"Kak Dewa jahat! Jahat sekali padaku."
Setelah berucap seperti itu, Hanas langsung memutuskan sambungan telepon secara sepihak. Dewa berusaha menghubungi Hanas kembali, tapi panggilan tidak tersambung lagi.
Merasa tidak enak hati dan juga bersalah, Dewa berniat untuk mengunjungi rumah Hanas malam ini juga. Ia pun bergegas keluar dari kamarnya.
Saat melewati ruang tamu, ia berpas-pasan dengan Kania yang baru saja datang dari dapur. "Dewa."
Panggilan itu membuat Dewa kaget, dan seketika menghentikan langkah kakinya.
"Mama."
"Mau ke mana kamu, Dewa?" tanya Kania dengan tatapan penuh selidik sambil terus berjalan mendekat.
"Mau ... mau ketemu teman sebentar, Ma."
"Teman?" tanya Kania sambil mengangkat satu alisnya.
"Perempuan?"
Dewa tidak menjawab. Ia tidak tahu harus menjawab dengan jawaban yang jujur, atau malah menjawab dengan jawaban bohong.
"Kenapa diam, Dewa? Apa tidak punya jawaban atau kamu sedang bingung sekarang?"
"Kamu sedang bohong sama mama, iyakan?"
"Ma .... "
"Kamu mau ketemu pacar? Kamu sudah punya pacar sekarang?"
Mendapat pertanyaan itu, Dewa terus saja terdiam. Ia semakin dilanda rasa bingung yang semakin besar menguasai hatinya. Karena sesungguhnya, ia sangat merasa tidak enak hati untuk jujur pada Kania, apa lagi bohong, semakin merasa bersalah. Karena mengingat, Kania sudah memberikan kasih sayang padanya sejak ia kecil. Ia merasa tidak tega untuk menyakiti hati Kania walau sedikitpun.
"Ma .... " Hanya kata-kata itu yang mampu ia ucapkan sekarang. Berulang kali ia pikirkan kata-kata yang tepat, tetap saja, kata-kata yang ingin ia ucapkan tak mampu ia loloskan dari bibirnya.
"Dewa. Mama tahu apa yang ingin kamu katakan. Mama juga tahu apa yang sedang kamu rasakan saat ini."
Kania menepuk pundak Dewa dengan lembut.
"Pergilah jika kamu ingin pergi menemui pacarmu sekarang. Tapi, satu hal yang mama pinta dari kamu. Setelah malam ini, tolong jangan ada hubungan lagi dengan pacarmu. Karena itu akan menyakiti hati adikmu."
"Permintaan mama ini memang terdengar sangat egois, anakku. Tapi, sebagai sesama wanita, mama tidak ingin melihat adikmu terluka hanya karena orang ketiga dalam pernikahan kalian."
"Ya walaupun, pernikahan kalian ini sebatas memenuhi wasiat dari orang tua kandung kamu. Tapi, mama tidak ingin kamu menyakiti hati adikmu bagaimanapun caranya. Sebisa mungkin, kamu harus bisa menjaga hatinya sebaik mungkin. Anggap saja, ini permintaan terberat mama padamu. Permintaan yang mungkin kamu anggap sebuah pemaksaan dari seorang mama yang hanya mementingkan hati anaknya tanpa memikirkan hati kamu juga."
Perkataan itu menyentuh hati Dewa. Ia merasa begitu bersalah dan sedih dengan kata-kata yang lebih mirip permohonan yang mama angkatnya ucapkan barusan. Dengan cepat, Dewa memegang erat tangan Kania. Lalu mencium tangan itu dengan penuh perasaan bersalah.
"Ma ... jangan lanjutkan kata-kata mama lagi. Mama tenang saja, ya. Aku akan dengarkan semua yang mama katakan. Meskipun, aku tidak bisa mengubah perasaan ini untuk Yolan, tapi aku akan berusaha menjaga perasaannya dengan sebaik mungkin."
"Terima kasih banyak sayang," ucap Kania sambil memeluk Dewa dengan erat.
Dewa membalas pelukan erat dari mama angkatnya. Meskipun ia merasa sedih dan kecewa atas takdir yang sedang ia hadapi, tapi bagaimanapun, ia tidak mungkin bisa menyalahkan siapapun atas apa yang sedang terjadi pada hidupnya sekarang.
"Maafkan mama. Maafkan mama yang terlalu egois dan hanya mementingkan perasaan Yolan. Sedangkan, perasaan kamu mama abaikan."
"Tidak. Mama tidak salah, Ma. Tidak perlu minta maaf padaku. Karena apa yang terjadi sekarang, bukan salah mama atau salah siapapun. Tidak ada yang bisa di salahkan di sini sekarang."
"Kamu benar-benar anak kebanggaan mama, Dewa. Meskipun mama tidak melahirkan kamu, tapi mama bangga punya anak laki-laki yang tangguh seperti kamu. Pergilah! Pergilah temui pacar kamu sekarang. Mungkin saat ini, ia sedang menantikan kedatangan kamu untuk menjelaskan apa yang telah terjadi."
"Tapi, Ma .... "
"Perempuan butuh kepastian dan kejelasan, Dewa. Jangan biarkan dia terluka selamanya. Jadi laki-laki itu harus tegas. Jangan lemah."
"Baik, Ma. Aku pergi sekarang."
"Pergilah!"
"Permisi, Ma. Mama harus istirahat sekarang."
"Iya."
Dewa meninggalkan vila secepat mungkin. Tujuannya tak lain adalah rumah Hanas. Karena sepertinya, Hanas sekarang berada di rumah.
______
Sampai di rumah Hanas, Dewa langsung turun dari mobil. Kemudian, bergegas mengetuk pintu rumah tersebut.
"Tunggu sebentar!" Terdengar suara paruh baya yang sedang menjawab dari dalam rumah.
Lalu kemudian, pintu itupun terbuka. Seorang wanita paruh baya sedang berdiri tegak di depan Dewa dengan tatapan tajam melihat ke arah Dewa.
"Ada apa tuan muda Dewa datang ke sini?" tanya wanita yang tak lain adalah Saras dengan nada kesalnya.
"Tante Saras. Aku ingin bertemu dengan Hanas. Apa .... "
"Maaf tuan muda. Hanas tidak ada di .... "
"Aaaaa!"
Teriakan itu mengalihkan perhatian Saras dan Dewa yang kebetulan berada tak jauh dari kamar Hanas. Kepanikan pun terlihat jelas dari keduanya sekarang.
"Hanas!" Dewa berucap sambil menerobos masuk ke dalam rumah tanpa memikirkan apa yang Saras pikirkan tentang dia lagi.
"Hanas! Tuan muda!"
Saras bergegas mengikuti langkah kaki Dewa dari belakang. Tujuan mereka tak lain adalah, kamar Hanas yang dari mana suara teriakan itu berasal.
"Hanas! Buka pintunya!" Teriak Dewa sambil menggedor pintu kamar tersebut.
Mendengar keributan yang sangat berisik itu, Johan yang sedang beristirahat di kamarnya tidak bisa diak lagi. Ia pun bergegas keluar dari kamarnya untuk melihat keributan tersebut.
"Tuan muda."
"Ada apa ini?" tanya Johan sambil melihat Saras untuk meminta penjelasan.
"Hanas, om Johan. Aku takut terjadi sesuatu dengan dia."
"Ada apa dengan dia?"
"Saras! Apa yang terjadi?"
"Aku juga tidak tahu, Pa. Dia sudah mengurung diri di dalam sana sejak tadi," ucap Saras tak kalah paniknya.
"Hanas! Kamu dengar papakan? Jangan bikin rusuh! Buka pintunya sekarang juga atau papa dobrak pintu ini." Johan berucap dengan nada kesal.
"Jika kamu masih bersikeras tidak ingin membuka pintu ini, maka papa akan mendobrak pintunya, dan kamu akan terima akibat dari ulah yang kamu buat ini."
"Om .... " Dewa melihat Johan dengan tatapan tak percaya. Karena Johan sebagai papa bukannya panik, tapi malah kesal dengan apa yang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Atik Bunga
kasihan hanas anak yg tdk diharapkan oleh johan malah tersakiti
2024-04-16
1
Fajar Ayu Kurniawati
...
2023-02-13
1
Shin Gao
untung Johan tegas.saras jg jht kyknya
2022-12-15
2