Ranting Kering Menantikan Hujan

Ranting Kering Menantikan Hujan

BAB 0: Lelaki tak beridentitas

“Tin-tin-tiiiiin...”

“Awas!” sebuah peringatan dari seorang gadis yang sedang mengendarai mobil dengan panik.

“Ada apa ini mba? Apa yang terjadi?” perawat rumah sakit ikut panik juga, dan mereka langsung kocar-kacir membagi tugas, sebagian berlari terlebih dahulu membukakan pintu, ada yang menyiapkan troli pasien, sebagian lagi membantu seseorang mengeluarkan seseorang yang sedang sekarat dari dalam mobil honda jazz warna merah yang terparkir persis di depan pintu rumah sakit

“Ayahku di mana? Ayahku!” seorang gadis yang panik itu masih saja panik, seseorang yang sekarat sudah di ambil alih oleh perawat rumah sakit sepenuhnya, mereka mendorong meja pasien ke ruang UGD.

“Dokter Didi sedang menangani pasien mba!”

“Tolong panggilkan dia sekarang juga suster!” gadis itu masih panik, mukanya pucat, itu karna dia memang sedang ketakutan.

“Iya mba!” Suster pun langsung melangkah pergi terburu-buru, Gadis itu pun masih harap-harap cemas, lelaki sekarat yang ada di ruang UGD sedang di rawat oleh para perawat yang mengambil alih.

Tak lama kemudian dokter Didi pun datang juga dengan terburu-buru.

“Ada apa ini Rany?”

“Ayah! Tolong yah! Di dalam ada lelaki yang sedang sekarat!”

“Iya tapi siapa dan kenapa?”

“Rany tidak sengaja menabraknya yah! Rany tidak sengaja yah!” Dokter Didi tak lagi fokus pada cerita gadis bernama Rany anaknya, ia lekas masuk ruang UGD, ia melihat keadaan lelaki yang sudah tak berdaya terbaring di dalam UGD, jarum infus sudah menusuk di salah satu tangan si lelaki sekarat.

Sedangkan Rany masih panik di depan ruang UGD, ia masih terus menunggu kabar dari ayahnya yang sedang menangani lelaki yang sudah ia tabrak di jalan raya. Ia masih memegang sebuah tas gendong milik si lelaki yang ia tak tau isi dari tas itu.

Sebuah handpon berdering di tas miliknya yang unik, ia tanpa ragu mengangkat telpon itu.

“Halo!” Rany mengangkat telpon itu dengan panik juga.

“Iya Bu! Maaf saya tidak bisa datang ke lokasi shooting sekarang, saya mengalami kecelakaan bu! sekarang saya sedang di rumah sakit bu!”

“Iya tidak apa-apa bu! Gantikan saja peran saya kalau ibu tidak bisa menunggu saya lagi, ibu bisa mengerti keadaan saya sekarang kan? Iya bu saya tau ini tanggung jawab saya, tapi saya juga harus bertanggung jawab dengan korban yang tertabrak mobil saya.” Rany masih bingung harus berbuat apa, hari ini begitu banyak permasalahan yang sedang ia hadapi.

“Iya terimakasih ya bu! Maaf saya...” “Tut-tut-tut” telpon terputus.

“Duh! Apa yang sedang terjadi ini?” Rany terlihat marah dengan keadaan ini, dia adalah seorang artis yang tak begitu di kenal oleh publik, karna dia hanyalah seorang artis pemeran pembantu.

Handponnya berbunyi lagi, kali ini dari kekasihnya, yang juga hubungannya dengan sang kekasih sedang renggang.

“Halo...” Rany mengangkatnya dengan malas.

“Iya, aku bisa mengerti kok, kalau kamu mau putusin aku ya sudah putus saja...” “tut-tut-tut” wajahnya semakin cemberut, ia masih belum juga mengerti dengan keadaanya saat ini, masalahnya dengan kekasihnya yang sudah ia pertahankan selama lima tahun pun akhirnya berakhir di hari ini.

“Sebenarnya hari apa ini?” Rany ngedumel sendiri, kemudian tertunduk lesu.

Rany masih setia menunggu kabar dari ayahnya sampai beberapa manit, begitu dokter Didi keluar dia langsung menyerang Ayahnya itu dengan pertanyaan.

“Bagaimana yah?”

