Adzan Dzuhur berkumandang, Lea terbangun dari tidurnya.
Dia pun segera menunaikan kewajibannya.
Selesai sholat, dia raih telpon genggamnya yang ia senyapkan dari tadi.
Ada pesan dari kekasihnya mengatakan ingin mengajaknya makan malam di luar, Lea pun langsung membalas pesan itu.
[ Wa alaikumsalam salam, maaf aku gak bisa makan malam mas, kemarin saja aku nekat makan malam karena telat makan sore, perut jadi gak enak.]
Ada pesan dari Irma, mengatakan kalau dia dan Inggrit akan ke rumahnya nanti sore untuk mengambil sepeda motor milik Lea.
Lea pun mengiyakan lewat membalas pesan temannya itu.
Lea keluar kamarnya dan berniat ingin membersihkan rumah sambil mencuci baju dinasnya di mesin cuci.
Teringat pesan ibunya, ' Biasakan mengerjakan dua kerjaan sekaligus, jadi cepat selesai, karena memakai mesin cuci jadi gak harus di tungguin mesinnya sampai selesai, bisa sambil kerjakan yang lain seperti menyapu, mengepel, memasak.'
Lea tersenyum mengingat nya, sekarang dia tau manfaat nasehat almarhumah, walaupun ada art orang tuanya membiasakannya untuk mandiri.
Sebenarnya Lea punya kakak kandung, dia bekerja sebagai pilot, tapi sayang, kecelakaan pesawat menewaskan nya ,dan meninggalkan istri dan seorang anak.
Sampai sekarang hubungan Lea dan mantan kakak iparnya tetap baik, tapi karena tinggalnya berjauhan jadi mereka jarang bertemu.
Hanya ketika Lea dapat cuti baru ia berkunjung ke tempat kakak iparnya itu, biar berasa mudik katanya.
Kakak iparnya pun senang dengan kunjungan Lea.
Kakak iparnya tak mau menikah lagi dan memilih menetap di desa, Ridho anaknya berumur 6 tahun, tapi memilih menuntut ilmu di pesantren, kebetulan kakak ipar Lea mengajar bahasa Inggris di pesantren itu sebagai guru lepas.
Wajah Ridho yang sangat mirip almarhum kakaknya lah yang menjadikan Lea bisa melepas rindunya pada almarhum kakaknya.
Lea mengenang semua anggota keluarganya baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, sambil mengerjakan pekerjaan rumah nya. adzan Ashar berkumandang, dia lepaskan semua pekerjaannya untuk menunaikan kewajibannya.
Selesai sholat kembali telpon genggamnya berbunyi.
Ada pesan dari Irma kalau mereka segera datang.
Lea menyiapkan meja makan, ada beberapa masakan yang tadi ia masak, rencananya ia mau makan bersama temannya, bukan kebiasaan menunda makan siang, tapi karena dia terbiasa makan hanya dua kali sehari, jadi lah makan siang dia geser ke sore hari, agar malam dia tidak makan lagi.
Bukan karena kekurangan uang tapi karena dia akan bermasalah dengan perutnya kalau makan lebih dari dua kali, dan itu terjadi sejak dia bayi, hingga dewasa dia tak berani makan tiga kali sehari.
Selesai menyiapkan makanan, tak lama datang teman-temannya.
Teeeet....teeeeet, suara bel di pencet.
Lea pun berlari keluar dan membuka pagar.
" Assalamualaikum. "
" Wa alaikumsalam. "
" Aduh kamu Lea mau dimana pun kondisi apapun, tetep syantik."
" Iya iri aku jadinya." tambah Inggrit, sambil memelototi penampilan Lea.
Padahal tampilan Lea hanya menggunakan jilbab instan.
" Syantik kayak emak-emak maksudnya? Jilbab ibuku memang ini, hahaha, ayo masuk, aku dah siapin makan sore."
"Hahaha.....masih tetap ya Lea kebiasaan mu?"
" Ya daripada masuk rumah sakit bukan karena dinas tapi malah opname akibat perutku error."
Mereka berbincang sambil berjalan ke ruang makan.
" Rumah sebesar ini kamu tinggali sendirian, kamu gak takut Lea?"
" Alhamdulillah enggak, habis kalian aku tawarin tinggal di sini pada gak mau." jawab Lea sambil cemberut.
