Dia menarikku ke atas pangkuannya. Aku mengumpat kesal ketika laki-laki ini melingkarkan tangannya sambil meremas dadaku. Pemabuk sialan! Kerisihan membuatku berusaha melepaskan diri saat pria itu kian mengeratkan pelukan, bahkan menyebutkan nama yang tidak kukenal. Aku masih berusaha lepas saat bibirnya mulai menyusuri lekuk leherku.
Meskipun kerja di kapal pesiar yang sudah pasti berbaur dengan lingkungan dan pergaulan yang bebas, namun aku masih bisa menahan diri. Aku masih tahu batasan untuk tidak melakukan hubungan dengan sembarang orang. Aku sendiri masih tergolong gadis polos yang tidak pernah melakukan hal seperti ini.
Apalagi saat ini, sudah bisa ditebak apa yang akan terjadi jika aku tidak segera melarikan diri. Sudah pasti aku akan menjadi mangsa dari pria mabuk ini. Jika itu terjadi, bisa-bisa aku akan langsung di pecat. Karena disini para crew member dilarang melakukan hubungan khusus dengan pasengger. Tentu saja aku tidak mau itu terjadi, aku masih ingin mengumpulkan banyak uang dan merubah hidupku agar bisa menjadi orang kaya. Paling tidak bisa hidup berkecukupan!
Aku sangat mencintai pekerjaanku di kapal ini, Aku senang bekerja di sini. Punya banyak pengalaman dan bertemu dengan orang-orang baik dari berbagai belahan dunia, kami menjadi seperti sahabat dan keluarga di sini.
“Let me go, Sir. Please!” ucapku memohon. Aku masih berusaha tenang dan tak ingin bersikap kasar padanya.
“Come on babe, let's have fun with me!! ucpnya dengan suara berat dan tercekat.
Pengaruh alkohol benar-benar menguasainya. Aku yang mulai gelisah terus menatap ke arah pintu. Pikiranku berkecamuk, bagaimana jika Lexi datang dan memergoki kami dalam posisi seperti ini, yang ada dia akan salah paham dan itu akan sangat merugikan diriku, aku bisa dipecat.
Sekuat tenaga aku mendorong pria itu hingga kembali terjerambah ke sofa. Aku tak menyia-nyiakan kesempatan, sebelum sampai di pintu aku sempat menoleh sekilas, kulihat dia sedang berusaha berdiri dan berjalan sempoyongan ke arahku. Suasananya begitu menegangkan, mendebarkan dan mencekam. Sudah seperti berlari dari kejaran zombie dengan diiringi suara musik seperti adegan dalam film.
Saat hendak memutar hendel pintu, lagi-lagi ku rasakan tanganku tercegat. Aku menoleh, benar saja, pria mabuk itu sudah berada di belakang ku.
Aku menelan ludah kasar saat wajahnya begitu dekat dari wajahku. Ku lihat dia menyeringai saat pandangan mata kami bertemu.
Dia tampan, hidung mancung, bibir merah dengan lesung pipi yang dalam. Sangat manis! Ahh, apa-apaan aku ini? Kenapa malah mengagumi orang yang ingin memperkosaku
Aku segera tersadar dari perasaan mengaguminya. Walau tak bisa ku pungkiri, pria ini memang tampan.
Tanpa berbasa-basi pria itu langsung menyatukan wajah kami. Panas menjalar di sekujur tubuhku.
Awalnya aku memberontak dan menolak, tapi tenaganya lebih kuat dan aku tak bisa melakukan apapun.
Puncaknya saat tangannya dengan tidak sopan semakin menjalari lekuk tubuhku. Aku mulai merasakan perasaan yang mendebarkan. Sebelumnya aku sama sekali tidak pernah merasakan sensasi seperti ini. Aku selalu punya pendirian untuk tak melakukan hubungan terlarang sebelum pernikahan.
Aku mengutuki diriku yang tidak tahu diri ini, aku malah hanyut dalam belaian pria yang tak kukenal. Aku heran dengan diriku, yang biasanya selalu bisa menolak semua pria asing yang mencoba merayuku untuk melakukan hubungan terlarang. Namun, entah mengapa kali ini aku benar-benar lemah. Entahlah, tubuhku seolah pasrah menerima semua yang ia lakukan, apa mungkin karena dia begitu tampan. Sial, kenapa aku malah memandang fisik!
“I want you, RI!"
Dia menyebutkan nama seseorang, mungkin kekasihnya. Tapi dengan bodohnya aku justru pasrah ketika tangannya meraih tubuhku dan melangkah menuju tempat tidur. Tuhan, kenapa aku bodoh dan diam, aku telah melanggar ketetapan agamaku. Prinsip yang kubuat untuk menjaga mahkotaku malah dengan suka rela kuserahkan padam laki-laki asing ini.
“Ahhhh." aku mengerang ketika merasakan sesuatu menembus goa di hutan belantaraku. Sakit! tapi kali ini laki-laki asing itu memperlakukanku dengan lembut seolah kami adalah pasangan kekasih. Tatapan matanya membuatku meleleh.
Rasanya aku tak lagi berpijak pada bumi, tubuhku seperti melayang ke awan saat dia membelaiku semakin dalam. Memacu diri, mengayun di udara, menikmati sensasi mendebarkan yang begitu luar biasa. Kami hanyut bersama, dia membuatku tenggelam dalam pusaran air dan membawaku ke dasar laut. Aku hanyut dalam belaian orang yang tak kukenal, orang yang memberiku kenikmatan yang mengasyikkan. Kami meledak bersama, sungguh menjijikkan.
Betapa murahannya diriku, namun sensasi itu benar-benar membuatku lupa segalanya. Aku lupa akan konsekuensi yang akan kudapatkan. Sepertinya aku kehilangan akal sehatku.
......
Kepalaku terasa pening, tubuhku rasanya remuk, terutama di bagian sensitif ku begitu nyeri. Aku membuka mata, pemandangan pertama yang ku lihat adalah kamar mewah. Kenapa aku bisa ada di sini? Tanya ku dalam hati.
Aku pun langsung duduk, mata ku mengitari ruangan itu, berusaha mengumpulkan ingatan apa yang terjadi sebelumnya.
Namun saat mata ini tertuju pada sosok pria yang duduk di sofa. Ingatan ku langsung tertuju pada rentetan kejadian sebelum ini. Dimana bermula saat aku mulai mengetuk cabin 1661 dan ... What happened? Aku baru saja melakukan one night stand. Ya, pantas di sebut seperti itu karena kami sama sekali tak saling mengenal dan dengan begitu mudahnya aku terbuai dalam sentuhannya.
Ah sial dia jadi yang pertama, aku telah melakukan dosa besar dengan menyerahkan mahkota ku padanya. Sial, sial, sial.
“Maaf, tadi aku mabuk! Aku benar-benar tidak sengaja melakukan itu!”
Dengan raut wajah bersalah, pria itu memencet pangkal hidungnya sambil menatapku. Sungguh aku ingin sekali menerkamnya, tapi aku tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pria ini. Aku yang bodoh, bisa-bisanya aku luluh terhadap sentuhannya. Ahh, tidak! Aku menggeleng, tetap saja, tetap dia yang salah. Seandainya dia tidak mabuk dan tidak memaksaku sekuat tenaga, pasti kejadiannya tidak akan seperti ini. Aku mengutuki pria ini!
“Ternyata kamu masih virgin!” Ucap pria itu lagi dengan wajah datar, tapi kamu lumayan juga..!" Ucapnya, entah itu sebuah pujian atau ejekan tapi bagiku itu sangat menyebalkan.
Jangan tanyakan bahasa apa yang ia gunakan, tentu saja bahasa inggris.
“Cih, sialan!! Dia pikir aku benar-benar wanita ons..” lirihku, aku mengumpatinya menggunakan bahasa Indonesia. Tentu saja, dengan begitu aku bebas mengumpat, karena dia tidak akan mengerti bahasa ku.
“hmmmnt ternyata menjaga mahkota tak semudah yang ku bayangkan!” Aku bergumam sambil menggulung selimut di tubuhku, aku ingin menuju kamar mandi untuk memakai pakaian dan akan melanjutkan tugasku yang belum Selesai. Meski seluruh ku terasa perih, tapi aku harus menyelesaikan tugasku. Entah mengapa, perasaan menjadi tak karuan setelah melakukan hal bejat ini. Menyesal? Tentu saja, aku merasa sangat berdosa karena kejadian ini. Selain mendapat dosa, sudah dipastikan aku pun akan di blacklist oleh pihak perusahaan jika ketahuan melakukan hal melakukan ini. Oh, My God, Berulang kali aku memejamkan mata untuk menenangkan diri.
“Percayalah, kalau ada yang tahu kejadian ini sudah pasti aku akan langsung dilempar ke laut!" aku mengomel sambil memunguti bajuku, sungguh kini pikiran ku dipenuhi dengan rasa takut karena dosa, tetapi juga rasa takut ketahuan oleh atasan karena melanggar peraturan.
“Kamu orang indo??” suara itu menghentikan langkah ku. Dengan mata membelelak aku menoleh ke sumber suara.
Aku pikir di kamar itu ada orang lain, ternyata tidak. Hanya ada aku dan pria itu.
Mataku Semakin menyerngit saat ku lihat dia menatap ku dengan tatapan yang sulit diartikan, raut wajah penyesalan dan merasa bersalah kian bercampur jadi satu.
“Jadi kamu orang indo juga??” tanyanya sekali lagi
What the fuckk? Dia benar-benar bisa berbahasa Indonesia, Tapi bagaimana bisa.. dia sama sekali tak seperti orag indo, sudah ku bilang, dia mirip Hero Fiennes Tiffin pemeran Hardin Scot, artis inggris itu..
Aku masih terpaku tak percaya, aku benar-benar tak menyangka semua ini. Bagaimana bisa ini terjadi? Saat otakku masih mencerna apakah dia benar-benar orang indo, apakah kamu benar berasal dari negara yang sama? Dia sudah kembali berbicara.
“Aku akan bertanggung jawab!”
Aku semakin menyerngit heran saat mendengar ucapannya. Hah, dia benar-benar orang Indonesia, dan dia ingin bertanggung jawab atas apa yang kami lakukan.
Baru aku membuka mulut ingin bicara, namun urung saat telinga kami mendengar suara ketukan.
Mata kami sama-sama Menatap ke arah pintu.
Aku merasakan jantungku berpacu kencang dan semakin kencang saat ku dengar suara Lexi memanggilku dari arah luar.
TOK, TOK TOK..
“Lany, it's me, are you still inside..?"
Aku menelan ludah kasar, aku benar-benar takut jika Lexi melihat ku seperti ini.
Aku sempat melihat pria itu menatap ku sekilas, dia menghembuskan napas kasar. Dengan bertelanjang dada dia berjalan ke arah pintu. Namun sebelum itu aku melihatnya menggeser peralatan bersih-bersih ku ke arah yang tersembunyi.
Melihat itu aku bernapas lega, itu artinya dia akan melindungi ku. Aku yang masih mematung masih menatapnya.
Dia menoleh sambil mengisyaratkan agar aku segera masuk ke dalam kamar mandi.
“Eh.. " aku pun masuk dan bersembunyi di sini.
Aku bisa mendengar suara pintu di buka diiringi dengan suara pria itu yang mulai berbicara.
“Kamarku sudah bersih, dia sudah pergi dari tadi,” begitu katanya memberi tahu Lexi. Aku mengelus dada dan bernapas lega saat mendengarnya.
Setelah mendengar pintu tertutup aku pun segera memakai bajuku dan langsung ke luar setelah selesai.
“Saya harus membersihkan kamar anda..” ucapku tanpa rasa malu, seolah tidak pernah terjadi apa-apa diantara kami
huhh, aku sudah gila.. aku benar-benar mengikuti budaya barat yang tidak punya rasa malu setelah melakukan hal tabu dengan orang yang tak ku kenal. Hmmnt mau bagaimana lagi? Ini pekerjaan ku, dan aku harus segera menyelesaikannya meskipun harus tebal muka.
Aku berjalan ke arah balkon, namun lagi-lagi langkah ku terhenti saat pria itu kembali berkata
"Aku akan menikahimu! Aku mau tanggung jawab!” Paparnya dengan mantap.
“Tidak usah!” jawbaku spontan. Aku bisa melihat keterkejutan di wajahnya saat mendengar jawaban absurdku
“Tapi kenapa? Aku hanya ingin bertanggung jawab karena sudah merenggut kesucian mu, kamu masih Virgin!.” pria itu nampak menahan senyumannya “Aku akan menikahimu gadis aneh!!”
Dengan mata nyalang, aku menoleh padanya yang masih duduk santai di sofa.
"Tidak, kamu tidak perlu bertanggung jawab! aku tidak ingin menikah dengan mu. Lupakan saja, anggap hal ini tidak pernah terjadi" ucapku sambil berjalan ke arah balkon. Angin malam laut langsung menerpa wajahku, Aku mulai melakukan ritualku.
Bukannya berhenti bicara, pria itu terlihat semakin tertarik mendengar respon ku. Bahkan ku lihat, kini dia sudah berada di pintu, bersandar sambil memperhatikan ku.
“kita harus menikah!”
“Ku bilang tidak usah ya tidak usah..” sahutku sewot, pria itu benar-benar menyebalkan. Aku menghargai niat baiknya tapi kami sama sekali tak saling mengenal, jadi bagaimana mungkin aku tiba-tiba menerima ajakannya di saat aku tidak tahu siapa dirinya dan bagaimana asal-usulnya, terlepas dari kesalahan yang baru saja kami perbuat.
“Tapi kenapa? Kita sudah ..." Dia tak meneruskan kalimatnya saat melihatku melotot.
“Apa kamu sudah mengikuti budaya barat yang bebas melakukan hal itu tanpa pertanggung jawaban?”
Aku memutar mata malas mendegar ucapannya, dia sudah seperti bapak-bapak yang menceramahi anaknya.
“kita tidak saling kenal, bagaimana bisa menikah..Tidak ada cinta diantara kita.” ucapku kesal
“kita bisa saling kenal kemudian mungkin saling mencintai..” jawabya enteng..
“Ohiya nama ku Alandra, panggil saja Andra.”
Dia menyodorkan tangannya, pria ini benar-benar aneh.. Dengan terpaksa aku melepaskan sapu dan membalas uluran tangannya “Melany, Lany..”
Dengan cemberut aku meliriknya sinis “Kerja mu apa?” entah mengapa aku malah menayakan itu.
Ya, aku memang seperti itu. Hidup susah benar-benar membuatku bermimpi ingin memiliki suami presedir. Jadi hal yang wajar bukan jika aku menanyakan pekerjaannya. Heh, terdengar berlebihan. Tapi itulah kenyataannya. Aku lelah jadi orang miskin.
Aku melihatnya nampak berpikir, entah apa yang ia pikirkan hingga selama itu..
“Ke-kerja ku pelayan bar..”
“Hah..?” aku terkejut mendengar jawabannya. Benar-benar jauh dari impian ku yang konyol..hahaha
“Lalu bagaimana bisa sampai di sini?” spontan aku menanyakan hal itu, mengingat budget yang dikeluarkan untuk berlibur di kapal pesiar memerlukan biaya yang fantastis.
“Aaku, emmmnt aku dapat voucher liburan dari bosku..” dia nampak gagap, namun aku tetap memercayainya.
Ah sudahlah, aku tidak akan menikah dengan siapapun.. Aku tidak ingin jatuh di lubang yang sama. Menikah dengan pelayan bar bukanlah pilihan yang tepat, aku ingin merubah hidupku.. Dengan angkuh akupun berkata.
"Kau bukan orang kaya, aku tidak mau menikah dengan mu! Aku lelah di tindas dan di rendahkan oleh orang-orang! Kamu pikir apa yang membuat ku kerja sampai sejauh ini di tengah laut, ikut kemana kapal ini berlayar kalau bukan karena gaji yang besar, aku ingin uang yang banyak. kau tak bisa memberikan itu untuk ku, I don't go back to the hell..!" ketusku, entah sejak kapan aku belajar menjadi orang kejam seperti itu.
Namun sepertinya kehidupan ku selama ini benar-benar membuat ku lelah. Sedari dulu aku selalu bekerja sendiri. Lalu apakah salah bila aku berharap suatu saat akan menikah dengan presedir dan akan hidup seperti ratu dengan suami impian ku.
pria itu menyunggingkan senyumnya "Dasar matre!"
"Aku tidak matre ini realitas, aku hanya akan menikah dengan orang kaya" ucapku menegaskan, tak ingin dibantah.
"Kita bisa kerja dan akan menjadi kaya bersama, bagaimana?"
"Bagaimana mungkin bisa kaya, tadi kata mu kamu hanya pekerja bar kan? Sudahlah kamu tidak perlu bertanggung jawab. Lupakan semuanya" ucapku sambil terus fokus bekerja.
“kenapa kau tidak sedih, biasanya wanita di negara kita akan sedih jika Virginnya hilang, bukankah dalam budaya kita hal seperti itu merupakan hal yang tabu tapi kenapa kau biasa saja?"
“untuk apa menangisinya, aku tidak sedang hidup di Indonesia, lagi pula aku bukan gadis cengeng.”
“kalau suami mu tahu bagaimana? atau mungkin keluarga mu tahu kau sudah tidak Virgin bagaimana?..."
“I don' care!! Lagi pula aku tidak berniat menikah jika bukan presedir”
"Presedir juga pasti akan langsung menceraikan mu jika mengetahuimu sudah tidak virgin..”
Lama kami berdebat, pria itu benar-benar membuat ku kehabisan kata-kata. Semua yang ia ucapkan seperti batu yang menghantam. Semuanya benar, tapi bagaimana lagi. Aku tidak ingin menikah dengan orang yang tidak ku cintai.
Aku tak menghiraukannya, kini aku beranjak masuk dan mulai membersihkan semua yang ada termasuk mengganti seprai yang terdapat noda... ehmmm sudahlah jangan di sebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Lina Zascia Amandia
Seperti apa sih Si Hardin itu hahaha...
2022-07-13
0
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
Udh Ry Favorite
My Bestie mampir
2022-06-27
0
Bzaa
makin menarik...
disaat orang lain terpuruk karena kehilangan mahkota.. ini lani woless bae😁
2022-05-10
1