“Rany dapat lelaki ini dimana?” Dokter terlihat begitu santai. Ia mengajak Rany untuk duduk lagi di kursi tunggu.

“Di jalan raya saat Rany mau berhenti di lampu merah yah! Tiba-tiba dia ada di depan mobil Rany yang sedang Rany setir, maafin Rany yah! Rany sedang terburu-buru.”

“Rany menabraknya?”

“Iya yah! Tapi Rany tidak sengaja yah! Bagaimana keadannya yah?”

“Dia baik-baik saja!”

“Alhamdulillah! Terus itu darah yang keluar dari hidungnya?”

“Itu darah sudah ada sebelum Rany tabrak, dan dia tidak mengalami luka luar segores pun.”

“Lho kok bisa yah? Terus kenapa dia jatuh pingsan dan tak sadarkan diri?”

“Ada masalah lain yang terjadi di kepalanya, Ayah akan memeriksanya, sekarang kamu cari identitas lelaki itu, ayah akan menyiapkan sinar X untuk melihat keadaan kepalanya.”

“Jadi bukan karena Rany yah?”

“Bukan! Tapi Ayah tetap bangga mempunyai anak seperti Rany.” Dokter Didi membelai rambut Rany yang panjang lurus terurai. “Bagaimana syooting Rany?”

“Gagal lagi yah! Seharusnya Rany dapat peran lagi di salah satu PH, tapi Rany dapat kecelakaan ini sebelum Rany dapat peran itu, ya mau bagaimana lagi yah. Kan ayah yang ngajarin, tanggung jawab itu lebih utama dari segalanya, Rany ngga mau lari dari masalah yang Rany hadapi.”

“Terus bagaimana dengan Doni?”

“Putus!”

“Rany yang mutusin?”

“Doni yang mutusin yah.”

“Ya sudah sekarang tugas Rany untuk mencari identitas lelaki itu.” Dokter Didi kemudian pergi menuju ruang kerjanya di rumah sakit ini.

Rany sendiri di depan ruang UGD, ia sedang mencoba mencari identitas si lelaki dengan mengeluarkan barang-barang yang ada di dalam tas milik si lelaki.

“Masa ngga ada identitasnya sama sekali sih di dalam tas ini?” ia terus mengeluarkan isi tas kucel itu, namun ia tidak juga menemukan identitas si lelaki, KTP, SIM, atau apalah yang ada nama si lelaki itu.

“Ini cowok ngga punya identitas kok bisa hidup di jakarta sih? Apa mungkin dia itu bukan orang Indonesia?” dugaan terus tumbuh di benaknya. Putus asa lah ujungnya, ia meletakkan tas yang sudah tak berisi lagi di sampingnya. “klutak...” sebuah benda terjatuh dari saku tas yang sudah dia obrak-abrik, ia pun penasaran dengan benda itu.

“Kayak flasdish?” komentarnya tentang benda yang jatuh itu, ia pun memastikannya dengan terus melihat benda itu.

“Cowok ga punya identitas? Isi tasnya pun cuman buku-buku coretan yang ngga jelas? Dan sekarang Flasdish?” Rany masih bingung dengan apa yang dia temukan di hari ini.

“Jadi penasaran gua sama Flasdish ini, tapi ntar malah isi flasdish ini Virus? Atau cuman film bokep doang? Ih jadi bed filling gini sih gua, jangan su’uzon gini dong Rany!” Rany masih terus memandang flasdish di tangannya, kemudian tanpa ragu dia memasukan semua barang yang sudah ia keluarkan dari tas ke dalam tas kucel itu lagi, ia menggendongnya terus dia melihat lelaki tak beridentitas di dalam ruag UGD dari balik kaca.

“Gua yakin kalau elu bukan orang jahat, dan gua yakin, gua akan menemukan identitasmu dari flasdish ini.” Ia pun bergegas menuju ruang kerja ayahnya.

Dokter Didi masih sibuk dengan pekerjaannya, Rany pun masuk ruangan full AC milik ayahnya dengan mengetuk pintu terlebih dahulu, Dokter Didi yang berbadan tinggi besar rambut sedikit tipis di depan dan sedikit berkumis serta berkaca mata pun mempersilahkan masuk. suasana dalam ruangan ini sudah pasti dingin.

“Yah! Rany sudah boleh pulang kan?”

“Sudah, biar si lelaki itu ayah yang tangani, sudah Rany temukan identitasnya?”

