Episode -2

Sekujur tubuh Mayri tiba - tiba lemes, wajahnya pucat dan terlihat pusing karena sentuhan rintik hujan yang terlalu lama.

"Aku pengen sendiri,"

Dengan pelan, Mayri bergerak melangkah menjauh meninggalkan Rivan.

"May...!" teriak Rivan.

Mayri terus melangkah,

"Kalapa tunggu!" panggil Marmun,

Langkah kaki Mayri pun terhenti dan ia menoleh ke arah Marmun tepat di sebelah Utara Rivan berdiri mematung.

"Lihat, ini siapa!" lanjut Marmun sembari menunjuk ke Nana,

Seketika langit gelap menjadi biru, tanah lembab mulai mengering tak terkecuali Mayri yang tadinya basah kuyup.

"Nana ngapain disini?" tanya Rivan,

Secara bersamaan tiga pasang mata tertuju pada Rivan dan kepanikan pun terlihat di wajahnya.

Nana bergerak mendekat ke Rivan.

"Brengsek!'' ucap Nana sembari menampar wajah tampan Rivan,

"Saya sudah tahu semuanya! apa kamu sudah puas jadiin saya selingkuhan!" bentak Nana dengan mata melotot,

Rivan tertunduk diam dengan wajah memerah.

"Kok diam, ngomong dong!" bentak Marmun ke Rivan,

Disisi lain Mayri berdiri mematung dengan wajah kusut dan bibir kelu.

"Loe bisa diam nggak sih! nggak usah ikut campur urusan orang!" kata Rivan dengan nada lantang.

"Apa Loe bilang! ini bukan urusan gue..? ini urusan gue saat Loe nyakitin sahabat gue, camkan itu!" tegas Marmun,

"Bisa diam nggak sih!'' teriak Mayri dengan keras,

Sekejap Marmun, Nana dan Rivan terkesiap mendengarnya. Mereka mematung menganga,

"Aku capek, aku ingin sendiri." mohon Mayri lirih.

Air mata terus saja mengalir membasahi wajah cantiknya.

"For you Mayri, I'm so sorry. Saya tidak tahu kalau kamu pacar Rivan, I'm sorry," Ucap Nana sembari menepuk pundak Mayri.

Setelah meminta maaf pada Mayri, Nana pun bergerak pergi meninggalkan tempat itu.

"Kejar gih selingkuhanmu!" ucap Marmun,

"Rese Loe!" sahut Rivan,

Mendengar Marmun dan Rivan adu mulut tak henti, Mayri pergi meninggalkan mereka tanpa pamit.

Marmun mengejar dan mengikutinya dari belakang.

"May maafin aku, aku sayang sama kamu!" ucap Rivan dengan nada naik 2 oktaf dari standar nada suara pria pada umumnya.

"Sayang..., sayang opo koe! mending loe mati aja! biar nggak nyakitin hati orang, ngerti loe!" teriak Marmun dari jauh.

Mayri terus saja melangkah tanpa mengucap satu katapun. Marmun mengikutinya dari samping kiri.

Disisi lain Rivan juga pergi meninggalkan tempat itu dengan rasa bersalah.

******

Disepanjang perjalanan hingga tiba dirumahnya, Mayri tetap saja diam membisu dan larut dalam kesedihan. Sebagai sahabat yang baik, Marmun tidak tega melihat kesedihan Mayri.

Dalam kamar Mayri terus saja menangis.

"Sudah lah Kalapa, lupakan dia, masih banyak cowok diluar sana yang sayang dan menghargai kamu." hibur Marmun sembari mengusap punggung Mayri,

"Nggak segampang itu mar, kamu nggak tahu bagaimana sakitnya.''

"Itu dia may, hati yang terluka adalah cara yang paling jitu meninggalkan sosok sipemberi luka," sambung Marmun sembari mengambil air minum,

"Ntahlah,.... jujur aku nggak bisa mutusin Rivan." ucap Mayri sembari mengusap air matanya,

"Gimana...gimana...aku nggak salah dengar kan? nggak bisa mutusin..? why..?" tanya Marmun dengan wajah kesal.

