"Bi traktir kita makan yuk," ajak temen kampus Bia.
"Kuy lah kalian pengen makan dimana?" Tanya Bia sombong.
"Di hotel bintang lima depan kampus Bi, di situ makanannya enak," kata salah satu temannya.
"Tenang gue traktir," Bia mengajak ketiga teman kampusnya untuk makan siang di hotel tersebut.
...***...
"Mbak bilnya dong!" Bia meminta tagihan makan mereka.
Setelah pelayan menyerahkan kertas tagihan ke Bia, gadis itu memberikan kartu kreditnya. Namun, tak lama kemudian pelayan itu kembali ke meja Bia dan teman-temannya.
"Maaf kak kartunya gak bisa dipakai," ucap sang pelayan memberitahukan pada Bia.
Lalu Bia memberikan kartu kreditnya yang lain. Namun, lagi-lagi kartunya ditolak.
"Sial, kenapa semua kartu gue gak bisa dipakai?" batin gadis yang masih memiliki darah Eropa tersebut.
"Kenapa Bi? Ada masalah dengan kartu lo?" tanya teman Bia yang ikut makan.
"Gak ada, mungkin mesin mereka yang rusak, masak semua kartu gue ditolak," elak Bia.
"Ini pasti ada kesalahan mbak, mana mungkin kartu saya gak bisa dipakai?" Bia berusaha membela diri.
"Ada apa ini?" Tanya seorang laki-laki berpakaian jas rapi.
"Ini pak, mbak ini gak bisa bayar makanan di restoran kita," kata pelayan wanita itu.
Setelah itu laki-laki itu menoleh ke Bia untuk meminta penjelasan dengan tatapan tajamnya.
"Gue gak salah, elo kan kenal gue masa iya anak sultan gak bisa bayar makan,gue bahkan bisa beli ni hotel" ucap Bia menyombongkan diri di depan teman-temannya.
Laki-laki yang berdiri di hadapan gadis itu pun mengernyit. Pasalnya iya tidak merasa mengenal gadis yang dianggapnya urakan tersebut.
"Kenapa lo natap gue kaya gitu? Naksir? Jangan harap, sekali musuh tetap musuh," Julian semakin kaget dengan omongan Bia.
"Minta dia membayar tagihannya kalau tidak bisa suruh dia cuci piring," perintah Julian diikuti oleh pegawainya.
"Sial nih cowok bikin gue malu aja depan temen-temen gue," batin putri Rasya itu.
"Bi, kita balik duluan ya," pamit salah seorang teman Bia.
"Sial mereka malah ninggalin gue," kesal Bia namun hanya bisa membatin. Tangannya mengepal seolah menahan marah.
...***...
"Yang bersih!" Bentak kepala pelayan di restoran tempat Bia makan bersama teman-temannya.
Mimpi apa dia semalam sehingga dia harus mencuci piring di restoran yang bisa saja dibeli oleh orang tuanya.
"Sial seumur-umur baru kali ini gue dipermalukan seperti ini," gerutu gadis yang sedang mencuci piring tersebut.
Tangannya yang halus harus dipenuhi dengan busa sabun yang bisa saja membuat tangannya menjadi kasar.
Setelah ia selesai mencuci piring, Bia akhirnya bisa keluar dari penyiksaan itu.
Gadis cantik yang sedang menenteng tas ranselnya itu keluar dengan rambut yang diikat asal sejak ia mulai mencuci piring-piring kotor di restoran tadi. Bia yang notabene tomboy memang tidak begitu peduli pada penampilannya. Ia pun masih membiarkan rambutnya terikat asal dengan beberapa helai rambut yang menggantung di bagian depan.
Bug
Tanpa sengaja Bia menabrak bahu kekar seorang laki-laki ketika akan memasuki lift. Tubuhnya hampir saja menyentuh lantai kalau saja Julian tidak menangkap Bia dengan tangannya.
Sejenak kedua bola mata mereka bertemu. Ada rasa yang aneh yang Julian rasakan saat menatap mata indah Bia.
Begitu pun dengan Bia. Untuk pertama kalinya ia bersentuhan dengan laki-laki selain papanya. "Jantung gue," batin Bia yang merasakan dag dig dug saat merangkul Julian.
Bug
Julian melepas pegangan tangannya hingga gadis di hadapannya itu terjatuh. "Aw sakit tahu," rintih Bia seraya mengusap-usap pant*tnya yang sakit.
"Lo niat nolongin gue gak sih tadi?" Bentak Bia pada laki-laki yang bertubuh kekar itu.
