Flashback On
Malam itu ketika sudah lewat jam kantor, teman Jaden yang tak lain bawahan nya sendiri memasuki ruang kerja putra pasangan Celine dan Darren itu.
"Bro ikut gue yuk," ajak teman Jaden yang datang ke kantornya.
Jaden menutup laptopnya lalu berdiri dari singgasananya untuk kemudian pindah ke sofa.
"Capek gue males keluar paling lo ngajak clubbing," cibir Jaden.
"Gak bro, kali ini gue mo ngajak lo nonton balapan motor," kata temannya antusias.
Jaden mengernyit heran. "Sejak kapan lo suka balapan?" Ejek Jaden.
"Alah lo belum lihat sendiri, entar elo akan tahu kenapa gue suka nonton balapan itu," teman Jaden menarik paksa dirinya agar berdiri.
Dengan langkah gontai Jaden menyambar jasnya kemudian mengikuti temannya.
...***...
"Huuuuu...."
Terdengar riuh penonton yang melihat balapan malam itu. Jaden dan temannya menerobos kerumunan yang sedang melihat aksi balapan liar malam itu.
"Apa istimewanya?" Gumam Jaden namun terdengar juga di telinga temannya. Dirinya mencebik kesal pasalnya itu hanya sebuah kegiatan balapan liar yang tidak menarik baginya.
"Lo akan tahu setelah balapan motor ini selesai," ucap teman Jaden yang membuatnya penasaran.
"Huuuuu....."
Teriakan dan tepuk tangan meriah mengiringi kemenangan pebalap motor yang mengendarai motor sport warna hitam itu.
Teman Jaden menyenggol bahunya. "Perhatiin yang menang itu," tunjuk temannya dengan dagu.
Jaden pun mengikuti perintah temannya. Ketika helm dibuka, hati Jaden serasa berdesir melihat bidadari dibalik helm full face itu. "So beautiful," ucap Jaden tanpa sadar melihat gadis yang masih memiliki darah Jerman itu.
Saat Bia membuka helm, rambutnya yang panjang nan lurus terurai ke bawah. Hingga semua lelaki yang memandang mengagumi kecantikannya. Termasuk Jaden yang saat itu melihatnya langsung.
Mulut Jaden menganga. "Elo jangan ngiler bro." Senggol teman Jaden diselingi tawa mengejek.
"Gue baru lihat cewek sekeren itu," puji Jaden.
"Cih bukannya elo sering gonta-ganti cewek," cibir temannya.
"Tapi gue penasaran sama tuh cewek, unik." Jaden tersenyum menyeringai.
"Wah saingan lo banyak bro." Temannya itu menunjuk deretan cowok yang mengagumi Bia.
"Sepopuler itukah dia?" Tanya Jaden.
"Selain cantik Bia juga baik dan gak sombong," jawab temannya.
"Asal lo tahu uang hasil balap motor gak pernah dipakai Bia buat foya-foya kayak anak seusianya," imbuhnya.
"Terus buat apa?" Tanya Jaden.
"Dibagi-bagiin bro sama anak jalanan," ucapan temannya itu semakin membuat kagum pada sosok wanita cantik yang sering memenangkan balapan motor sport itu.
...***...
Saking penasaran pada pandangan pertama Jaden pun menyuruh orang untuk menyelidiki latar belakang Bia.
"Pak saya ingin menyampaikan laporan yang bapak minta." Orang suruhan Jaden pun memberikan sebuah map yang diletakkan di atas meja kerjanya.
Jaden menghentikan aktivitas menulisnya di laptop kemudian meraih map itu dan membuka isinya.
"Berlian Indah Arrasya putri tunggal pasangan Mutiara Ramadhani dan pemilik perusahaan ojek online Arrasya Ramadhan," Jaden membaca laporan yang diberikan anak buahnya.
"Kegemaran naik motornya disebabkan karena dia adalah cucu pemilik perusahaan perakitan mobil dan motor terbesar di negeri ini," Jaden menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Anak sultan ternyata, tapi kenapa dia harus mengikuti balapan liar?" pertanyaan itu timbul dalam pikirannya.
...***...
Keesokan harinya, Jaden sengaja mengikuti balapan motor demi Bia. Dengan setelan jaket kulit berwarna hitam dan celana jins ketat Jaden duduk di atas motor.Laki-laki itu sengaja menantang Bia. Kali ini Jaden membuat taruhan dalam bentuk lain.
"Gue gak mau uang, gue mau elo kabulin permintaan gue," kata Jaden tersenyum licik.
