Bab 2 Selalu Ekstra Perhatian

Malam tiba Lea bersiap-siap untuk berangkat dinas malam, dia sudah siap dengan sepeda motornya, fikirnya dia tak mungkin selalu minta antar jemput kekasihnya.

Namun begitu hendak mengeluarkan sepedanya dari garasi, terdengar suara klakson mobil.

" Assalamualaikum sayaaaaang... sudah siap? ayo aku antar."

Mendengar suara kekasihnya tak mungkin ia menolak, perhatian yang berlebihan dari kekasihnya sudah menjadi kebiasaan baginya.

Yang ia takutkan adalah dia akan terbiasa dengan perhatian seperti itu dan akan menjadikan dia ketergantungan.

Seperti dulu ketika orang tuanya masih hidup, semua kebutuhannya di penuhi, akhirnya begitu orang tuanya meninggal dia jadi kebingungan bahkan untuk mengurus kebutuhannya sendiri.

Untungnya ada paman Sabri dan bibi Ika, pelan-pelan akhirnya diapun mandiri, saat dia hendak berbelanja kebutuhannya itulah dia bertemu dengan kekasihnya, yang tak sengaja sama-sama mengambil barang yang sama.

Dari pertemuan itu kemudian lanjut berkenalan lebih dekat.

" Ayo sayang kok malah ngelamun?"

" E eh iya mas, tunggu, mau masukin sepeda dulu." kata Lea sudah kadung keluar dari garasinya tadi.

Sepeda sudah masuk garasi, garasi pun ia tutup dan segera menuju mobil kekasihnya.

" Besok pulang di jam yang sama seperti sebelumnya kan?"

" Iya mas, kenapa?"

" Gapapa, besok aku jemput yah, mulai sekarang aku akan ada di samping mu."

" Ih mas ini, nanti aku jadi ketergantungan mas layani terus."

" Ya gapapa kan tergantungnya sama kekasih mu sendiri, aku mau belajar jadi suami SIAGA, SIap Antar JAga....hehe..!"

" Hhhhmmmm, belajar doank, tapi gak ngelamar- ngelamar juga....Ih!"

" Yaaaaa sedang proses....hahaha...."

" Apa yang di proses??"

" Ya pendewasaan diri lah, biar tambah perfect...hohoho...."

" Idih, nanti di balap Valentino Rossi baru tau rasa..."

" Oh tidak bisa....makanya aku jagain terus mulai sekarang!!"

Sambil bercanda yang tak penting tak terasa mobil telah sampai di depan rumah sakit, Lea pun turun dari mobil.

" Aku langsung pulang ya sayang, hati-hati kerjanya, assalamu alaikum."

" Wa alaikumsalam, hati-hati di jalan mas."

Lea melambaikan tangannya kemudian memasuki rumah sakit, di pintu lift temannya sudah menunggu nya.

" Duh tumben dinas malam di antar ayang beb say?"

" Entah mulai sekarang nganter jemput terus katanya." jawab Lea sambil mengangkat bahunya.

" Andai aku belum punya suami pasti aku ngiri banget sama kamu Lea....hahaha."

" Ish gak kebalik, biar si ayang super perhatian kalau gak berani ngelamar sama ja bohong kan?"

Pintu lift pun terbuka dan mereka masuk ke dalamnya untuk naik ke lantai 3.

Pintu lift mau tertutup namun tertahan karena ada yang mau masuk.

Dia adalah si dokter paling populer di rumah sakit.

Lea dan temannya spontan menyapa.

" Selamat malam dokter." sapa keduanya serentak.

" Malam." sahut dokter itu singkat.

Lea yang tipe cuek hanya fokus pada telpon genggamnya.

Sedang Anya melihat sekilas dari pantulan dinding lift kalau dokter Vian sedang memperhatikan Lea dari bayang pantulan lift juga.

Dokter Vian adalah anak dari direktur rumah sakit itu, rumah sakit itu memang didirikan dari kakek buyut dokter Vian, jadi lah rumah sakit di pimpin turun temurun.

