Kaget bercampur bahagia,
"Kamu bisa dengar suara saya? jika kamu mendengar saya tolong gerakkan lagi jemari kamu!" ucap Erik penuh harap.
Tak ada gerakan yang terlihat di jemari Marmun.
Erik masih saja menatap tangan Marmun, Ia berharap ada gerakan halus yang Marmun tunjukkan di jemari kecilnya.
1 menit, 3 menit hingga 5 menit, tak ada hasil, harapan kosong, kembali kaku.
Untuk memastikan keadaan Marmun, Erik berlari memanggil dokter.
Melihat Erik berlari memanggil manggil dokter, jantung Mayri tiba-tiba berdetak kencang, khawatir.
"Van, Marmun kenapa yeah!"
Mayri penasaran sembari bangkit dari tempat duduknya.
"Nggak tahu May, dari tadi kan kita disini." jawab Rivan.
Mayri dan Rivan masuk ke ruangan Marmun.
Erik dan Dokter datang, lalu memeriksanya.
" Tadi jari tengah dan telunjuk kirinya gerak dok, sekitar 3 detik'an gitu," ucap Erik memerhatikan dokter.
"Meskipun pasien masih koma, Alhamdulillah ada sedikit perkembangan, saraf otaknya mulai merespon." jelas Dokter,
"Insyaallah, dia akan segera siuman. Jangan lupa berdoa karena untuk saat ini hanya itu yang bisa kita lakukan." lanjut Dokter.
"Amin, pasti dok."
"Terima kasih yeah dok," sambung Mayri.
"Sama - sama. Baiklah, saya keluar dulu soalnya masih ada pasien yang harus saya tangani."
"Silahkan dok," seru Mayri dengan senyum.
Dokter keluar dan Erik mengikutinya dengan sedikit ngobrol.
"Saya mohon dok lakukan yang terbaik untuk kesembuhan Marmun, berapa pun biayanya saya akan berikan." pinta Erik sedih.
"Tanpa anda minta kami akan memberikan yang terbaik untuk kesembuhan pasien. itu sudah kewajiban kami." Ucap dokter, berbalik badan lalu pergi.
Tak terasa hari menjelang malam,
"Rik, besok dan lusa aku tidak bisa jengukin Sikalapa, aku ada acara." Mayri memberi tahu,
"Jadi tolong jaga'in dia yeah! kalau ada apa-apa segera hubungi aku," pinta Mayri.
"Untuk besok saya masih bisa ngejagain dia sampai seharian. Tapi kalau lusa saya juga tidak bisa, ada meeting di kantor," ujar Erik.
"Kalian tenang aja! Lusa aku free jadi bisa jengukin Marmun." Rivan mendekat ke samping Marmun.
"Lagian ada ibunya juga kan!" lanjut Rivan meyakinkan.
"ok!" Ucap Mayri singkat.
Mayri dan Rivan bergerak pergi sedangkan Erik stay di rumah sakit.
*****
Pagi yang begitu sejuk, tepat di Jl. Padang Bulan Pasar 2 - Medan, manusia lontang lintang kesana kemari termasuk Mayri.
Ia kebingungan mencari suatu alamat.
"Permisi dek, tahu alamat ini kah..?" tanya Mayri ke salah satu wanita remaja yang sedang lewat di depannya.
"Maaf mbba, saya nggak tahu," jawab wanita remaja dengan suara lembut.
"Coba aja tanya kakek itu!" lanjut'nya sembari menunjuk ke arah lelaki tua, berambut putih, sedang duduk di kursi teras rumahnya.
"Thank you ya dek!" ujar Mayri.
Dengan ragu, ia langkahkan kakinya kearah Sang kakek tua.
"Permisi kek, maaf mengganggu," Mayri memberanikan diri.
"Iya, ada apa nak!" sahut sang kakek ramah,
"Numpang tanya kek, alamat ini dimana yeah?" Mayri menunjukkan secarik kertas.
Sang kakek membaca alamat yang Mayri tunjukkan,
"Ohhh, kalau dari sini sudah tidak jauh lagi nak, sekitar 5 menit'an naik kendaraan." jawab Sang kakek.
"Kamu naik aja angkot P25 warna kuning tapi naik angkotnya harus dari seberang sana ya nak! bilangin ke supirnya turun di Hotel Grand Maju, mereka pasti tahu itu." Lanjut Sang kakek,
"Baik kek, terima kasih kek." Mayri pamit dengan senyum lebar.
Dengan segera Mayri menyebrangi jalan, lalu pergi naik angkot seperti yang kakek katakan.
Dalam angkot, disepanjang perjalanan menuju Hotel Grand Maju, Mayri melirik kiri dan kanan. Dengan cermat dia memperhatikan alamat jalan yang mereka lewati.
Hingga tanpa sadar dompetnya hilang, kecopetan.
Angkot berhenti persis didepan Hotel Grand Maju.
"Bentar yeah pak!" Mayri membuka dan merogoh tas ransel nya.
"Loh! dompet saya dimana?" lanjut Mayri panik sembari mengotak atik tasnya.
Kosong, dompet Mayri hilang nggak tahu kemana.
Supir dan beberapa orang yang ada di dalam angkot memerhatikan Mayri dengan kepanikan nya.