"Aku masih sayang sama Rivan, aku nggak bisa bohongi perasaanku," jawab Mayri,

Seakan tersambar petir mendengar jawaban sahabatnya, Marmun bangkit dengan darah mendidih.

"Masih sayang sama orang yang membuat hati kamu luka..? dimana otakmu Kalapa! pake itu otak, pake!"

"Apa sih salahnya kalau aku memberikan dia kesempatan!" ucap Mayri sembari memandang sebingkai photo di atas meja belajarnya.

"Ya jelas salah! kamu harus tahu May, sekali selingkuh akan terus selingkuh!" ucap Marmun dengan tegas,

Mayri bergeming lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Kemudian sibuk dengan pikirannya.

"Susah yeah bicara sama orang yang dibutakan cinta." gerutu Marmun,

Lalu dia bergerak keluar meninggalkan Mayri.

Jam menunjukkan pukul 20.05 WIB, suara jangkrik bergemerincing merdu menemani Marmun melewati malam yang begitu pekat.

"Hooaaam ngantuk, tidur akh besok perfom.''

Marmun bergegas naik ke tempat tidur, lalu menarik selimut dan menutup kesekujur tubuhnya hingga terlelap tidur. Sedangkan Mayri masih saja sibuk dengan pikirannya yang tidak tentu itu.

*******

Pagi yang cerah, udara yang begitu sejuk serta rumput yang bergoyang bukti alam bersahabat dengan Marmun.

"Bangun Kak, ini udah jam 07.30 WIB lho," Ucap Ibu Marmun dari ruang tamu.

"Bentar lagi mom, dingin!'' lanjut Marmun,

Marmun tak kunjung keluar, Ibunya bergerak menghampiri.

"Kak bangun! cepat akh kayak anak kecil aja." Ucap Ibu Marmun sembari membuka horden jendela kamar.

"Iya mom."

Marmun beranjak dari tempat tidurnya, lalu bergegas masuk dalam kamar mandi. Namun di saat dia sedang sibuk membersihan tubuh, dering telepon berbunyi hingga membuatnya terburu - buru.

" Halo, Ada apa mas?"

"Posisi dimana Mar? 1 jam lagi standby,'' sahut Bowo, temannya.

"Oke..oke! ini udah mau gerak," ucap Marmun mengakhiri teleponannya.

Lalu dia melapisi tubuhnya dengan kaos oblong putih dan celana kulot hitam. Kemudian ia bergegas keluar dengan wajah polos tanpa balutan makeup, rambut basah acak-acakan.

"Mom aku pergi yeah!" pamit Marmun sembari memakaikan sepatu.

'' Sarapan dulu kak," sahut sang ibu.

"Nanti aja mom, buru - buru nih," jawab Marmun lalu bergerak pergi.

Berbanding terbalik dengan Marmun, Mayri telah tiba di kampus jauh sebelum anak anak lainnya datang. Dia duduk terdiam di dekat pintu kantin dengan tatapan kosong. Sibuk dengan perasaannya.

Berselang beberapa menit Rivan datang dan bertemu dengannya. Seketika dua pasang mata itu saling tatap - tatapan tanpa berkedip.

"May, maafin aku. Aku janji akan setia, plsss!" bujuk Rivan dengan wajah serius.

Mayri bangkit dari tempat duduknya lalu bergerak melangkah ke sudut ruangan kantin. Rivan mengikutinya dari belakang.

Secara bersamaan Mayri dan Rivan menarik kursi kemudian menduduki nya.

"Omongan kamu bisa di percaya kah?" tanya Mayri ragu.

"Iya, aku janji"

"Ywd aku maafin kamu,"

Kini dua sejoli itu merajut kembali kisah asmaranya.

''Ekh Van, masih ada mata kuliah hari ini...?" tanya Mayri,

"Mmmmmm ada tapi, ya itu dosennya nggak datang," jawab Rivan.

'' Gimana kalau kita nongki di coffe Time Cafe aja, ada live music loh." ucap Mayri semangat,

"Terserah kamu saja sayang." sahut Rivan dengan lembut,

"Ayok," ucap Mayri sembari memasukkan HP kedalam tas miliknya.

Tak berselang lama mereka pergi ke Coffe Time Cafe, dimana Marmun juga berada di tempat itu, menyanyi.

******

Setibanya di CTC (Coffe Time Cafe), Mayri bergitu terkesiap mendengar alunan musik yang sedang berlangsung, seperti tidak asing baginya.

"Lagu ini sering aku dengar lho van! tapi dimana ya!" ucap Mayri mencoba menggali ingatannya,

"Maybe pernah diputar di angkot atau bisa jadi dikampus," sahut Rivan sembari mencari kursi kosong.

"May....be ." ucap Mayri.

"Duduk disni aja, aku nggak suka terlalu dekat ke panggung," lanjut Mayri sembari menunjuk ke arah sudut Cafe.

Ketika Mayri dan Rivan sedang asyik ngobrol, Marmun naik ke panggung dengan sebuah microphon di tangan kanannya.

Mulai menyapa para tamu, semua mata seketika mengarah padanya.

"Haloo teman - teman, salam sehat." sapa Marmun dengan ramah.

Dari sudut Cafe Mayri sontak terkejut bercampur bahagia melihat sang sahabat kini berani dan percaya diri tampil di keramaian. Dimana sebelumnya ia kurang percaya akan suara indahnya.

"Kalapaaa...!" teriak Mayri histeris bahagia sembari tepuk tangan.

Marmun menolehnya, lalu dengan cepat memalingkan pandangannya disaat ia melihat ada Rivan disamping Mayri.

Alunan musik dimulai, dengan penuh rasa Marmun mengeluarkan suara merdunya. Semua tamu terkesima, terlebih sosok pria berkacamata, brewokan yang duduk persis di depan Marmun. Dari awal bernyanyi hingga selesai, pria itu selalu saja menatap Marmun penuh arti. Sesekali ia tersenyum malu.

"Terima kasih. Sampai ketemu dilain waktu." ucap Marmun pamit,

Mayri menghampiri Marmun.

"OMG...OMG...OMG! sejak kapan kamu pede nyanyi di depan umum kalapa," ucap Mayri sembari memeluk.

"Yeah sekitar 2 bulan lalu lah,'' jawab Marmun sembari melirik sinis ke Rivan.

''Ternyata Loe bisa nyanyi juga yeah! suara Loe keren!" puji Rivan sembari mengacungkan jempol,

Marmun mengacuhkan pujian Yang Rivan lontarkan.

"Kamu apa-apaan jalan sama dia!" ucap Marmun sembari menarik tangan Mayri,

"Rivan sayang sama aku dan aku masih sayang dia." ucap Mayri,

"Ok! Nanti kalau dia selingkuh, kamu tanggung sendiri!" sambung Marmun,

Lalu dia bergerak pergi dengan emosi hingga menabrak seorang laki-laki di pintu kluar CTC. Laki laki yang mengaguminya.

"Sorry.." ucap singkat Marmun,

"It's ok, lain kali hati-hati," ucap laki laki itu dengan lembut dan sedikit tersenyum.

Tak lama, Marmun dan Laki laki berkacamata pergi meninggalkan CTC.

Akankah Rivan benar-benar setia terhadap Mayri..? dan siapakah sosok laki laki yang berkacama mata itu?

Terpopuler

Comments

ZaeV92

ZaeV92

waw keruuuuen 🤣

2022-07-11

1

miss N

miss N

Aku belom ngudeng Sebenarnya Kalapa itu apa sih, kok Mayri sama marmun saling memanggil Kalapa...🤔🤔

2022-06-30

1

Exel_2

Exel_2

putus aja mayri, marmun tegas!!!

2022-06-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!