I Love You Kakak

I Love You Kakak

*Episode 1

"Mama! Papa! Kalian kapan pulang?" Dewa berucap dengan perasaan kaget bercampur bahagia ketika melihat Kania dan Brian yang sedang duduk di sofa ruang tamu vila mereka. Lelah yang ia bawa dari kantor, sekarang hilang seketika saat melihat kedua orang tua angkat yang sudah lama tidak pulang untuk menemuinya.

"Sayangku .... " Kania berucap sambil bagun dari duduknya. Ia bergegas menghampiri Dewa dan langsung memeluk tubuh tinggi dan tegap tersebut dengan penuh kasih sayang.

"Mama kangen kamu, Nak." Kania berucap sambil memeluk erat tubuh Dewa.

"Aku juga kangen mama. Kenapa gak bilang dulu sih kalo mau pulang? Kan aku bisa jemput mama sama papa di bandara."

"Mama kamu itu yang gak mau ngomong. Dia bilang, mau bikin kejutan buat kamu. Jadi, bukan salah papa ya."

"Ya kalo dikasih tau sama kamu, mana mungkin jadi kejutan lagi."

"Iya-iya. Terima kasih buat kejutannya ya, Ma, Pa. Aku cukup kaget sekaligus sangat bahagia. Oh ya, di mana Yoland? Kok gak kelihatan batang hidungnya itu anak," kata Dewa sambil celingak-celinguk mencari orang yang ia maksud.

"Yola gak ikut. Dia belum bisa pulang sekarang. Nanti, dia akan nyusul." Brian memberikan penjelasan untuk memuaskan rasa penasaran di hati Dewa.

"Oh, aku pikir dia juga ikut pulang dengan mama dan papa. Ternyata tidak."

"Kenapa? Kamu kangen ya sama Yola?" tanya Kania dengan nada menggoda sambil mencolek pinggang Dewa.

"Ya tentu saja aku kangen sama dia, mama. Secara, si bawel itu adik aku. Iya kan? Mana mungkin gak kangen sama dia. Udah sepuluh tahun lho gak ketemu. Cuma bertemu lewat udara saja. Mana enaknya."

"Ya ... walaupun adik angkat," ucap Dewa lagi membenarkan kata-katanya yang telah ia ucapkan barusan.

"Hmm ... iya-iya. Mama tahu kamu pasti kangen sama dia. Tenang aja, dia pasti akan pulang tidak lama lagi."

"Kapan pastinya dia akan pulang, Ma. Biar aku jemput dia di bandara. Oh ya, jangan sampai dia pulang setelah hari ulang tahun ku. Aku pasti tidak akan mengampuni dia karena tidak ikut merayakan ulang tahunku yang ke dua puluh lima tahun ini."

"Tenang saja. Yola pasti akan pulang sebelum hari ulang tahunmu tiba."

"Dewa, sebenarnya, kepulangan mama dan papa kali ini, ingin menyampaikan sesuatu untuk ulang tahun kamu yang ke dua puluh lima tahun ini." Brian berucap dengan wajah serius.

"Mau menyampaikan apa, Pa?" tanya Dewa ikut memasang wajah serius.

"Duduk dulu, Nak," ucap Kania.

Dewa mengikuti apa yang mama angkatnya katakan. Ia pun memilih duduk di samping Kania. "Apa yang ingin papa dan mama sampaikan untuk ulang tahun aku yang ke dua puluh lima ini? Kayaknya, sesuatu yang sangat serius."

Brian langsung membuka koper yang ada di sampingnya. Mengeluarkan map biru dari koper tersebut, lalu menyerahkan map itu pada Dewa.

"Apa ini, Pa?" tanya Dewa dengan perasaan penasaran sambil menerima map tersebut.

"Lihat dan baca saja sendiri apa isinya! Maka kamu akan tahu."

Karena rasa penasaran sudah menguasai hati, Dewa langsung membuka map tersebut. Ia langsung membaca kata demi kata yang tertulis di atas kertas putih itu dengan perasaan campur aduk.

Mata Dewa melotot, dadanya berdebar-debar. Jantung Dewa berdetak tidak karuan saat kata demi kata semakin jauh ia telusuri. Tangannya gemetaran seakan tak sanggup menerima apa yang ada di atas kertas tersebut.