" Maaaaaaf....kamu tau kan ortunya Inggrit koooooloooooot." kata Irma sambil memonyongkan mulutnya.
" Biyuh mulut Ir....ada karet gak Lea?"
" Haha....gak bisa makan nanti dia, ayo cepat makan aku sudah lapar." kata Lea.
Ke tiga sahabat itu pun makan bersama.
Mereka bertiga memang lulus di tahun yang sama namun di Akademi Perawat yang berbeda, mereka bertemu di rumah sakit tempat mereka bekerja dan menjadi akrab karena sering dinas di hari yang sama.
Selesai makan, mereka saling bantu membersihkan meja dan peralatan makan sambil bercengkrama.
" Lea kami langsung pergi ya, mau beli kebutuhan bulanan dulu soalnya ntar keburu magrib."
" Iya Ir, itu kunci sama STNK ada di bufet tv, bentar aku bukain garasi." kata Lea sambil mengantarkan temannya ke depan rumah,
" Makasih Lea, masakan mu enak, dah siap banget kamu untuk punya suami, hehe." puji Inggrit.
" Ah kalau masak sih aku sudah bisa sejak SMP....cuma belum pandai hehe."
" Yuk Lea kami langsung cabut ya, hati-hati di rumah, assalamu alaikum."
" Iya kalian hati-hati di jalan, ketemu lagi dinas besok, wa alaikumsalam."
Lea masuk tak lupa mengunci pagar dan ketika hendak masuk rumah tetangga sebelah kiri nya memanggilnya.
"Lea...!"
" Iya mba Aisyah?"
" Sini sebentar mba mau tanya."
" Ada apa mba?" tanya Lea sambil mendekati pagar pembatas rumahnya dengan tetangga sebelah.
" Aku tadi pagi lihat pacar mu si Farhan ketika kerumah sakit kontrol anak ku, sakit apa dia ya?"
Deg.....
" Enggak itu mba, tadi pagi dia jemput aku dia baik-baik saja." Lea mencoba terlihat tenang walaupun dia kaget.
" Ooh, mungkin dia mengantarkan keluarganya kali ya?"
" Bisa jadi mba, soalnya dia tadi bilang ada janji, gitu aja siiih."
"Oh ya sudah Lea, mba cuma tanya itu aja."
" Iya mba, bagaimana perkembangan adik Hanif mba?"
" Ya gitu Lea masih harus rutin kontrol dan berobat."
" Semoga cepat sembuh adik Hanif mba."
"Aamiin."
" Lea masuk ke dalam dulu ya mba."
" Iya Lea."
Lea masuk ke dalam rumahnya dan mengunci pintu.
' Mas Farhan ke rumah sakit khusus jantung? Siapa yang sakit? ya Allah kenapa aku jadi khawatir, tapi kalau aku tanyakan padanya langsung pasti gak ngaku, apa aku harus selidiki ya, hhhmmm siapa temanku yang kerja di rumah sakit itu ya?' fikir Lea.
Dia pun menanyakan pada teman-teman apakah ada yang berdinas di rumah sakit itu.
Ada balasan dari grup, ada satu temannya yang bekerja di sana, tapi sekarang masih cuti.
Lea akhirnya menunggu info dari temannya saja siapa tau ada yang tahu pasien-pasien di sana.
Adzan magrib berkumandang, Lea pun menyegerakan kewajibannya.
Selesai sholat ia cek telpon genggamnya, ada pesan dari kekasihnya.
[ Maaf baru balas, aku masih di luar tadi, ada kesibukan.]
[ Oh aku lupa kalau kamu tak pernah makan malam karena perutmu gampang error.]
[ Terus gimana nih aku ingin jalan sama kamu]
Lea pun membalas pesan dari kekasihnya itu.
[ Sebaiknya kita istirahat aja mas, malam ini hawanya dingin banget.] di baca....mengetik...
[ Yaaaaah, aku kan ingin bersama mu terus sayang.]
[ Kan besok bisa ketemu lagi mas.]
[ Iya deh, aku mau makan malam dulu ya.]
[ Iya mas.]
Lea menutup telpon genggamnya sambil menghela nafas, dan berharap semoga tidak terjadi apa-apa yang tidak ia inginkan.
Lea mengecek lagi bagian dalam rumahnya yang mungkin terlewat saat ia merapikannya, merasa semua pekerjaan dalam rumah sudah selesai ia pun lega, setidak nya tidak ada pekerjaan yang menumpuk fikirnya.
