Episode -4

Mobil semakin dekat, Marmun berusaha bangun, namun karena siku tangan dan kakinya terluka, ia tak mampu bangkit.

Rivan dan wanita selingkuhannya panik.

''Bantuin dia Van! cepat !" ucap Ranti, selingkuhan Rivan.

Mendengar ucapan Ranti, Rivan dengan cepat membantu Marmun.

"Ayok mar, Lo pasti bisa!" Rivan mengangkat berdiri Marmun, lalu memapahnya.

Dengan langkah tertatih - tatih, Rivan dan Marmun beringsut - ingsut dari bahu jalan.

"Aduhhh sakit!!" seru Marmun kesakitan.

Di saat memapah Marmun, Rivan tidak sadar bahwa mobil dengan laju kecepatan tinggi berjarak 20 meter mengarah ke mereka.

"Van, Mar, Cepat !!! mobilnya udah dekat!" teriak Ranti dengan wajah memerah, panik.

Sontak Marmun dan Rivan menoleh kearah mobil.

4 Langkah lagi keduanya akan tiba di tepi jalan.

Menyadari bahwa Ia dan Rivan akan tertabrak, Marmun melepaskan tangannya dari bahu Rivan, lalu mendorong ke tepi jalan.

Rivan terjatuh tepat di tepi jalan, kedua telapak tangan berdarah, terluka.

"Aaww," rintih Rivan.

Sementara dari dalam mobil, terlihat sang supir berusaha memperlambat laju kecepatan mobil.

"Rem...!!!'' suruh Sang pemilik mobil dengan nada tinggi.

Tak bisa di elakkan.

Marmun tertabrak, terpental 3 meter dari jarak mobil putih, berplat BX122B yang menabraknya.

"Astaghfirullah!" Sang supir ketakutan.

''Maaarrrr!'' teriak Rivan histeris sembari berlari menghampiri Marmun.

Supir dan sang pemilik mobil (Erik) dengan cepat keluar dari mobil.

"Mar Loe gpp kn !!

Rivan mendekap, lalu mengusap kening dan kepala Marmun. Berlumuran darah tergeletak kaku tak sadarkan diri.

"Bangun mar..bangun...!!" Ranti menepuk pelan pipi Marmun.

Bagai disambar petir di siang bolong, betapa kaget dan sesalnya Erik ketika tahu bahwa yang mereka tabrak ialah Wanita yang disukainya.

"Cepat!!! kita bawa kerumah sakit!" ucap Erik, dia bergegas mengangkat Marmun kedalam mobil.

"Ran, tolong hubungi ibu Marmun, kamu kasih tahu bagaimana keadaannya!" pinta Rivan. Lalu mengumpulkan barang-barang Marmun yang berserakan di jalan.

"Van, nama kontaknya?'' tanya Ranti sembari mencari di kontak telepon Rivan.

"Hubungi Mayri aja!" Rivan bergerak terburu-buru masuk dalam mobil.

Erik dan Rivan membawa Marmun ke rumah sakit.

Disisi lain ibu Marmun tampak gelisah,

"Perasaanku nggak enak, ada apa ya!" ucap lirih ibu Marmun.

Tak berselang waktu lama, dering telepon nya berbunyi. Panggilan masuk dari Mayri.

"Hallo May, apa kabar?" tanya Ibu Marmun.

"Puji Tuhan saya baik tan," jawab Mayri dengan nada sedih.

"Tumben May nelpon Tante, ada apa ya?"

"Marmun kecelakaan Tan, sekarang ada di Rumah Sakit Bina Kasih" jawab Mayri sembari mengambil kunci motornya.

"Apa...!!!" ibu Marmun syok.

Mendengar putrinya kecelakaan, Ibu Marmun langsung beranjak pergi ke rumah sakit, begitu pun Mayri.

*****

Hari semakin siang, rasa bersalah menghantui Erik dan Rivan, tak mampu duduk dengan tenang, wara wiri kesana kemari.

"Tuhan, saya mohon selamatkan dia!" seru Erik berdoa.

Jam menunjuk pukul 12.45 WIB, Mayri dan ibu Marmun tiba di Rumah Sakit.

Ibu Marmun menghampiri Rivan dan Erik yang sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit.

"Putri saya di rawat diruang berapa nak ?" tanya ibu Marmun khawatir.

"Di ruangan no 7 tan," jawab Rivan lalu mengantarnya.

Mayri mengikuti nya dari belakang.

Tak terbendung, air mata ibu Marmun tumpah.

"Kakkk bangun!" ucap sang ibu menangis.

Tak sanggup melihat putrinya terbaring koma, Ibu Marmun terjatuh, tak sadarkan diri.

"Tan...!!! Susterrrrr.... !! tolong sus...!!" panggil Mayri panik.

"Ada apa ini!" tanya suster, sang perawat.

"Tolong sus," sambung Mayri.

Ibu Marmun di bawa ke ruang rawat dan belum sadarkan diri.

