Bia akhirnya bisa lepas dari ruangan Julian saat ia mengusirnya. Julian tidak tahan menghadapi gadis yang mengaku dekat dengannya itu. Bia tersenyum puas saat terbebas dari laki-laki yang dia anggap sebagai Jaden.
Ketika Bia baru keluar dari lift, ia berpapasan dengan seorang wanita. Tiba-tiba wanita itu menjambak rambut panjang milik Bia.
"Eh apa-apaan nih?" Tanya Bia seraya memegangi rambutnya yang ditarik.
"Dasar wanita j*l*ng, berani-beraninya kamu deketin tunangan aku," bentak wanita yang menjambak rambutnya.
"Hah??? Maaf anda salah orang, tolong lepaskan rambut saya." Bia mengiba.
"Kamu masih mengelak, lihat nih." Wanita yang tidak dikenal Berlian itu memperlihatkan gambar seorang wanita yang memakai jaket dan model rambut yang sama jika dilihat dari belakang.
"Itu bukan saya, saya bisa pastikan sejam yang lalu saya masih berada di hotel ini." Penjelasan Bia malah membuat wanita itu semakin geram dan menarik rambut panjangnya. Bia sama sekali tidak memperbaiki keadaan tapi malah memperkeruhnya.
"Kamu mengaku?" Wanita itu membelalakkan matanya kepada Bia.
"Tidak, anda salah paham, aww," putri Rasya itu meringis kesakitan.
Julian yang baru turun dari lift dengan asistennya melihat kejadian yang sudah menjadi tontonan banyak orang itu. Lagi-lagi ia melihat gadis yang dianggapnya selalu membuat rusuh. Namun kali ini sepertinya gadis itu dalam posisi tertindas.
"Lepaskan dia nona,kita bisa bicarakan secara baik-baik," Julian mencoba melerai.
"Wanita ini telah berselingkuh dengan tunanganku," katanya.
"Tidak, aku tidak tahu menahu ini hanya salah paham." Bia berusaha membela diri.
Gadis cantik yang masih memiliki darah Eropa itu berharap laki-laki di depannya bisa menolongnya. Julian yang dapat menangkap permintaan Bia walau hanya dengan tatapan mengibanya tersenyum menyeringai. Ia berfikir untuk mengerjai gadis yang selalu bikin onar itu.
"Bagaimana mungkin dia berpacaran dengan tunangan anda kalau dia adalah kekasih saya," ucapan Julian membuat Bia bergidik ngeri.
"Sialan nih om-om ngaku cowok gue segala lagi," umpat Bia dalam hati.
"Oh maaf sepertinya saya salah orang," ucap wanita itu dengan penyesalan kemudian pergi.
Tanpa sempat berucap kata terima kasih kepada Julian yang telah menolongnya, Bia kabur begitu saja.
"Dasar gadis aneh," kata Julian yang melihat kepergian Bia.
"Selidiki latar belakang gadis itu," titahnya pada sang asisten.
"Baik tuan," jawabnya dengan datar.
***
Setelah itu, Bia mampir ke kantor papanya. Orang pertama yang ia temui saat menginjakkan kaki di kantor ojek online itu adalah Didu, teman sekaligus asisten pribadi Rasya.
"Eh Bia tumben main ke sini?" Didu menyapa Bia tapi ia malah mendapatkan tatapan tajam dari putri atasannya itu.
"Om Didu jahat." Kata-kata dari anak atasannya itu membuat Didu mengernyit heran.
"Pasti om kan yang ngadu ke papa kalau aku sering ikut balapan liar," Bia mengintrogasi Didu.
"Om hanya tidak mau kamu kenapa-napa Bia," jawab Didu.
"Om tidak mau Keyla senakal kamu," batin Didu.
"Darimana om tahu kalau aku sering ikut balapan pasti dari mulut lemes Ladu kan?"
"Ladu??" tanya Didu tak mengerti.
"Ladu itu singkatan dari Keyla anaknya Om Didu, masak iya aku harus manggil dia dengan nama panjangnya itu," cibir Bia.
Didu tidak menanggapi ocehan Bia. Ia tahu Bia bukan gadis yang mudah menyerah sehingga Didu memilih untuk pergi meninggalkan teman anaknya itu.
Lalu Bia masuk ke ruangan papanya.
Bruak
Bia membuka pintu itu dengan kasar. "Papa bagaimana bisa kartu kredit aku gak bisa kepakai?" Bia meminta penjelasan pada orang tuanya.