Sembari menunggu waktu sholat Isya dia duduk dan membuka kitab suci lalu membacanya.
Kegundahan di hati bisa ia reda kan dengan membaca Kalam Allah, walau tak terdengar dengan jelas namun sayup suara Lea di dengarkan oleh tetangganya.
" Suara Lea sedang mengaji." kata pak Rahmat tetangga sebelah kanan rumah Lea yang kebetulan ketua RT.
" Merdunya suara Lea." kata mba Aisyah tetangga sebelah kiri rumah Lea.
Mba Aisyah sebenarnya tau persis siapa yang sakit saat dia ke rumah sakit untuk kontrol rutin anaknya, tapi karena tak ingin menjadi penyebab ke khawatiran untuk Lea jadi ia tak ingin menyampaikannya langsung.
Selesai membaca kitab suci, dan sudah saatnya sholat Isya, Lea langsung melaksanakan kewajiban nya.
Karena masih belum ngantuk, Lea pergi ke ruang keluarga, duduk di sofa malas dan menyetel televisi.
Dia menonton berita seorang artis yang meninggal karena serangan jantung.
Deg....
Tiba-tiba ada rasa nyeri di dadanya melihat berita itu, kembali dia menghela nafas dan berdo'a dalam hati agar orang yang dia kasihi sehat-sehat selalu.
Jenuh dengan berita-berita para artis Lea memutuskan untuk pergi keruang kerja almarhum ayahnya.
Menghilangkan rasa rindu pada orangtuanya, sering kali dia lakukan dengan membuka-buka lagi buku-buku koleksi ayahnya.
Lelah membaca beberapa buku, Lea pun pergi ke kamar tidur untuk beristirahat, besok ia dinas pagi jadi harus kembali menyiapkan tenaganya lagi.
Sebelum tidur dia membaca beberapa surat pendek dan do'a mau tidur, agar tidurnya lelap.
***
Adzan subuh berkumandang mata Lea seakan seperti di setel untuk terbuka, ia hendak melaksanakan kewajiban nya namun iya merasakan nyeri di bagian bawah perutnya.
' Hhhhmmmm....tamu bulanan datang.' bathinnya.
Ia tetap bangun dan pergi ke kamar mandi, walau tak bisa sholat namun ia tetap membiasakan untuk mandi subuh, karena ia harus segera memakai pembalut, selesai mandi dan berganti pakaian, ia ke pergi ke dapur untuk mengambil air panas dari dispenser di masukkan ke dalam botol dan sambil duduk ia mengompres perutnya untuk mengurangi rasa nyeri.
Lea tak bisa minum obat pengurang rasa nyeri karena ia belum sarapan.
Rasa nyeri sudah mulai berkurang, dia berdiri dan menyiapkan sarapannya, terpaksa sarapan cepat karena ia ingin minum obat.
Jam 6 30, kekasihnya datang menjemputnya.
" Assalamualaikum."
" Wa alaikumsalam." Lea keluar dan membuka pagar.
" Kamu belum siap?"
" Sebentar mas, Lea ganti baju dulu."
Keduanya pun berjalan ke arah rumah.
" Kamu siap-siaplah aku tunggu di sini." kata kekasihnya sambil duduk di kursi teras.
" Iya mas."
Selama menjalin hubungan, kekasihnya memang hampir tak pernah masuk rumah dengan kondisi hanya berduaan saja, ia menghargai kehormatan Lea, menjaga nya jadi fitnah yang tak di inginkan, tetangga kiri dan kanan Lea pun senang dengan sikap kekasihnya itu, mereka tidak khawatir apabila kekasih Lea itu datang untuk menjemput Lea.
Lea sudah selesai berpakaian dinas nya, lalu keluar rumah dan menguncinya, kekasihnya pun berdiri dan mereka berjalan menuju mobil.
" Berangkat kerja Lea?" sapa bu Rahmi istri dari pak Rahmat.
" Oh enggeh bu, Lea berangkat dulu ya bu."
" Iya hati-hati ya."
" Enggeh bu, terimakasih."
" Assalamualaikum."
" Wa alaikumsalam."
Lea menaiki mobil dan kekasihnya pun melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat Lea bekerja.
Setibanya di rumah sakit, Lea turun dari mobil dan kekasihnya langsung pamit pergi.
