Bab.3

"Hm."

Dewa mengangguk lalu menggeleng, ntah apa maksudnya masih belum jelas. Claudia pun gak mau nanya lagi, takut salah gak jadi nikah pulak.

Kalau gak ada juga gak apa-apa, aku bisa bawa Suseno yang telah bertranformasi menjadi Sonia, kasim setiaku yang telah dikebiri.

Meneguk lagi minumannya. "Hanya petugas kebersihan, saya jarang makan di sini jadi gak ada petugas memasak. Kamu bisa masak?" lanjut tanya Dewa.

Oh no. Sepertinya aku akan tinggal di sini bukan di Mansion.

Dalam hati Claudia. "Hehe, selama jadi model Claudi gak pernah ke dapur, sudah lima tahun gak pernah pegang kompor." Dengan senyum dipaksa, Claudia memamerkan kuku cantiknya.

Penghasilan jadi super model internasional ditambah keahliannya melobi tamu-tamu penting perusahaan Papi selama tiga tahun ini, Claudia berhasil mengangkat derajat keluarganya pindah dari komplek ke perumahan mewah serta memesan selusin pembantu.

"Sekarang usia kamu dua puluh tahun, artinya dari lima belas tahun kamu sudah bekerja jadi model?" Tanya Dewa kagum juga dengan pencapaian Claudia, masih belia sudah bekerja keras. Cuma manja dan genitnya bikin gak tahan.

Segini populer, masa dia tidak tau kalau karierku dimulai dari artis idola cilik. Kelamaan di luar negeri ya gini, gak update dunia hiburan tanah air.

"Betul sekali Kakak, seratus ciuman buat Kak Dewa." Cup, satu kecupan di bibir Dewa.

Claudia benar-benar dibuat gemes dengan sikap acuhnya, duduk berdekatan bahkan ia sengaja nempel-nempel.

Bisa tahan ya Dewa, ada cewek seksi kayak aku di dekatnya gak digrepein.

Bukannya ia gak pernah pacaran, Claudia pernah menjalin cinta rahasia dengan satu orang model dan aktor senior tampan. Pantang ketemu, agresifnya nauzubillah. Tidak lihat tempat, yang penting sepi gak ada orang, langsung nyosor dah. Kalau saja ia gak pandai-pandai jaga diri, sudah habis gawangnya dibobol mantan. Beruntung Claudia kuat iman, waktu itu.

Sekarang gak bisa lagi kayaknya, dengan Dewa ia benar-benar gak tahan. Bisa gila Claudia kalau gak dapat Dewa, hampir masuk rumah sakit jiwa. Rencana menjebak Dewa adalah gagasannya, beruntung keluarganya mendukung bahkan Papa dan Kak Arya lebih antusias dari pada dirinya. Hanya mama yang keberatan, tapi karena dia kalah suara jadi ya terserah.

Akh!

Dalam Claudia termenung, Dewa menyentaknya masuk kedalam dekapan. Tatapan mata yang sayu, "Kak," Claudia mendesah, Dewa benar-benar menciumnya bertubi-tubi dalam keadaan sadar.

Kita gak minum alkohol kan, hanya soft drink tapi kenapa gak ada kata lembut, Claudia sampai kewalahan mengimbanginya, ah. Ternyata dibalik sikap acuh dan dinginnya Dewa, menyimpan segunung api yang siap memuntahkan laharnya. Gua sempat mikir kalau si Dewa gay, haha. Maaf ya Kakak.

Sebulan setelah scandal di hotel berbintang terekspos ke publik, baru ini lagi Claudia merasakan cumbuan Dewa. Antara dalam keadaan mabuk, saat waras Dewa lebih buas. Oh Dewa, cintai diriku batin Claudia.

Menyadari mereka sudah sama-sama topless, Dewa menggendong Claudia ke kamarnya dengan bibir masih saling bertaut.