"Cih untuk apa menolong gadis sombong seperti kamu," Julian mencibir.
"Elo yang sombong, mentang-mentang pakai jas terus lo pikir gue lupa sama tampang lo yang jelek ini," hina Bia pada laki-laki yang wajahnya mirip dengan musuh bebuyutannya.
"Nona kata-kata anda sangat kasar, apa sebelumnya kita pernah bertemu?" Tanya Julian seraya membungkuk.
"Lo lupa baru semalam kita ketemu dan lo nganterin gue pulang," ucapan Bia membuat Julian mengernyit pasalnya ia tidak merasa mengantarkan Bia pulang semalam.
Pegawai lain yang mendengar pengakuan Bia jadi salah paham dengan atasannya. Mereka mulai bersuara dan menggunjing Julian.
"Kamu ikut saya sekarang," Julian menarik tangan Bia kasar dan membawa ke ruangannya.
"Aw sakit," pekik Bia saat Julian melempar tubuhnya ke sofa panjang yang ada di ruangannya.
"Kamu berani sekali mempermalukan saya, saya tidak kenal sama kamu, bagaimana bisa saya mengantarkan kamu pulang hm?" geram Julian mencengkeram dagu Bia.
Wajah Bia jadi pucat pasi melihat kemarahan Julian. "Cih, bisa-bisanya dia mengelak padahal hampir tiap malam dia ngajak gue balapan," batin Bia seraya memperhatikan wajah Julian. Namun, lama-kelamaan wajah tampannya itu membius kesadaran Bia.
Sesaat Bia tersadar. "Ck, lo bahas hal gak penting, gue mau pulang." Dia beranjak dari tempat duduknya tapi Julian segera menarik tangan Bia kasar hingga gadis cantik tersebut terjerembab di pelukan pria bertubuh kekar itu.
"Ups, maaf." Ruby, sekretaris Julian sedang membuka pintu melihat adegan keduanya sedang berpelukan.
"Tunggu Ruby ini tidak seperti yang kamu pikirkan." Julian mencoba menjelaskan pada sekertaris sekaligus teman masa kecilnya itu.
Ruby yang masih di ambang pintu pun akhirnya masuk ke ruangan Julian. Ia menatap ke arah gadis yang berpenampilan tomboy tersebut. Sebelumnya ia tak pernah tahu kalau Julian mengenal gadis itu.
"Heh diam di tempat jangan coba-coba kabur sebelum urusan kita selesai atau aku akan mendatangi rumahmu dan mengadukan kelakuanmu pada orang tuamu," ancam Julian membuat bahu Bia meluruh. Dia tak akan sanggup menghadapi papanya kalau sampai kejadian di restoran tadi sampai di telinga papanya. Rasya pasti akan malu memiliki putri seperti Bia, pikir gadis berambut panjang tersebut.
"Julian, siapa dia?" tanya Ruby pada atasan sekaligus temannya.
"Julian?? Bukannya namanya Jaden?" batin Bia yang mendengar wanita cantik itu memanggil laki-laki yang sedang menandatangani berkas-berkas pentingnya.
"Aku tidak mengenalnya. Dia hanya gadis yang suka bikin onar," kata-kata Julian membuat Bia geram.
"Bisa-bisanya elo gak kenal gue padahal tiap malam elo ngajak gue balapan?" Sahut Bia yang sedang tersulut emosi saat laki-laki yang dianggapnya musuh itu mengaku tidak mengenalnya.
Kata-kata Bia disalahartikan oleh Ruby. Ruby menatap tajam ke arah Julian.
"Apa? Aku tidak melakukan apa-apa." Jawaban atas pertanyaan yang diberikan melalui tatapan Ruby.
Julian tersenyum sinis pada Bia. "Aku selalu sibuk di kantor mana ada waktu untukku gadis sombong."
Bia yang menyadari bahwa ada hubungan spesial antara Julian dan Ruby membuatnya berfikir untuk mengerjai laki-laki yang ia anggap Jaden.
"Tega sekali kau mengelak padahal lutut dan sikuku sampai terluka karena jatuh semalam," ucap Bia sedikit mesra sehingga membuat Julian memutar bola matanya jengah. Ia tahu Bia sedang berakting di depan Ruby.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Renireni Reni
ruby pacaran julian?
2023-01-13
0
Bhebz
aku kasih bunga untuk Bia
2022-07-01
1
Bhebz
hahahaha
2022-07-01
1