“Belum yah! Tapi Rany menemukan flasdish di dalam tasnya”

“Flasdish?”

“Iya yah Flasdish, Rany langsung pulang saja ya yah!” Rany mencium tangan ayahnya kemudian kedua pipinya dan pergi.

“Hati-hati di jalan ya Rany!”

“Iya ayahku sayang!” dari percakapan kedua ayah dan anak ini bisa di pastikan mereka adalah keluarga yang harmonis.

***

Mobil honda jazz terparkir di halaman rumah yang sederhana, Rany pun turun dari mobilnya setelah mematikan mesin mobilnya, seorang pembantu membukakan pintu rumahnya.

“Lho kok non sudah pulang? Sudah selesai syootingnya non?” pembantu rumahnya menyambut Rany begitu ramah.

“Ngga jadi shooting bi! O iya mama belum pulang bi?”

“Belum non, baru Ibu berangkat tadi waktu non pergi.”

“Ya begitulah, mama memang sangat sibuk dengan Rany care beauty-nya, terus si Adit?”

“Belum balik sekolah non.”

“O begitu, Rany mau istirahat dulu ke kamar ya bi!”

“Non Rany mau di buatkan juss?”

“Ngga usah bi, ntar aja kalau sudah kepengin, sekarang bibi terusin aja pekerjaan bibi!”

“Baik non!” Pembantu itu pun menuruti perintah Rany dengan senang hati, dan Rany menuju kamarnya yang berada di lantai dua rumah sederhana ini.

Sampai di kamar dia pun menjalankan rencananya untuk membuka Flasdish yang ia temukan di tas kucel milik lelaki tanpa identitas.

Ia membuka notebooknya, menghidupkannya kemudian menancapkan flasdish di salah satu lubang USB di notebook, data pun terbaca.

“Apa ini? Kok isinya Microsoft word? Ini dokumen apa?” ia pun mengahiri penasarannya dengan langsung membuka dokumen itu.

“Ini seperti novel?” tanpa ragu ia pun langsung membaca isi dokumen tersebut.

***

Terpopuler

Comments

RnS Studio

RnS Studio

makasih Thor... nanti saya coba...

