang Chua Pek Dong.
"Aku juga belum tahu Paman" kata Agni.
"Akupun tak mengerti banyak Ngger, tapi aku dengar kehidupan kultivasi itu penuh dengan persaingan, nyawa seseorang begitu tak berharga di mata mereka" terang Ki Jarpa.
"Aku sarankan, sebaiknya engkau tinggal beberapa saat di desa ini. Di tempat terpencil ini, tak ada satupun kultivator, setidaknya, kau bisa memikirkan langkahmu selanjutnya dengan lebih aman" lanjut ki Jarpa
Saran ki Jarpa itu terdengar baik bagi Agni, tapi Agni juga memikirkan, pasti keluarganya saat ini sedang mengkhawatirkannya.
"Kau tenang saja, bukankah adikmu seorang perempuan, aku rasa akan aman. Jika memang kau bersedia tinggal disini beberapa saat, aku akan mencari cara untuk memberi kabar pada keluargamu" kata Ki Jarpa.
Agni merenungkan kembali saran ki Jarpa, walau ia juga mengkhawatirkan Dirjo, namun akhirnya Agni memutuskan untuk menerima saran ki Jarpa.
Beberapa saat kemudian, terdengar panggilan dari Sri, makanan sudah siap, mereka bertiga pun segera makan bersama. Sri sangat senang sekali mengetahui bahwa Agni akan tinggal beberapa waktu bersama mereka. Walaupun mungkin hanya beberapa waktu, setidaknya bisa sedikit mengobati rasa rindu Sri kepada Sardipa, apalagi Sri merasa, wajah dan perawakan Agni, sangat mirip dengan Sardipa.
Malam harinya, mereka bertiga membicarakan berbagai macam. Namun tak banyak cerita tentang desa ki Jarpa. Desa kecil itu hanya berpenghuni tak sampai 300an orang. Rata-rata penduduknya adalah petani, dan beberapa adalah pedagang kecil. Tak ada yang menarik di desa ki Jarpa, mungkin karena itu jarang sekali ada orang luar, baik orang biasa ataupun seorang kultivator yang mendatangi desa itu. Namun justru itu membuat kehidupan di desa itu jauh lebih tentram dari pada tempat yang lainnya.
Rumah ki Jarpa tidaklah besar, namun masih ada kamar kosong yang tidak di tempati. Malam harinya, Agni pun dipersilahkan untuk beristirahat di kamar itu. Sebelum tidur, Agni bermeditasi di kamarnya. Ditengah meditasi, tiba-tiba saja ia berada di tempat yang tidak terlalu asing baginya. Sebuah padang rumput luas tanpa batas yang dipayungi langit biru tanpa setitikpun awan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Putra_Andalas
serem kali nama Tk.Tulangnya , untung gk ada Tk.Tulang Nyamuk 😂
2024-12-13
1