"Oke, diterima," dengan penuh percaya diri Bia menyalami tangan Jaden tanpa berfikir terlebih dulu mengenai permintaan yang akan diajukan oleh lawannya.
"Kalian siap?" tanya wanita cantik yang sedang memegang sapu tangan itu.
Keduanya sama-sama mengangguk. Setelah wanita cantik itu melepas sapu tangan ke udara keduanya melaju dengan pesat. Balapan berlangsung sengit hingga akhirnya Jaden dapat mengalahkan Bia. Jaden memang pandai mengendarai motor sport. Bahkan sehari-hari saat dirinya menuju ke kantor ia lebih suka mengendarai motor sport warna merah miliknya. Berbeda dengan Julian yang lebih suka memakai mobil kemana pun dia pergi.
"Sial," Bia memukul body motornya.
"Elo kalah," ejek Jaden yang menghentikan motornya di depan motor Bia.
Bia membuka helm full face yang ia kenakan lalu turun dari motor. "Selamat elo menang." Bia mengulurkan tangannya untuk menyelamati Jaden.
Jaden turun dari motor lalu membuka helmnya dan setelah itu menjabat tangan Bia. "Gue mau lo penuhi janji lo," ucap Jaden dengan seringai licik.
"Apa pun," ucap Bia mantap.
"Jadi pacar gue!" Permintaan Jaden membuat Bia menarik tangannya kasar.
"Terima terima terima," terdengar sorakan orang-orang yang melihat Jaden menembak Bia. Bia menjadi malu karenanya.
"Dasar orang sinting," umpat Bia lalu pergi meninggalkan Jaden.
Jaden tersenyum melihat kepergian Bia. "Suatu saat elo akan jadi milik gue Bi," lirih Jaden.
Sejak malam itu Jaden terus menjadi lawan di balapan motor yang juga diikuti Bia. Walau Bia selalu menghindar tapi Jaden berhasil membuatnya menerima tantangan darinya. Sayangnya Bia selalu kalah setiap kali melawan Jaden sehingga membuat Bia semakin kesal melihat batang hidung laki-laki yang menjadi saingannya itu.
Walau Jaden tahu Bia sangat membencinya, Jaden tidak patah arang. Dia selalu memiliki berbagai cara untuk mendekati gadis yang menjadi incarannya itu. Bahkan di setiap kesempatan Jaden ada untuk datang menolong. Entah sengaja ataukah memang jodoh Jaden selalu bisa diandalkan Bia ketika mengalami kesulitan. Namun, gadis itu gengsi untuk berucap terima kasih pada laki-laki yang ia anggap menyebalkan di matanya itu. Padahal kebencian itu pada akhirnya menjadi kebucinan.
Yang terjadi pada hari ini atau besok tidak ada seorangpun yang tahu. Seperti malam itu, saat Bia jatuh dari motor, dia meminta Jaden mengantarnya pulang. Walaupun benci tapi ia tetap meminta bantuan Jaden. Hanya saja mungkin Bia belum menyadari perasaannya.
...***...
"Bia," panggil Rasya pada anaknya yang berjalan mengendap-endap.Bia menoleh.
"Dari mana?" Tanyanya lagi yang melihat Bia memakai tas yang di selempangkan di bahunya.
"Bukan dari balap motor lagi 'kan?" Tuduh Rasya.
"Papa stop, jangan berfikiran negatif sama Bia. Bia dari kafenya tante Lulu. Kalau gak percaya telpon aja tante," Bia membela diri.
"Ngapain?" Tanya Rasya sambil menyesap kopinya.
Bia sejenak berfikir. "Mau ngambil buku aku yang dipinjam sama Keyla," bohong Bia.
"Kalian 'kan beda angkatan," selidik Rasya.
"Em itu anu, Keyla pinjam novel aku. Pa, pergi ke kamar dulu ya " Bia segera berlari ke kamar agar Rasya tidak kembali memberikan pertanyaan untuknya.
"Sejak kapan kamu suka baca novel," gumam Rasya.
"Ada apa sih pa?" Tanya Ara.
"Sejak kapan Bia suka baca novel?" pertanyaan Rasya membuat Ara menyemburkan teh yang sempat ia minum.
"Mama, kena muka papa nih," protes Rasya.
"Habis aku juga baru tahu kalau Bia suka baca novel, mungkin setelah dia berhenti balapan," pikir Ara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Renireni Reni
tunggu hari senin ya kak...ntar aq kasih vote,kopi dan bunga.....
2023-01-13
1