Ini adalah masa subur, semoga berhasil benih tertanam di rahimku. Tahun ini juga aku harus sukses melahirkan seorang bayi yang akan mewarisi kekayaan dan ketampanan seorang Dewa Erlangga.

*

"Kak, aku mencintaimu," bisik Claudia mengusap kening Dewa yang berkeringat.

Pria tampan itu terpejam setelah pergulatan panjang. Claudia damai dalam dekapan hangat, benar-benar bahagia sama-sama polos satu selimut bersama Dewa.

Akhirnya aku pemenangnya.

Claudia bersorak dalam hati karena telah berhasil mengalahkan teman-teman model lain yang juga mengincar lelaki pujaannya ini. Hanya seminggu lagi, dia akan resmi menjadi Nyonya Dewa Erlangga. Tak ayal Claudia deg degan juga menanti hari H.

"Kamu gak lapar?" Dewa suara serak membuka matanya, sayu.

"Hm," angguk Claudia manyun, walaupun gak terasa, ditawarin makan ya mau ajalah. "Lapar," jawabnya.

Apa Dewa gak dengar ungkapan cintaku barusan atau pura-pura budek ya. Dasar cowok bagong, diam-diam ternyata ganas dalam hati Claudia rasa mengenaskan.

Roman-romannya harus aku yang agresif ntar kalau mau pembibitan, astaga! Harus dibuang neh harga diri sejauh-jauhnya.

"Kita pesan online ya, kamu mau makan apa?" Dewa bangun meraih ponselnya di nakas. Perut kotak-kotak yang seksi dihiasi bulu dada halus serta bulket yang tertata wangi, terpampang nyata di depan Claudia. Sudah pernah lihat masih saja dia ngences.

Melihat jam sudah lewat angka delapan malam, hm. Dewa tersenyum dalam hati, berapa lama mereka bergumul. Bukankah tadi saat mulai, hari masih terang.

Claudia memperhatikan raut Dewa yang cool abis, gak ada ekspresi yang menunjukkan tanda-tanda akan membahas ungkapan cintanya.

"Ada yang spesial kamu kepingin makan?" tanya Dewa lagi sambil mengutak-atik ponsel.

Tidak mau menatapku, apa dia malu?

Claudia menyadari bahwa Dewa lebih suka mencuri pandang daripada melihat wajahnya langsung.

Etdah, yang ada gua dong yang harusnya salting.

"Ikut menu pilihan Kaka saja, Claudi mah apa aja doyan. Cuma karena profesi harus jaga badan," jawab Claudia menyentuh wajah Dewa, mengusap dengan jempolnya lembut.

Hm, senyum Dewa. "Baiklah, saya pesan beberapa menu diet, nanti kamu pilih sendiri."

Hm, angguk Claudia. "Kak," panggilnya setelah Dewa meletakkan kembali ponselnya.

Hm, sahut Dewa. Akhirnya tatapan bertemu jua dengan iris mata seteduh lautan. "Kaka jangan pake kata saya dong kalau bicara sama Claudi. Minggu depan udah jadi suami istri juga," Bibir Claudia maju satu inchi.

"Jadi manggil apa?"

"Sayang gitu, kan enak dengarnya."

"Sayang," Dewa langsung menarik Claudia merapat ke tubuhnya, wajahnya terbenam diantara dua buah gunung kembarnya.

Dalam hati Claudia lucu banget si Dewa itu aja malu, ternyata apa-apa kalau dituntun ia manut juga.

Masih ada ya cowok model ginian, secara diakan orang bisnis jauh dari kata lugu. Bagaimana bisa menghadapi lawan dengan sikap polos begini. Dan satu lagi yang lebih penting, kemana harus ku buang rasa gengsi setiap kali pengen ehem-ehem. Oh no! Nikah harus dijebak, mau ngen mesti diajak, aduh! Hancur reputasiku sebagai model terkenal. Cewek paling jual mahal, beruntung udah sold out.