2022-03-18

0

Beast Writer

Beast Writer

coba promosiin karyanya di grup chat author

2022-03-18

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 0: Lelaki tak beridentitas
2 Bab: 1 Nama adalah Do’a
3 Bab: 2 Monyet
4 Bab: 3 Mama
5 Bab: 4 Orang Melayu
6 Bab: 5 Memilih
7 Bab 5: Memilih (2)
8 Bab: 6 Bengkel Asmara
9 Bab 6: Bengkel Asmara (2)
10 Bab: 7 Masuk Rimbanya Dunia
11 Bab 7: Masuk Rimbanya Dunia (2)
12 Bab: 8 Melepasnya
13 Bab: 9 Keluarga Besar
14 Bab 9: Keluarga Besar (2)
15 Bab: 10 Setia Kawan
16 Bab: 11 Inspirasi
17 Bab 11: Inspirasi (2)
18 Bab 11: Inspirasi (3)
19 Bab: 12 Keberanian
20 Bab 12: Keberanian (2)
21 Bab 12: Keberanian (3)
22 Bab: 13 Fitri bukan Shireen
23 Bab 13: Fitri bukan Shireen (2)
24 Bab: 14 Namanya Attin
25 Bab 14: Namanya Attin (2)
26 Bab 14: Namanya Attin (3)
27 Bab: 15 Perihnya Setia
28 Bab 15: Perihnya Setia (2)
29 Bab 15: Perihnya Setia (3)
30 Bab: 16 Menggapai Mimpi
31 Bab 16: Menggapai Mimpi (2)
32 Bab 16: Menggapai Mimpi (3)
33 Bab 16: Menggapai Mimpi (4)
34 Bab: 17 Sejati
35 Bab 17: Sejati (2)
36 Bab: 18 Sebongkah Karang
37 Bab: 19 Tidak Beralasan
38 Bab19: Tak Beralasan (2)
39 Bab: 20 Hati sekeras Batu (selesai)
40 Bab: 1 Nama adalah Do'a (2)
41 Bab 1: Nama adalah Do'a (3)
42 Bab 1: Nama adalah Do'a (4)
43 Bab 1: Nama adalah Do'a (5)
44 Bab 2: Monyet
45 Bab 2: Monyet (2)
46 Bab 2: Monyet (3)
47 Bab 2: Monyet (4)
48 Bab 3: Mama
49 Bab 3: Mama (2)
50 Bab 3: Mama (3)
51 Bab 3: Mama (4)
52 Bab 4: Orang Melayu
53 Bab 4: Orang Melayu (2)
54 Bab 4: Orang Melayu (3)
55 Bab 4 Orang Melayu (4)
56 Bab 5: Memilih
57 Bab 5: Memilih (2)
58 Bab 5: Memilih (3)
59 Bab 5: Memilih (4)
60 Bab 5: Memilih (5)
61 Bab 6: Bengkel Asmara
62 Bab 6: Bengkel Asmara (2)
63 Bab 6: Bengkel Asmara (3)
64 Bab 6: Bengkel Asmara (4)
65 Bab 7: Masuk rimbanya Dunia
66 Bab 7: Masuk rimbanya Dunia (2)
67 Bab 7: Masuk rimbanya Dunia (3)
68 Bab 7: Masuk rimbanya Dunia (4)
69 Bab 8: Melepasnya
70 Bab 8: Melepasnya (2)
71 Bab 8: Melepasnya (3)
72 Bab 9: Keluarga Besar
73 Bab 9: Keluarga Besar (2)
74 Bab 9: Keluarga Besar (3)
75 Bab 9: Keluarga Besar (4)
76 Bab 9: Keluarga Besar (5)
77 Bab 10: Setia Kawan
78 Bab 11: Inspirasi
79 Bab 11: Inspirasi (2)
80 Bab 11: Inspirasi (3)
81 Bab 11: Inspirasi (4)
82 Bab 11: Inspirasi (5)
83 Bab 11: Inspirasi (6)
84 Bab 12: Keberanian
85 Bab 12: Keberanian (2)
86 Bab 12: Keberanian (3)
87 Bab 12: Keberanian (4)
88 Bab 12: Keberanian (5)
89 Bab 13: Fitri bukan Shireen
90 Bab 13: Fitri bukan Shireen (2)
91 Bab 13: Fitri bukan Shireen (3)
92 Bab 14: Namanya Attin
93 Bab 14: Namanya Attin (2)
94 Bab 14: Namanya Attin (3)
95 Bab 14: Namanya Attin (4)
96 Bab 14: Namanya Attin (5)
97 Bab 14: Namanya Attin (6)
98 Bab 15: Perihnya Setia
99 Bab 15: Perihnya Setia (2)
100 Bab 15: Perihnya Setia (3)
101 Bab 15: Perihnya Setia (4)
102 Bab 15: Perihnya Setia (5)
103 Bab 15: Perihnya Setia (6)
104 Bab 16: Menggapai Mimpi
105 Bab 16: Menggapai Mimpi (2)
106 Bab 16: Menggapai Mimpi (3)
107 Bab 16: Menggapai Mimpi (4)
108 Bab 17: Sejati
109 Bab 17: Sejati (2)
110 Bab 18: Sebongkah Karang
111 Bab 18: Sebongkah Karang (2)
112 Bab 19: Tak Beralasan
113 Bab 19: Tak Beralasan (2)
114 Bab 20: Hati sekeras Batu
Episodes

