Bab. 2

"Kakak ingat tidak, sudah berapa kali kita bertemu?" Tanya Claudia.

Dengan yang di hotel.

"Dua kali," jawab Dewa.

"Ih, dasar pikun." Claudia mendongak.

Aku pikun. "Jadi berapa kali?"

"Setiap Kakak ada pertemuan bisnis di Cambridge, selalu Claudi yang mendampingi ya. Hampir lima puluh kali, lebih tepatnya empat puluh delapan kali," jawab Claudia dengan bangganya.

"Benarkah?" Aku benar-benar gak ingat dalam hati Dewa. Dia hanya tahu lebih ratusan kali pernah mengadakan pertemuan bisnis di tempat itu. Bermacam-macam bentuk badan dan wajah model silih berganti, bagaimana dia tau kalau itu orang yang sama.

"Claudi tuh dah cinta sama Kakak dari pandangan pertama, jadi setiap kali ada tawaran Claudi menyodorkan diri tanpa bayaran alias gratis. Dan tidak akan mau dengan yang lain, walaupun dibayar mahal."

"Hehe, Dewa tertawa polos mendengar gombalan Claudia. "Pintar bohong kamu! Mana ada cinta pandang pertama, semua perlu proses."

"Benar Kakak. Sebenarnya Claudi bisa saja menolak malam itu. Kan yang mabuk cuma Kakak doang, sedangkan Claudi waras sewaras-warasnya."

"Sudah jodohnya kali, usia saya juga sudah pantas tiga tahun lagi genap 30 tahun. Kamu yang baru menginjak dua puluh, gimana ntar karirnya setelah menikah?" tanya Dewa.

"Bolehkah Claudi menerima job sekali-sekali?"

Hm, angguk Dewa. "Tentu saja boleh. Saya tidak akan membatasi ruang gerak kamu. Lakukan apa yang kamu mau, asal di jalur yang benar."

Jadi aku akan tetap bekerja, ah. Kirain Dewa akan melarang ku jalan di catwalk. Dia tidak keberatan apa tubuh istrinya jadi tontonan publik, bagaimana dengan tawaran menemani Klien perusahaan papa. Ah sudahlah, fokus ke yang lebih penting dulu. Pembibitan! Lebih baik aku cepat hamil, biar ada alasan berhenti jadi model dengan alasan ngurus anak dalam hati Claudia sedikit kecewa.

Okey. Claudia tersenyum genit, menempelkan tubuhnya ke dewa seperti dilem kambing. "Ehem...ehem kak! Claudi kangen."

Dewa merasa seperti abege lagi pacaran. Norak, bukan dia banget. "Inikan sudah ketemu, masa kangennya belum hilang?"

Cup.

Kaget tiba-tiba bibirnya dikecup hm, Dewa tersipu malu bahkan Claudia dapat melihat wajahnya merona.

"Ih, kok gak bales sih Kak!" Claudia manyun. Setelah menunggu kenapa si Dewa belum nyosor, sudah dikasi lampu hijau juga.

Cup.

Dengan malu-malu akhirnya Dewa pun membalas kecupan.

"Kita pindah ke kamar yuk Ka! di sini gak bebas," ajak Claudia.

Kamar! Jangan bilang mau...

Dalam hati Dewa merenung iris Claudia. "Ngapain? Ada setan ntar kerasukan!" Dewa melotot. Kalau bukan karena malam itu Claudia masih virgin, tidak mungkin ia mau menikahi gadis model ginian.

Bukannya takut, "emang maunya Claudi kerasukan setan cabul." Mata indahnya mengerjab-ngerjab menantang Dewa, lu jual mahal gua jual murah, hehe.

"Ternyata kamu genit ya," Dewa menepis Claudia menjauh.

Idih, ditolak. "Sama calon suami ini, kan sudah pernah satu kali, uwek!" Claudia mencibir.

"Itu kan khilaf, tidak boleh diulangi."

"Kakak, Claudi kangen. Satu bulan kita gak jumpa, besok Kakak pergi jauh ke negara J. Lagian, minggu depan juga nikah, ya...ya ya ya." Rengekan maut menggoyang iman.

Hm, sebenarnya waktu itu Dewa tidak terlalu mabuk, masih bisa ia rasakan saat menerobos sempitnya liang kenikmatan Claudia hingga ia mendapatkan kelimaks. Benar-benar bergairah, Dewa tak sanggup menahan kuatnya hasrat. Besoknya barulah diberitahu Baim, bahwa ia terminum obat perangsang.

"Kamu mau ikut saya pulang ke Apart?" Ajak Dewa, seketika Claudia membelalak senang.

"Kak Dewaaa, oh sayangku!" Pekiknya tertahan menghambur ke pelukan Dewa.

Cup.

Kembali satu kecupan mendarat dibibir Dewa. "Bentar, Claudi mau bawa beberapa lembar pakaian."

Gadis bukan perawan itu pun melompat senang berlari ke kamarnya. "Kak, bawa mobil Claudi aja ya!" jeritnya dari pintu kamar.

Hm, Dewa batal menghubungi Baim.

Cewek genit, anugerah atau musibah..ah.

Batin pria tampan yang baru pertama dekat dengan perempuan itu. Dari kecil hidupnya setelah bangun tidur, tidak jauh-jauh dari ruang belajar, perpustakaan dan ruang latihan beladiri. Itupun di rumahnya sendiri, tidak ada waktu terbuang sia-sia untuk bermain dengan teman sebayanya. Semua dihabiskan bersama guru-guru profesional yang usianya jauh di atas Dewa dan berjenis kelamin yang sama dengannya.

Tidak butuh waktu lama Claudia sudah keluar dengan tas bajunya. "Kamu mau pindah sekarang?" Heran Dewa melihat koper gede, cepat sekali ngepack bajunya.

"Maunya, hihi." senyum Claudia. Sebenarnya koper disiapkan untuk dibawa saat menikah, gak sabar lagi dia.

Hah!

Dewa pasrah bantu membawa koper baju Claudia, "gak pamit dulu neh?"

"Sudah dapat restu ini, ntar aja di WA lagi. Claudi mau di Apart sambil nunggu Kakak pulang dari negara J, boleh Kan?" Claudia pasang tampang memelas.

Hm, Dewa menghela nafas. "Begitu."

"Ehm," angguk Claudia.

"Terserah kamu sajalah,"

Yes.

Jalan menuju Apartemen Dewa, kelihatan beberapa pemburu berita mengikuti mobil mereka.

Asisten Baim mendapat perintah dari si bos agar dibiarkan saja. Tidak ada ruginya semakin populer, katanya. Asal jangan minta wawancara, kalau cuma foto candid ya sudahlah.

Hah, tidak ada scandal juga anda sudah ngetop bos.

Dalam hati Baim, asal tidak berpengaruh buruk pada perusahaan, masih bisa ditoleransi. Menunggu waktu, Baim laporan pada Bos besarnya di NYC.

"Apa mungkin Dewa belum yakin dengan keputusannya, Baim?" Tuan besar bertanya nada curiga.

"Tapi persiapan sudah rampung sembilan puluh persen, Tuan. Semua Pak Dewa yang mengeluarkan biaya," jelas Baim.

"Ada-ada saja. Alasan mendadak, orang tua gak perlu hadir. Nikah apa itu? Ya sudah, katakan padanya kami tidak jadi ke negara I sesuai dengan keinginannya."

"Baik, Tuan."

*

Sore hari di ruangan tamu apartemen mewah milik Dewa Erlangga, dua anak manusia berlainan jenis berdiri kikuk.

Bukankah momen ini seharusnya Male Lead akan terburu nafsu menyergap Female Lead ya? Mendorongnya ke tembok, atau menjatuhkannya ke sofa. Berciuman saling melucuti pakaian seperti dalam drama-drama romantis yang ditontonnya, ah. Claudia terlalu memandang tinggi dirinya, ternyata pesonanya sebagai model top papan atas gak ngaruh bagi Dewa.

Benar-benar gak peka, lola. Padahal tadi di mobil maupun di dalam lift, dia sudah mancing-mancing. Dunia nyata memang tidak seindah dunia drama atau memang si Dewa gak pernah nonton hiburan, sepertinya begitu. Mana ada waktu dia mantengin drama receh, gak level banget. Positif thinking Claudia, Dewa sekarang seutuhnya sudah jadi milik kamu jadi bersabarlah. Usaha tidak akan mengkhianati hasil, semoga bulan depan kamu telat datang bulan. Yang bulan lalu gak berhasil, bulan ini usaha lagi.

"Kenapa wajah kamu cemberut, menyesal ikut kemari?" Dewa bingung, suasana tiba-tiba canggung.

Padahal tadi di mobil Claudia masih ceria, cerita sambil tertawa-tawa. Tangannya tak lepas menggenggam jemari Dewa, jadilah ia nyetir cuma sebelah tangan sahaja.

Tertawa hambar, haha. "Tentu saja senang, lebih tepatnya bahagia." Dengan sikap manja, Claudia mengalungkan lengan dileher Dewa. Inisiatif duluan ingin mencium bibirnya, set meleset. Jadi gak kena karena Dewa tiba-tiba buang muka. Hah, mendesah kesal. Kalah malu dirinya di tolak, Claudia melandai memeluk di pinggang Dewa. "Pelit amat, orang mau cium juga."

Hm, Dewa melepas tangan Claudia, mengambil jarak antara mereka. "Bentar dulu, mau ambil minum. Saya haus, emang kamu enggak?"

Ck! "Iya haus, ayolah bareng."

"Hm."

Gaya merajuk Claudia menyusul langkah Dewa, sampai di dapur yang masih kelihatan dari ruang tamu. Beberapa kaleng minuman segar dikeluarkan dari kulkas yang isinya memang cuma dua jenis merk soft energi drink serta mineral water.

Tidak ada makanan apalagi cemilan, hm. Serupa diriku, Dewa juga jaga badan kah?

Claudia terpesona melihat dapur apartemen Dewa yang terang benderang dan bersih, kosong melompong, ruang tamu juga begitu minimalis tapi tetap manis. Lapang, gak banyak pernak-pernik. Barang-barang seperlunya saja, termasuk lengkap dan high tech lagi brand-brand luar negeri mendominasi.

Setahu Claudia tempat tinggal Dewa berada di kawasan elit. Jadi penasaran, apa setelah nikah Dewa akan membawanya ke Mansion ataukah hanya di Apart. Soalnya tidak ada pembicaraan kearah sana, bisa menikah dengannya saja sudah syukur bagi Claudia. "Nih!" Dewa memberinya soft drink setelah membuka penutupnya.

"Terimakasih," ucap Claudia. Mereka sama-sama meneguk.

Ah benar-benar segar.

"Kakak sendirian di sini, gak ada asisten rumah tangga kah?" tanyanya hati-hati.

***tbc.

Like, komen and Share, 👍

Terpopuler

Comments

🌜𝕷𝖔𝖛𝖊2022🌛

🌜𝕷𝖔𝖛𝖊2022🌛

next,

2022-03-07

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!