"Semua kartu kredit kamu sudah papa blokir," ucap Rasya tanpa memandang ke arah putrinya.
"Whatt?? Wah tega papa sama anaknya, sebenarnya aku ini anak kandung apa bukan sih, kenapa aku selalu menderita begini?" Bia pura-pura tertindas.
"Gak usah akting, papa cuma ingin kamu belajar hemat mulai sekarang," kata Rasya.
"Ck, aku mau ngadu sama mama," ucapnya sebelum pergi dari ruangan Rasya. Rasya hanya menggeleng melihat kelakuan putrinya yang tidak ada manis-manisnya.
***
"Maamaa," teriak Berlian yang baru memasuki rumahnya.
"Ma bilangin ke papa napa, balikin semua kartu kredit aku yang udah papa blokir," pintanya dengan manja.
"Itu hukuman buat kamu," Ara mencolek hidung mancung putrinya.
"Maa,,," Bia kembali mengiba. Ia mengekori mamanya sampai ke dapur.
"Kamu itu anak perempuan kami satu-satunya dan kami sangat mengkhawatirkan kamu sayang," ucap Ara dengan lembut.
"Apa hubungannya dengan mencabut semua fasilitas aku?" Protes Bia tidak mengerti.
"Justru itu sayang dengan begitu kamu bisa menilai siapa saja yang tulus mendekati kamu tanpa melihat status kamu sebagai anak orang kaya," Ara memberi penjelasan kepada putrinya.
Sejenak Bia merenungkan kata-kata mamanya.
"Tapi Ma, Bia malu kalau harus naik ojek tiap hari," keluhnya.
"Ngapain mesti malu kamu kan gak nyuri," kata Ara.
"Bia takut nyuri hatinya cogan-cogan yang lihat Bia naik motor, secara Bia kan manisnya melebihi gula," Ara memutar bola matanya jengah mendengar ocehan narsis putrinya.
"Udah ah, luka kamu gimana masih sakit?" Tanya Ara.
"Dikit ma."
"Kamu gak usah pakai celana jins dulu pakai rok aja kalau di rumah,"
"Iya," jawab Bia malas.
Lalu dia ingat pada motornya. "Eh motor gue beneran udah dijual papa? Bukannya kemaren nggak gue bawa pulang," Bia bermonolog.
Lalu Bia menelepon Keyla. "Cih ni anak kemana sih dihubungi malah operator yang jawab," kesal Bia karena sambungan telponnya tidak nyambung.
Setelah itu Bia memutuskan untuk ke kafe Lulu untuk menemui Keyla. Dengan pakaian santai setelan kaos oversize dan celana jins pendek selutut Bia menaiki ojek.
"Laduuu..." teriak Bia di kafe Lulu.
"Bia jangan teriak ah banyak pengunjung," protes Lulu.
"Ladu mana, Tan?" Tanya Bia sambil menyalami ibu Keyla.
"Ladu??" Lulu mengerutkan keningnya.
"Ladu itu singkatan dari Keyla anaknya om Didu, mana dia Tan aku ada perlu?" Tanya Bia.
"Belum ke sini, mungkin lagi di rumah," jawab Lulu.
"Pantesan ditelepon gak aktif, mungkin lagi molor ya tan. Ya udah tan aku ke rumah aja," pamit Bia.
Setelah dari kafe Lulu Bia ingin pulang. Ia berjalan ke pinggir jalan raya untuk menunggu ojek online yang dipesan dengan aplikasi di handphonenya.
"Ck dingin banget sumpah," Bia mengusap-usap bahunya yang kedinginan. Pasalnya ia tidak mengenakan jaket karena buru-buru. Ia hanya memakai kaos yang bahannya tipis.
Penampilan Bia agaknya mengundang perhatian dari sekelompok gelandangan yang ingin berbuat jahat padanya. Bia mundur saat mereka mulai mendekat. Sayangnya malam itu lokasi dimana dia berada terlihat sepi.
"Sendirian aja cewek?" Tanyanya pada Bia saat berusaha menggoda.
❤️❤️❤️
Kasih semangat dong biar bisa up terus
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
irendunk
ladu??? kasian bngt keyla, nama cantik di panggil ladu😂
malang bener nasib mu bia, dlm sehari bisa jd gembel
2022-04-29
1
Triple.1
ya ampun ...tuh kan bahaya juga anak gadis di blokir kartu kreditnya...pulang nungguin ojek malah ketemu cokrong...
2022-04-24
2