"Ini semua gara - gara aku..!" ucap Rivan menyalahkan dirinya, sembari menonjok dinding kamar Marmun di rawat.

"Maksudnya gimana?, sebenarnya apa yang terjadi Van?" tanya Mayri dengan mimik wajah serius.

"Iya, semua salah aku!" per tegas Rivan,

"Salah gimana maksud nya Van! dari tadi kamu hanya ngomong semua salah kamu, nggak ada penjelasan kenapa bisa seperti ini," Mayri geram.

Rivan dan Erik menceritakan kejadian nya.

"Kecepatan mobil tak bisa dikendalikan May, hingga menabrak Marmun," jelas Erik.

Seperti luka tersiram air asam, perih tak tertahan, begitulah perasaan Mayri mendengar pengakuan Rivan.

"Kalian dengar ya! kalau ada apa - apa dengan Marmun, aku laporkan kalian ke polisi, camkan itu!" ancam Mayri.

Dengan mata berkaca-kaca, Mayri pergi meninggalkan kedua'nya.

Dari ruang rawat, ibu Marmun melangkah keluar.

"Tante masih lemas, istrahat aja dulu," ucap Mayri.

"Tante nggak apa - apa May, tante hanya ingin ada di samping putri tante, tante nggak mau dia sendirian.''

"Aku dan yang lainnya, ada disini menjaga Marmun tan. Yang penting Tante pulih dulu. Marmun juga akan sedih lihat tante jatuh sakit!" Mayri mengantar ibu Marmun ke ruang rawat.

Hari semakin gelap, beberapa insan keluar masuk rumah sakit, Marmun tak kunjung siuman.

Hari berganti hari, sepertinya Marmun masih betah berkelana di alam lain.

"Kalian nggak kuliah??" tanya Erik, ia membangunkan Mayri yang ketiduran.

"Aduhhh! hari ini kan ada test! mati aku!" Rivan menepuk zidatnya.

"Huamnn, emang sekarang jam berapa?" tanya Mayri menguap lalu menggerakkan otot tangan, bahu dan lehernya.

"owhhh. Aku masuk siang sih," lanjut Mayri melihat jam tangannya.

"Aku duluan ya!" Rivan pergi terburu buru.

"Trus kalau aku pergi juga, yang jagain Marmun siapa?" tanya Mayri dengan mata menoleh ke Marmun.

"Lah, kan ada saya! kamu tenang aja, saya akan menjaganya." Ucap Erik yakin.

Secara bergantian Mayri, Rivan dan Erik menjaga Marmun di rumah sakit.

*****

Terhitung, sudah 2 Minggu Marmun terbaring koma, ia tak kunjung siuman.

"Kalapa, sampai kapan kamu akan tidur? apa kamu nggak kasihan lihat tante, mommy kamu!" Mayri sedih, matanya berkaca-kaca.

"Kalapa bangun !! Bangun!!" lanjutnya, Mayri memegang erat tangan Marmun lalu menumpahkan air mata.

"Kita berdoa aja, semoga Marmun segera siuman. Dia kan wanita kuat!" hibur Rivan lalu mengusap bahu Mayri.

Masih berlinang air mata,

"Kamu jahat kalapa, kamu jahat...!! lihat tante, mommy'mu!! setiap hari sedih, menangis melihat kamu putrinya anak semata wayangnya, terbaring kaku seperti tak bernyawa." wajah Mayri terlihat memerah.

Mendengar ucapan Mayri semua orang meneteskan air mata, terkecuali Erik.

''Kamu harus sabar, saya percaya Marmun pasti segera siuman." ucap Erik yakin.

Mayri berlari keluar, lalu duduk menangis tersedu-sedu, Rivan menenangkan nya.

Suasa begitu mencekam, tanpa Erik sadari air mata membasahi pipinya, tumpah tak terbendung.

Erik bergerak duduk di samping Marmun.

"Heii, Maafin saya ya! gara - gara saya kamu jadi seperti ini," Erik sedih mengusap kepala Marmun dengan rasa bersalah.

"Kamu tahu nggak, ketika kamu bernyanyi di CTC, saya jatuh cinta pada pandangan pertama. Jantung saya berdetak kencang setiap kali bertemu dengan kamu." lanjut Erik dengan sedikit senyum.

"Owh iya, kamu harus tahu bahwa bertemu dan bersalaman langsung denganmu adalah hal yang paling mengesankan dalam hidup saya," sambung Erik.

Ketika Erik asyik mengungkapkan isi hatinya, tiba - tiba jari tengah dan telunjuk Marmun bergerak seakan mendengar ucapan Erik.

Terpopuler

Comments

miss N

miss N

mata terbata-bata maksudnya gimana ya kak...😅😅😅

2022-07-01

0

Exel_2

Exel_2

lagi lagi Rivan ketahuan punya cewek lagi

2022-06-19

0

naumiiii🎈✨

naumiiii🎈✨

Aku salfok sama kata-kata kelapa🤭

2022-06-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!