Lea masuk rumah sakit dan menunggu di depan pintu lift yang belum terbuka.
Irma dan Inggrit pun tak lama tiba dan ikut berdiri di samping Lea.
" Hihihi.." Irma ketawa nyengir
" Kenapa kamu ketawa ?"
" Kami gak telat lagi, berkat sepeda motor pinjaman...hihi...."
" Hahaha, aku fikir apaan.." sahut Lea sambil menggeleng.
Tak lama lift terbuka dan mereka pun masuk, ketika masuk lift dokter Vian hendak keluar dari lift dengan terburu-buru jadi lah bahunya menyenggol bahu Lea tak sengaja dan lumayan keras benturannya, sehingga Lea agak terdorong mundur namun sigap dokter Vian menangkap nya agar tak jatuh ke belakang.
" Aduh..." Lea meringis kesakitan.
" Kamu gapapa? maaf saya buru-buru."
" Gapapa dokter, permisi dok." Lea pun segera masuk lift.
Dokter Vian hanya memandang sampai pintu lift tertutup.
" Dokter....!!!" teriak perawat yang jaga di IGD.
" I iya sebentar." sahut dokter Vian segera berjalan ke IGD.
Di dalam lift Lea masih mengelus bahunya.
" Weeeeeew bahumu sudah tidak perawan...!!" seru Inggrit yang suka pakai bahasa usilnya.
" Kamu yaaaa!! Ish !!" sahut Lea.
" Hihihi." Irma malah menertawakan kedua temannya.
Lift sudah sampai di lantai 3, mereka keluar dan menuju ruang rawat tempat mereka bekerja.
Kembali bekerja sampai jam 14.30, waktunya pergantian jam kerja dengan perawat yang dinas sore.
Lea dan tiga temannya pun segera meninggalkan rumah sakit untuk pulang.
Begitu sampai di lantai bawah Lea dan teman-temannya di panggil perawat IGD untuk di mintai tolong merujuk pasien jantung ke rumah sakit khusus jantung, karena di IGD banyak pasien yang tidak bisa mereka tinggalkan.
Anya tidak bisa karena dia sedang hamil muda takut terlalu lelah.
Inggrit dan Irma pun tak bisa karena ada acara keluarga yang tak mungkin mereka batalkan.
Akhirnya Lea bersedia membantu.
' Bisa sekalian mencari info di sana nanti' fikirnya.
Akhirnya Lea ikut masuk ke mobil ambulans untuk merujuk pasien tersebut.
Diperjalanan dia mengabari kekasihnya untuk tak usah menjemputnya karena dia di suruh merujuk pasien hanya saja dia tak bilang mau ke rumah sakit mana.
Kekasihnya pun paham, dan tak jadi menjemputnya.
Setiba di rumah sakit khusus jantung, Lea menyerahkan pasien mengurus segala sesuatunya, sudah selesai sopir ambulans menawarkan untuk mengantar Lea pulang namun Lea tolak, dengan alasan ingin mencari temannya yang dinas di rumah sakit itu.
Sopir ambulans itu pun mengerti dan meninggalkan Lea di rumah sakit itu, kemudian kembali ke rumah sakit mereka.
Sementara Lea diam dan berfikir dimana dia bisa mencari informasi yang ia butuhkan.
Tanpa sengaja dia melihat seorang yang mirip kekasihnya sedang duduk di depan ruangan seorang dokter.
Lea pun duduk agak jauh tapi masih bisa melihat ke arah orang yang mirip kekasihnya itu.
' Mas Farhan ternyata di sini? aku tunggu saja dulu.'
Asyik memperhatikan orang yang ia kira kekasihnya, tak lama orang itu di panggil masuk, tapi Lea kurang jelas namanya.
' Tunggu siapa tadi namanya? apa aku yang kurang jelas mendengar, ah kejauhan duduknya.' fikirnya.
Karena dia menggunakan baju dinas ia jadi pusat perhatian orang-orang yang lewat terutama perawat disana, sadar kalau dia di perhatikan oleh orang-orang, Lea memutuskan untuk keluar dari rumah sakit itu.
' Ck salah baju aku, kenapa tadi gak pake jaket ya, duh hilang deh kesempatan mencari info kali ini, nanti saja lagi ah.' bathinnya.
Lea pun akhirnya memutuskan untuk pulang saja.
Bersambung lagi yaaaa....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments