"Kalian mau apa?" ucap Bia dengan nada tinggi.
"Tentu saja bermain-main denganmu," jawab berandal itu diiringi tawa teman-temannya.
"Hemh jangan coba-coba denganku atau kalian akan kujadikan perkedel," ancam Bia.
Bia seorang gadis tomboy yang pandai berkelahi. Dirinya mendapat sabuk tertinggi di olahraga taekwondo yang dia ikuti. Menghadapi tikus-tikus seperti mereka baginya bukan hal yang besar.
"Gadis sombong, gue suka gaya lo," ejek salah satu penjahat itu lalu terdengar tawa teman-temannya nyaring.
Dari kejauhan seorang laki-laki yang berada di atas motor dengan menggunakan helm full face tidak sengaja Bia dan keempat penjahat yang sedang mengganggunya. Ketika ia akan turun dari motor untuk mendekat ke arah Bia, laki-laki yang akan menolong gadis itu mundur setelah mendengar teriakan salah seorang penjahat itu. Ia urungkan niatnya membantu gadis yang menjadi lawan di balapan liar.
Saat salah satu dari mereka mencoba meraih wajah cantik Bia, gadis itu dengan sigap menangkapnya lalu ia patahkan pergelangan tangannya. Laki-laki itu pun meringis kesakitan sambil memegangi tangannya yang sakit.
Teman-teman penjahat yang menyaksikan adegan itu jadi bergidik ngeri. Mereka pun menolong temannya yang kesakitan lalu kabur.
"Cih segitu aja langsung kabur," ejek Bia.
Tak lama kemudian laki-laki yang memperhatikan Bia dari jauh tadi mendekat dengan motornya.
Bia mengerutkan dahi berfikir bahwa seseorang yang di hadapannya adalah penjahat lain yang berusaha mengganggunya.
"Heh Biawak," panggil laki-laki itu setelah membuka helm full face yang ia kenakan.
Bia sedikit bernafas lega. Pasalnya dia mengenal laki-laki itu. "Sialan lo nama bagus-bagus lo samain sama kadal," umpat Bia.
"Ngapain lo sendirian di jalan malam-malam?" tanya Jaden seraya turun dari motornya.
"Gue mau pulang, lagi nunggu ojek sih tapi gak dateng-dateng," ucapnya santai.
"Yakin lo udah pesen ojek?" Tanya Jaden memastikan.
Bia memeriksa ponselnya kembali namun sayangnya dia belum menekan tombol pesan di aplikasi ojek online yang ia pakai.Gadis itu pun memamerkan gigi putihnya.
"Mau gue anterin pulang?" Tawar Jaden.
Bia memicingkan mata. Ada angin apa sampai orang yang biasa menjadi musuhnya tiba-tiba menawarkan bantuan secara suka rela.
"Eh entar dulu deh gue boleh nanya gak? Motor gue dimana?" Tanyanya saat tak mengingat keberadaan motornya.
"Lah elo ko malah nanya motor lo ke gue?" Jaden balik nanya.
"Barangkali elo tahu?" Bahu Bia meluruh.
"Kenapa elo gak tanya temen lo itu?" Jaden menoyor kepala Bia dengan satu jarinya.
"Gue belum ketemu sama si Ladu, lagi juga gue lupa kalau dia gak bisa naik motor," kata Bia dengan wajah sendu.
"Kenapa muka lo suram gitu?? Ada masalah lo?" tanya Jaden iseng.
Bia menggeleng. "Gue cuma frustasi kalau motor gue ilang."
"Bukannya elo anak orang kaya, minta bokap lo buat beliin motor baru," ucapan Jaden mendapat pelototan dari Bia.
"Gak beranilah, kemaren aja gara-gara ketahuan ikut balap liar, gue dihukum sama bokap, apalagi minta beli motor auto di delete dari kartu keluarga gue," kata Bia.
"Jadi kalau elo gak boleh bawa motor, kan lo bisa bawa mobil, ogeb."
"Semua fasilitas gue ditarik sama bokap, ngenes banget kan hidup gue, bokap boleh yang punya perusahaan ojol tapi masa iya anaknya naik ojol tiap hari, malu gue sama rakyat jelata," perkataan Bia membuat Jaden tertawa.
"Eh ni om om malah ketawa," ejek Bia.
"Yuk ah pulang, lumayan lo bisa hemat uang jajan lo kalau nebeng gue."
"Kuylah!" Tak ada pilihan lain Bia terpaksa mengikuti perintah Jaden.
Jaden pun memberikan helm untuk Bia. Namun, tidak hanya itu laki-laki itu juga memakaikan helm untuk Bia.
Wajah Bia jadi bersemu merah. "Berlebihan nih om-om," batin Bia.
***
"Makasih udah nganter gue sampai depan rumah," ucap Bia dengan tulus setelah turun dari motor.
"Tiap hari nganterin lo juga gak masalah," goda Jaden.
"Dih, gini-gini gue masih bisa bayar ojek," cibir Bia.
"Ya udah elo gak bayar gue? Zaman sekarang mana ada yang gratis," balas Jaden.
"Gue mesti bayar berapa?" Tanya Bia polos.
"Bayar pakai ini," Jaden mengetuk pipinya dengan jari telunjuk.
"Cih mesum lo, pulang sono, ketahuan bokap gue bisa mamp*s lo," ucap Bia seraya memukul bahu Jaden dengan tas kecil yang ia bawa
"Biar dikawinin sekalian," canda Jaden.
"Syuh syuh," usir Bia.
***
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri?" Tanya Celine, ibunda Jaden saat melihat putranya yang baru memasuki rumah seperti orang gila yang senyum tanpa tahu sebabnya.
Tanpa menjawab pertanyaan ibunya, Jaden mengecup pipi Celine.
"Apa yang membuatmu bahagia?" Tanya Celine penasaran.
"Roman-romannya dia habis bertemu dengan pujaan hatinya mom," tebak Darren ayah Jaden.
"Bagaimana dad tahu?" Jawab Jaden keceplosan.
"Benar kan tebakan aku, siapa gadis itu? Apa kau masih bergonta-ganti pacar seperti dulu?" selidik Darren.
Jaden menggeleng. "Tidak dad, kali ini aku ingin serius."
"Jadi apa gadis itu juga mengikuti balapan liar sehingga kau harus pulang tengah malam bahkan hampir pagi setiap hari hm?" Jaden geleng-geleng bagaimana daddynya itu bisa mengendus modusnya dalam mendekati wanita.
Jaden memberikan tepukan, dirinya tidak mengelak bahwa saat ini dia sedang mendekati wanita yang dia taksir. Bahkan dia yang sebelumnya tidak pernah berniat untuk ikut balapan jadi tertarik semenjak mengenal Bia.
"Salut sama daddy, semua modusku bisa terbaca," Jaden mengacungkan jempolnya.
"Cih kalian berdua memang sama-sama playboy, berhenti bermain-main di usiamu yang hampir menginjak kepala tiga," omel Celine.
"Masih dua tahun lagi mom," protes Jaden.
"Jangan coba-coba mempermainkan wanita Jaden, kamu tahu karma itu pasti ada," Celine menoleh ke arah suaminya. Di mana dia dulu harus menanggung beban sendirian sampai si kembar usia 6 tahun.
*Kisah Celine dan Darren bisa dibaca di novel Mr. Playboy ya.
"Doakan anakmu ini mom, agar aku bisa mengambil hatinya, dia bukan gadis yang mudah ditaklukan," ucapnya seraya membayangkan wajah cantik dan menggemaskan itu.
"Oh ya, aku penasaran dengan gadis itu, lain kali kenalkan dia pada dad," kata Darren.
"Aku tahu tanpa aku kenalkan pun dad akan menyelidiki sendiri siapa gadis itu," jawab Jaden. Kedua laki-laki itu tertawa riang.
"Hei ada apa ini dad, perbincangan kalian sangat seru," ucap Julian yang baru datang.
Kembaran Jaden itu langsung duduk di samping daddy dan adik kembarnya.
"Kepo," Jaden melempar bantal sofa ke arah Julian. Namun, Julian berhasil menangkapnya.
"Apa kau bercerita tentang gadis yang sedang kau pacari sekarang? siapa dia gadis mana lagi," cecar Julian.
"Diamlah, aku tidak akan mengatakannya padamu, aku takut kau akan mengambilnya," kata Jaden khawatir.
"Cih kau ini seperti anak kecil, aku tidak akan mengambil gadis yang kau sukai, justru aku akan membantumu," perkataan Julian membuat Jaden jadi sumringah.
"Benarkah kau akan membantu?" Tanya Jaden memastikan.
"Ya aku akan membantumu putus dengannya," ucap Julian dengan gelak tawa seraya bangkit dari tempat duduknya.
"K*mpr*t," Jaden kembali melempar bantal ke arah kakaknya meski tidak kena.
❤️❤️❤️
Wajib like dan koment biar gak dikira pembaca tak kasat mata
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 189 Episodes
Comments
Renireni Reni
lanjutt
2023-01-13
0
Nirwana Asri
Makasih yg udah kasih dukungan buat othor
2022-08-10
3