"Kak, udah pesan makan. Nunggu deliveri kita pakai baju yuk." ajak Claudia.

Dewa malah mempererat pelukannya, ada kelebat rasa hangat dan basah di ujung bukit Claudia. "Ntar aja, tunggu datang. Baim ada akses ini."

"Lha! Kaka nyuruh asisten toh." Suara Claudia bergetar.

Ngapain si Dewa, ah jadi on lagi neh.

"Iya, sekalian dia nginap. Besok berangkat bareng dari sini juga kan," jelas Dewa masih tetap dengan aktifitasnya.

Akh, astaga! Mau lagi kakak.

"Baim tidur dimana, kan kamar cuma satu Kak?"

Uhm. "Di ruang baca ada kantong tidur, ada sofa ukuran besar juga."

Akh gitu, sebelah mana. Gak lihat ada pintu ruangan lain. Hais! Si Dewa ih, nagih kan. Apa gua bilang, lelaki dimana-mana sama. Sekali dikasi, haa. Minta terus dia, ini buktinya. Lelaki alim setingkat Dewa saja, bisa runtuh imannya. Beruntung gua jebak, dapat juga kan. Tapi hati-hati ya wahai para gadis, Claudia jangan ditiru.

"Baim gak punya pacar, ya Kak?" tanya Claudia out of mind.

"Gak tau,"

Duh, diajak ngobrol juga, berhenti dulu kek nenennya. Baru juga gencatan senjata sepuluh menit, sudah mau bertempur lagi.

"Kakak gak nanya?"

"Enggak,"

"Kakak ih, cuek amat sama bawahan. Emang Baim baru ya jadi asisten?"

"Sama Papi lima tahun, dengan aku tiga tahun."

"Udah orang lama berarti. Ntar Claudi Jangan dicuekin gitu ya, Ka."

"Kamu muka tebal gini, apa ngaruh?" Biar pelan suara Dewa, tapi menusuk di hati Claudia.

Idih, ngenes banget dibilang muka tebal.

"Kakak, jahat ih!" Claudia mendorong wajah Dewa yang masih bertengger di dadanya.

Barulah ia membuka mata. "Hehe, maaf." senyum Dewa, menyurukkan lagi wajahnya.

Claudia menahan, menangkup wajah dewa. "Iya, emang Claudi bermuka tebal. Kalau gak, mana berani lenggak-lenggok di panggung internasional cuma pake kulur sama koetang." Dengan agresif dia mencium Dewa sebagai pelampiasan emosi. Lebih baik bercinta, bicara ujung-ujungnya bikin sakit hati.

Uhm!

Satu erangan serak, lolos dari pria berhidung mancung itu. Adu mulut dengan cara yang seksi, Dewa membiarkan saja Claudia menggerayangi dirinya. Benar-benar menyesal, kenapa baru sekarang ia luluh dengan godaan yang namanya perempuan. Dewa dibuat melayang, ah. Rasa ingin membatalkan saja keberangkatan nya ke negara J. Tapi biarlah, malam ini puas-puasin. Besok bisa tidur, naik jetpri ini batin Dewa.

Betul-betul siksaan bagi Dewa memandang Claudia meliuk-liuk di atas tubuhnya. Claudia benar-benar mahir mengasah pedang. Dewa juga gak bodoh untuk menyadari bahwa dirinya telah masuk jebakan Batman.

Namun daripada buang energi marah-marah seperti orang munak mencari kebenaran, lebih baik dinikmati, hihi. Kita lihat siapa masuk perangkap siapa.

Batin Dewa melonjak-lonjak seirama dengan hentakan Claudia.

***tbc

Like dan komen juga share. Jumpa lagi bab berikutnya, 🙏

Terpopuler

Comments

🌜𝕷𝖔𝖛𝖊2022🌛

🌜𝕷𝖔𝖛𝖊2022🌛

next

2022-03-08

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!