Kosong, dompetnya hilang.
Dengan wajah panik dan takut, Mayri turun dari dalam angkot.
"Pak ! mohon maaf dompet aku hilang," ucap Mayri ketakutan.
"Alaaaaaahhh banyak kali gaya kau, cepett mana ongkos kau!" hardik Sang supir.
"Nggak ada pak, uang aku hilang." Mayri tertunduk malu.
"Nggak usah kau bilang kalau uang kau hilang! bilang aja nggak punya uang! Gaya kau selangit ku tengok!" bentak supir ngamuk.
"Buat emosi aja kau!" lanjut supir dengan emosi, lalu melajukan angkotnya.
Dengan rasa malu Mayri bergerak masuk hotel.
"Selamat datang ibu, silahkan masuk!'' ramah tamah penerima tamu hotel.
"Terima kasih,"
Mayri melangkahkan kaki ke dalam bagunan besar ber'AC itu.
Dia berjalan mengikuti langkah orang - orang yang berpakaian pesta.
Sesampai di ballroom, Mayri di suguhkan dengan berbagai macam makanan. Namun mengingat dia di undang untuk bernyanyi, Marmun langsung melanjutkan langkahnya ke ruang ganti.
Pengantin dan ratusan tamunya telah memadati ballroom.
"Mbba sesi aku masih lama nggak yeah?" tanya Mayri ke salah satu anggota WO sembari mengoleskan blush on di pipinya.
"Bentar yeah, Gue check dulu," jawab Cintia, anggota WO. Cintia membaca urutan acara dan menyamakannya dengan acara yang sedang berlangsung.
" Setelah acara rangkaian wejangan dari keluarga pengantin mbba," lanjut Cintia.
Tak berselang waktu lama, Marmun di panggil naik panggung.
"Selanjutnya kita akan di hibur oleh penyanyi muda, yang tidak di ragukan lagi suaranya. Siapakah dia.?'' Ucap MC
'Mayri welcome!" lanjut MC.
Di barisan tempat duduk pihak keluarga pengantin, terlihat sosok pria tampan terkejut mendengar nama Mayri, ia adalah Rivan.
"Adukhh kok aku nggak tahu sih kalau Mayri bintang tamunya!" ucap Rivan lirih dalam hati, tertunduk gelisah.
Rivan sepupu dari pengantin wanita.
Mayri bernyanyi dengan harmonisasi yang begitu indah. Namun di akhir lagu, Mayri tiba- tiba melihat Rivan bersama seorang wanita, Ranti, duduk berpasangan dengan warna baju yang senada, tepat dibarisan tempat duduk pihak keluarga pengantin wanita.
Dan Mayri mengakhiri lagunya dengan tidak sempurna.
"Terima kasih." Ucap Mayri dengan wajah sedikit ditekuk, mata berkaca-kaca.
Melihat secara langsung membuat dadanya begitu sesak.
Mayri turun, berlari, pergi dengan baju panggungnya. Rivan mengejar, Ranti mengikutinya.
"May....tunggu! May...! tunggu may!" panggil Rivan sembari turun dari tangga ballroom.
Karena baju panggungnya membentuk lekukan tubuh, Mayri tak bisa berlari kencang.
"May, tunggu dulu! aku bisa jelasin semuanya," Rivan mengejar kemudian menarik tangan Mayri.
Mayri berdiri mematung, air matanya terus saja mengalir.
"Apa-apaan sih kamu Van! ngapain kamu ngejar dia! emang dia siapa?" tanya Ranti. Dia melepaskan genggaman Rivan dari tangan Mayri.
Rivan bungkam, mulutnya membeku tak mampu mengakui hubungan nya dengan Mayri.
Mayri menoleh Rivan, menunggu pengakuan nya.
"Kamu nggak bisa jawab? Jawab! aku siapa Van!" bentak Mayri dengan wajah memerah dan mata melotot penuh emosi.
"Loe siapa sih!" tukas Ranti, tangannya menunjuk ke muka Mayri.
"Aku pacarnya!'' tegas Mayri.
"Loe pacarnya? mimpi loe! Biar loe tahu yeah Gue tunangan Rivan!" ucap Ranti dengan nada tinggi.
"Dan buat loe jangan pernah coba - coba ngejar Rivan, apalagi mendekati nya! kalau nggak loe akan tahu akibatnya!" sambung Ranti mengancam.
Seisi dunia seakan ikut merasakan kesedihan Mayri. Langit meneteskan air mata, hujan.
Mayri terus saja berjalan tanpa arah hingga ia tak sadar hujan membasahi nya.
Langkah Mayri tiba-tiba terhenti, ia terlihat sempoyongan lalu jatuh tergeletak tak sadarkan diri, pingsan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
miss N
Kasian sekali nasibmu may, jadu pengwn nangis akunya 😭😭😭
2022-07-01
0
Exel_2
wow wow ter)@)7 terlalu!!!
2022-06-19
0
Srhy Chan
aku suka veritanya, oh iya. aku tidak komen bukan berarti tidak baca ya. tapi sy tetap meninggalkan like serta hadiaw jika koin mencukupi. ni aku kasi bunga🤗
2022-06-05
6