Kalau Anya menebak dokter Vian tertarik pada Lea, tapi Lea tak menggubris siapa pun yang mendekatinya di rumah sakit itu.

Sampai di lantai 3, Lea dan Anya keluar dan langsung belok kiri menuju ruangan rawat yang mereka jaga, tak lupa mereka permisi dulu pada dokter Vian ketika keluar lift, sedangkan dokter Vian masih naik ke lantai 5.

" Lea, kamu lihat gak tadi dokter Vian melirik kamu."

" Lihat, tapi biarin aja emang aku siapa?" jawab Lea cuek.

" Ish kamu mah gak asyik." kata Anya.

" Dah ah, kerja....kerja...banyak jadwal suntikan tuh...awas kalau gak tepat waktu nyuntiknya, hati-hati ketuker obatnya."

" Siapa ibu kepala ruangan...hahaha!"

Mereka pun tertawa bareng.

Sebelum memulai pekerjaan mereka, Lea selalu membaca terlebih dahulu buku laporan pasien, ada instruksi bersambung dari perawat yang jaga sebelum mereka, supaya tidak ada kesalahan dalam melanjutkan perawatan.

Telpon genggamnya bergetar, saat kerja ia memang menyetel mode getar pada telpon genggamnya, ada pesan dari kekasihnya.

[ Selamat bekerja sayang.]

[ Iya mas, selamat tidur ya.]

[ Oke, besok aku akan menjemputmu.]

[ Gak usah mas, mas kan harus kerja besok.]

[ Ah bentar doang jemput kamu, pokoknya mulai sekarang aku akan ada di sampingmu.]

[ Mas itu suka banget sih ngulang kata-kata ih , sudah tidur aja mas, aku mau mengecek pasien dulu.]

[ Iya deh, aku tidur ya... assalamualaikum.]

[ Wa alaikumsalam.]

'Aneh tadi kan sudah bilang kalau mau selalu ada di samping ku, lah kok kirim pesan begitu lagi kata-katanya.' bathin Lea.

" Ada apa Lea? Dapat pesan mencurigakan? " tanya Anya karena melihat dari Lea yang mengkerut.

" Enggak, eh menurutmu orang yang suka mengulang kata-kata itu kenapa ya, kok kayak ada kelainan jiwa gitu ya?"

" Lah tu kamu jawab sendiri pertanyaan mu, menurutku juga gitu, siapa memang?"

" Mas Farhan, suka banget mengulang kalimat yang sama sampe 3 kali, hampir di hari yang sama."

" Kok aneh!!?"

" Lha kan, kamu aja aneh apalagi aku yang mendengar langsung."

" Ya sudah ah, aku mau siapin obat suntik dulu, setengah jam lagi ada tiga pasien yang harus di suntik."

" Iya." kata Lea, dia melanjutkan membaca laporan pasien.

Tak lama teman jaga malamnya bertambah lagi datang 2 orang.

"Sorry kami telat, angkot malam ini jarang banget yang lewat, ck makin repot aja."

" Eh kalian kan sejurus dengan rumah ku, ke rumah lah nanti ambil sepeda motorku, pakai aja, aku jarang pake soalnya, kasian dia nganggur gak di ajak jalan-jalan, hehe." kata Lea.

" Serius Lea?"

" Serius banget laaah."

" Aaaaaa....terimakasiiiih." sahut Irma terharu. Irma dan Inggrit ngekost bersama, tempat kostnya masih bersaudara dengan Inggrit walau agak jauh dari rumah sakit tak apa karena merasa aman kalau di tempat saudara sendiri, lumayan juga dapat korting sewa kost-kostan.

" Kalian sudah datang?" tanya Anya pada Irma dan Inggrit.

" Ho oh, biasa masalah angkot, suntikan banyak Nyak?"

" Nyak....nyak....emang aku enyak loe...!!"

" Hehe....jangan sewot to Nyaaaak...."

" Tuh sudah ku aplus obatnya tinggal di suntikan 15 menit lagi, kalian cek buku suntikan dulu biar gak salah coblos."

