Lany POV
Aku Lany, gadis biasa yang penuh luka, sama sekali tidak cantik bahkan menurutku jauh dari kategori. Rambutku blonde alias pirang. Bukan dari lahir, lebih tepatnya aku yang mewarnainya sendiri. hehe, hanya berusaha menyesuaikan dengan lingkungan tempat ku bekerja, ikut arus lah ya! Umurku 25 tahun, aku berasal dari salah satu kota kabupaten di pulau Sulawesi.
Aku berasal dari keluarga sederhana, tinggal dengan ibu tiri membuat mentalku benar-benar terasah dengan sempurna. Dari kecil aku sudah dipaksa dewasa sebelum umur, bagaimana tidak? Saat anak seusiaku sedang menikmati asyiknya bermain, aku justru harus mengerjakan seluruh pekerjaan yang tidak seharusnya dikerjakan oleh anak seusiaku. Tapi tidak apa, itu semua membuat ku tumbuh jadi gadis yang kuat dan mandiri.
Walaupun begitu aku akan tetap lemah jika sudah berhadapan dengan keluargaku, terutama si nenek sihir, sebutan untuk ibu tiriku. Aku harus punya banyak stok kesabaran dan harus berbesar hati untuk selalu mengalah pada mereka.
Ah, sudahlah. Jangan bahas masa laluku! Terlalu menyedihkan untuk dikenang.
Saat ini aku kerja di salah satu Kota apung mewah, Shympony of the seas. Aku bekerja sejak dua tahun yang lalu. Bukan hal yang mudah untuk berada di sini, banyak yang harus dipersiapkan. Sebelumnya aku pernah bekerja di hotel selama kurang lebih dua tahun hanya untuk mencari pengalaman kerja agar bisa mendaftar di kapal pesiar. Hehehe, lumayan. Selain dapat cuan aku bisa keliling dunia secara gratis (Dasar otakku, memang otak gratisan! Huhu)
Shympony Of The Seas merupakan kapal milik Perusahaan Royal Caribbean yang berbasis di Miami Florida, Amerika Serikat. Kapal ini merupakan kapal pesiar terbesar di dunia. Terdiri dari 18 dek dan memiliki berbagai macam fasilitas mewah yang memanjakan dan Aku salah satu orang beruntung yang berhasil kerja di sini. Aku bekerja di departemen Housekeeping sebagai cabin steward.
Saat ini aku tengah bersantai di dek 12 sambil menikmati sunset. Ah, rasanya sangat menyenangkan, bisa melihat laut dan bertemu dengan banyak orang dari berbagai belahan dunia . Jika kalian tanya kenapa aku malah bersantai bukannya bekerja? Jawabannya karena saat ini merupakan jam istirahatku. Disini aku kerja selama kurang lebih 12 jam perhari, Star mulai jam 7 pagi sampai jam 10 dan diberi 15 menit untuk waktu cofee time. Selanjutnya bekerja lagi hingga jam 12.30 dan setelah itu ada istirahat untuk makan siang selama satu jam. Setelah maka siang kami lanjut bekerja lagi sampai jam 2, setelahnya ada jam istirahat dan akan mulai bekerja lagi di jam 6 malam sampai jam 9.30. Setelah itu barulah aku benar-benar bisa enjoy the rest of the day. Ya meskipun hanya di malam hari, namun kami tetap menikmatinya.
Sore ini aku duduk di bangku untuk melepas penat sambil menunggu sunset. Sama dengan dek di atasnya, dek 12 merupakan bagian kapal yang terbuka, open deck. Duduk santai di dek ini membuatku bisa melihat pemandangan laut sejauh mata memandang. Sungguh menenangkan. Inilah yang disebut the art of doing nothing.
Ketika tengah bersantai, pikiranku malah tertuju pada kejadian masa lalu. Kejadian yang membuatku trauma hingga saat ini, kejadian yang membuatku benar-benar tak betah dan takut berada di rumah.
Ya, kejadian dimana kakak tiriku hampir memperkosa ku saat aku tidur. Saat itu aku begitu ketakutan dan mengadu pada Ayah namun kakak tiriku justru memutar balikkan fakta jika akulah yang menggodanya. Si penyihir dan anak perempuannya menghujatku bahkan menghasut Ayah untuk tidak mempercayai ku, Aku benar-benar tidak memiliki siapa-siapa, merasa sendiri. Tidak ada yang memercayai. Aku trauma, sangat takut dan tidak ada tempat mengadu.
Tak terasa air mataku menetes, aku benar-benar rapuh jika mengingat kejadian itu. Hidupku benar-benar menyedihkan. Tidak ada yang tahu, dibalik keceriaan dan keberanian ku, aku menyimpan kerapuhan yang luar biasa.
“Lan, Lany!” ujar seseorang yang suaranya begitu kukenal. Suara itu membuyarkan lamuananku, membuatku tersadar dan secepat kilat menghapus air mata di pipi.