Updated 114 Episodes

1
BAB 0: Lelaki tak beridentitas
2
Bab: 1 Nama adalah Do’a
3
Bab: 2 Monyet
4
Bab: 3 Mama
5
Bab: 4 Orang Melayu
6
Bab: 5 Memilih
7
Bab 5: Memilih (2)
8
Bab: 6 Bengkel Asmara
9
Bab 6: Bengkel Asmara (2)
10
Bab: 7 Masuk Rimbanya Dunia
11
Bab 7: Masuk Rimbanya Dunia (2)
12
Bab: 8 Melepasnya
13
Bab: 9 Keluarga Besar
14
Bab 9: Keluarga Besar (2)
15
Bab: 10 Setia Kawan
16
Bab: 11 Inspirasi
17
Bab 11: Inspirasi (2)
18
Bab 11: Inspirasi (3)
19
Bab: 12 Keberanian
20
Bab 12: Keberanian (2)
21
Bab 12: Keberanian (3)
22
Bab: 13 Fitri bukan Shireen
23
Bab 13: Fitri bukan Shireen (2)
24
Bab: 14 Namanya Attin
25
Bab 14: Namanya Attin (2)
26
Bab 14: Namanya Attin (3)
27
Bab: 15 Perihnya Setia
28
Bab 15: Perihnya Setia (2)
29
Bab 15: Perihnya Setia (3)
30
Bab: 16 Menggapai Mimpi
31
Bab 16: Menggapai Mimpi (2)
32
Bab 16: Menggapai Mimpi (3)
33
Bab 16: Menggapai Mimpi (4)
34
Bab: 17 Sejati
35
Bab 17: Sejati (2)
36
Bab: 18 Sebongkah Karang
37
Bab: 19 Tidak Beralasan
38
Bab19: Tak Beralasan (2)
39
Bab: 20 Hati sekeras Batu (selesai)
40
Bab: 1 Nama adalah Do'a (2)
41
Bab 1: Nama adalah Do'a (3)
42
Bab 1: Nama adalah Do'a (4)
43
Bab 1: Nama adalah Do'a (5)
44
Bab 2: Monyet
45
Bab 2: Monyet (2)
46
Bab 2: Monyet (3)
47
Bab 2: Monyet (4)
48
Bab 3: Mama
49
Bab 3: Mama (2)
50
Bab 3: Mama (3)
51
Bab 3: Mama (4)
52
Bab 4: Orang Melayu
53
Bab 4: Orang Melayu (2)
54
Bab 4: Orang Melayu (3)
55
Bab 4 Orang Melayu (4)
56
Bab 5: Memilih
57
Bab 5: Memilih (2)
58
Bab 5: Memilih (3)
59
Bab 5: Memilih (4)
60
Bab 5: Memilih (5)
61
Bab 6: Bengkel Asmara
62
Bab 6: Bengkel Asmara (2)
63
Bab 6: Bengkel Asmara (3)
64
Bab 6: Bengkel Asmara (4)
65
Bab 7: Masuk rimbanya Dunia
66
Bab 7: Masuk rimbanya Dunia (2)
67
Bab 7: Masuk rimbanya Dunia (3)
68
Bab 7: Masuk rimbanya Dunia (4)
69
Bab 8: Melepasnya
70
Bab 8: Melepasnya (2)
71
Bab 8: Melepasnya (3)
72
Bab 9: Keluarga Besar
73
Bab 9: Keluarga Besar (2)
74
Bab 9: Keluarga Besar (3)
75
Bab 9: Keluarga Besar (4)
76
Bab 9: Keluarga Besar (5)
77
Bab 10: Setia Kawan
78
Bab 11: Inspirasi
79
Bab 11: Inspirasi (2)
80
Bab 11: Inspirasi (3)
81
Bab 11: Inspirasi (4)
82
Bab 11: Inspirasi (5)
83
Bab 11: Inspirasi (6)
84
Bab 12: Keberanian
85
Bab 12: Keberanian (2)
86
Bab 12: Keberanian (3)
87
Bab 12: Keberanian (4)
88
Bab 12: Keberanian (5)
89
Bab 13: Fitri bukan Shireen
90
Bab 13: Fitri bukan Shireen (2)
91
Bab 13: Fitri bukan Shireen (3)
92
Bab 14: Namanya Attin
93
Bab 14: Namanya Attin (2)
94
Bab 14: Namanya Attin (3)
95
Bab 14: Namanya Attin (4)
96
Bab 14: Namanya Attin (5)
97
Bab 14: Namanya Attin (6)
98
Bab 15: Perihnya Setia
99
Bab 15: Perihnya Setia (2)
100
Bab 15: Perihnya Setia (3)
101
Bab 15: Perihnya Setia (4)
102
Bab 15: Perihnya Setia (5)
103
Bab 15: Perihnya Setia (6)
104
Bab 16: Menggapai Mimpi
105
Bab 16: Menggapai Mimpi (2)
106
Bab 16: Menggapai Mimpi (3)
107
Bab 16: Menggapai Mimpi (4)
108
Bab 17: Sejati
109
Bab 17: Sejati (2)
110
Bab 18: Sebongkah Karang
111
Bab 18: Sebongkah Karang (2)
112
Bab 19: Tak Beralasan
113
Bab 19: Tak Beralasan (2)
114
Bab 20: Hati sekeras Batu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!