"Dewa." Kania langsung memanggil anak angkatnya ketika melihat ekspresi yang tidak wajar itu.

"Tidak, Ma. Ini tidak benar. Bagai ... bagaimana mungkin? Tidak!" Dewa menggelengkan kepalanya sambil menatap Kania.

"Apanya yang tidak mungkin, Dewa? Semua yang tertulis di atas kertas itu murni tulisan tangan papa kandung kamu sebelum ia meninggal, Nak." Kania bicara sambil mengelus punggung Dewa.

"Bagaimana bisa, Ma? Yoland itu adikku. Aku tidak ... tidak mungkin bisa menikah dengannya. Rasa ini tidak akan bisa aku ubah, Ma, Pa."

"Dewa, kami tahu ini berat untukmu. Karena sejak Yola lahir, hingga berusia sepuluh tahun, kamu dan Yola hidup bersama-sama dengan orang tua yang sama. Tapi, Nak. Bukankah sepuluh tahun terakhir, kalian hidup berjauhan?" tanya Kania dengan rasa sedih bercampur kesal.

"Jadi, itu alasan kalian pergi membawa Yolan tinggal keluar negeri? Kalian ingin menjauhkan aku dengan Yolan?"

Brian dan Kania saling pandang. Lalu kemudian, Kania mengangguk pelan.

"Walaupun begitu, walau hidup berjauhan selama sepuluh tahun terakhir, aku tetap menganggap Yolan sebagai adikku, Ma, Pa. Bagaimana bisa .... "

"Dewa. Kami paham apa yang kamu rasakan. Tapi, wasiat ini harus kamu jalani, Nak. Ini bukan keinginan mama dan papa. Tapi, ini semua keinginan almarhum dan almarhumah orang tua kamu. Ini wasiat, permintaan terakhir mereka," ucap Brian tak ingin berdebat lagi.

Dewa terdiam sambil menundukkan kepalanya. Perasaan yang ada dalam hati Dewa saat ini, sedang kacau balau. Bercampur aduk bak semangkok es campur yang di jual kang cilok di pinggir gang depan vila nya.

Ia berusaha menenangkan hatinya. Lalu, mengangkat kepala kembali, namun dengan tatapan lurus ke depan.

"Apa Yolan tahu soal wasiat ini?"

"Ya. Yola sudah tahu." Kania menjawab dengan nada lembut.

"Apa tanggapan Yolan, Ma?" tanya Dewa sambil menoleh ke arah Kania.

"Ia menerima perjodohan ini. Dan sepertinya, Yola sangat senang."

'Yolan senang? Aku? Ya Tuhan ... kenapa bisa begini?' Dewa bicara dalam hati sambil mengusap kasar wajahnya.

"Ma, Pa. Bagaimana kalau .... " Dewa menahan kata-kata yang sebelumnya ingin ia ucapkan.

"Kalau apa?" tanya Kania tak sabar lagi.

'Tidak. Aku tidak bisa katakan pada mama kalau sebenarnya, aku sudah punya seseorang yang sangat aku cintai. Karena, ini semua bukan keinginan mama dan papa. Melainkan, keinginan papa dan mama kandungku sebelum mereka meninggal.' Dewa bicara dalam hatinya.

"Dewa." Kania memanggil anak angkatnya untuk menyadarkan sang anak angkat dari lamunannya.

"Iy--iya, Ma."

"Kok diam. Mau ngomong apa barusan? Kalau apa?" tanya Kania dengan nada tegas.

"Tidak ada, Ma. Aku cuma mau bilang, aku setuju menikah dengan Yolan. Tapi, aku tidak ingin menikah dengan pesta yang terlalu mewah. Resepsinya hanya sekedar saja. Bagaimana?"

Kania tidak langsung menjawab. Ia melihat Brian untuk mendapatkan jawaban atas kata-kata yang Dewa ucapkan.

"Terserah kamu saja. Jika tidak ingin menikah dengan acara yang mewah, maka tidak akan ada pesta pernikahan yang megah," kata Brian menjawab.

Terpopuler

Comments

sakura

sakura

..

2023-06-13

0

Mas Pon

Mas Pon

🥰🥰

2023-06-11

0

Tetik Saputri

Tetik Saputri

semangat kak

2023-06-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!