“Iya Cel, ada apa?” Aku menoleh ke arah Celin. Ia berasal dari negara yang sama denganku, dia adalah sahabat yang mengajakku bekerja di sini. Celin bekerja sebagai seorang bartender, dan tentunya kami memiliki jam kerja yang berbeda.
“Kamu ndak kerja?” Celin menarik kursi dan ikut duduk di dekatku. Matanya menerawang menatap luasnya samudera dengan langit senja yang bersiap mengantar matahari terbenam di ufuk barat. Sangat indah dan menakjubkan.
“Sebentar lagi, Aku mau lihat matahari terbenam dulu!”
“Eh ini sudah jam 5.39, Lan. Nanti kamu terlambat,” ujar Celin mengingatkan.
Aku yang mendengar itu segera menatap jam di tangan kiriku, dengan terburu-buru aku beranjak sambil berkata “Aduh untung kamu ngingetin, kalau tidak mungkin aku bisa terlambat”
“Aku pergi dulu ya Cel, mau siap-siap!” Aku melangkah sambil melambaikan tangan pada Celin. Aku bisa melihat reaksi Celin yang menggeleng sambil tersenyum melihatku yang terburu-buru.
Beberapa orang yang kukenal nampak menyapaku. Aku pun pergi ke kamar, setelah melewati berbagai ruangan megah, setelah turun naik tangga dan memasuki lift akhirnya aku sampai di lantai tempat kamarku berada. lantai paling bawah, di bawah geladak.
Aku pun segera berganti pakaian menggunakan seragam kerja. Setelah itu aku kembali dan pergi ke tempat bagian housekeeping untuk mengambil peralatan yang akan digunakan membersihkan cabin milik Passenger yang sudah ditentukan oleh pihak departemenku.
Dua orang cabin steward ditugaskan untuk membersihkan satu kamar secara bersamaan. Aku dan salah seorang temanku pun segera menuju cabin yang akan kami bersihkan.
“Lan, Aku ingin pipis! kamu duluan ya! Nanti aku susul.” ujar temanku yang bernama Lexi, dia warga negara Philipina, Jangan tanyakan dengan bahasa apa kami berbicara, tentunya bahasa Inggris.
“Oke, sip!” kataku sambil mulai mengetuk pintu cabin nomor 1661. Kamar dengan nimor cantik, ucapku membatin.
Butuh waktu lama hingga si pemilik kamar merespon ketukan ataupun bell yang kubunyikan. Tanganku yang mulai gatal seperti ingin mendobrak pintu itu, namun aku sadar jika seperti itu sikapku pasti akan terkesan buruk bagi pasangger atau tamu.
Sekali lagi aku mengetuknya, perlahan kulihat hendel pintu mulai bergerak hingga pintu itu sedikit terbuka, namun anehnya sama sekali tidak ada siapapun yang muncul dari sana.
Aku yang penasaran pun segera mengintip ke dalam kamar. Mata ku menyerngit ketika melihat si penghuni kamar sedang tergeletak sambil memegang botol vodka ditangannya. Instingku mengarahkan agar aku membantu pria berkaos abu basah menggunakan celana pendek itu untuk bangun.
“Emmnt, Pardon me Sir! Let me help you?!”
Dia sama sekali tidak menolak, aku pun memapahnya menuju sofa. Pria itu langsung merebahkan dirinya di sana. Sepertinya dia mabuk parah hingga tak sampai tak sadarkan diri seperti ini.
“Saya akan membersihkan kamar anda!” ucapku sambil berlalu keluar mengambil peralatan yang masih ada di depan pintu.
Aku pun segera bersiap untuk memulai ritual. Aku berniat memulainya dari area balkon, hitung-hitung sampai menunggu pria itu tertidur, aku takut mengganggu privasinya.
Telingaku terus mendengarnya meracau tidak jelas. Aku sama sekali tak menghiraukannya. Suaranya seperti suara nyamuk yang berdenging.
Aku pun segera melangkah menuju balkon. Namun ketika melangkah di depannya, langkahku terhenti. Kurasakan tanganku tercekat dan sudah dipastikan siapa yang mencegatnya.
Aku menarik napas dalam, menenangkan diri dan berusaha bersikap baik pada passenger. Ya, dia adalah tamu, Raja kami. Meski terkadang ada tamu yang suka bersikap seenaknya terhadap crew member.
Aku menoleh, baru aku ingin memintanya untuk melepaskan cekalan tanganku. Dia sudah menarikku hingga terjatuh di pangkuannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Lina Zascia Amandia
Jadi tahu kerja di kabin seperti ini. Sesantai itu, maksudnya santai saat ngopi....
2022-07-13
0
Bzaa
menarik....
2022-05-10
0
KOHAPU
Saudaraku kerja disana, but karena masa pandemi, dy udh pulang kembali...
2022-04-07
0