" Iya Nyaaaaaah...."

" Tadi nyak sekarang nyah, maksooood????"

" Aduh Nyak kalau ngantuk bilang deh, biar gak stress, eh nih ada kuaci enak lho..."

" Kamu kalau ngomong suka banget banting setir gitu ya Ir...ckck...gak takut nabrak?

" Haha, au deh."

Mereka jaga malam sambil bercanda ringan, waktunya menyuntik pasien pun bergantian, untuk menghilangkan rasa ngantuk pun mereka bergantian jaga, walau begadang mereka tetap harus jaga stamina.

***

Pagi harinya rumah sakit kembali sibuk dengan aktivitas pagi hari, Lea pun sibuk menulis laporan pasien untuk dia serahkan nanti ketika aplusan.

Jam jaga malamnya selesai, Lea dan teman-temannya keluar dari ruangan, turun kelantai bawah untuk keluar dari rumah sakit.

Dan kembali lagi di dalam lift mereka berempat bertemu dengan dokter Vian.

" Pagi dokter." sapa ke empatnya.

" Pagi." jawab dokter Vian masuk ke lift dan berdiri membelakangi Lea dan tiga temannya.

Anya penasaran dengan apa yang dia lihat pada malam sebelumnya, dia pun pura-pura menghadap ke lain tapi matanya memperhatikan gerak-gerik dokter Vian.

Terlihat dengan jelas dokter Vian yang memegang telpon genggamnya, sedang mengarahkan kamera telponnya ke Lea dari balik bahunya.

Melihat itu Anya memutar badannya lagu ke arah Lea, dan memberi kode.

Dibalas oleh Lea dengan lirikan kemudian menundukkan wajahnya.

Ting.

Pintu lift terbuka mereka sudah sampai di lantai bawah dan langsung saja berjalan keluar rumah sakit, sedang dokter Vian berjalan belok ke arah IGD sambil memperhatikan kepergian Lea.

Di luar rumah sakit, sudah ada mobil kekasihnya menunggu, Lea pun tersenyum dan langsung menuju mobil lalu masuk.

" Assalamualaikum sayang."

" Wa alaikumsalam mas, sudah standby aja."

" Iya dooong, harus siap antar jaga, pokoknya mulai sekarang aku akan ada di sampingmu."

" Maaaas....ih."

Kata itu lagi yang di ucapkan oleh kekasihnya, entah kenapa 1 bulan ini kekasihnya selalu mengulang kata-kata nya, membuat Lea jadi risih.

Kekasihnya hanya tersenyum dan melajukan mobilnya.

" Kamu sudah sarapan? Mau sarapan dimana aku antarkan."

" Aku janji sama bibi Ika mau sarapan di toko, bibi sudah bilang kalau bibi sudah masak, kasian kalau aku gak datang."

" Oh iya aku lupa, kamu janjian kemarin, ya udah aku antar kesana, tapi aku gak bisa nungguin kamu sayang, aku harus pergi, sudah ada janji."

" Iya mas, nanti aku pulang di antar paman Sabri, ada yang mau paman ambil di rumahku."

" Baiklah."

Tak berselang lama, mobil sampai di toko obat milik Lea.

" Aku langsung pergi ya sayang." kata kekasihnya setelah membukakan pintu mobil untuk Lea.

" Iya mas hati-hati."

" Iya, assalamu alaikum."

" Wa alaikumsalam." Kekasihnya pun melajukan mobil meninggalkannya.

Lea menghela nafas melihat mobil kekasihnya menjauh.

Entah kenapa dia masih kefikiran kata-kata kekasihnya yang selalu di ulang-ulang.

" Kenapa masih berdiri di situ non?" tanya bibi Ika.

" Eh bibi, enggak....gak ada apa-apa." Lea pun berjalan menyusul mantan artnya itu.

" Waaaah kelihatannya enak semua niiiih, bi anak-anak SMK ajak makan sekalian ya." kata Lea melihat banyaknya masakan yang di sajikan dan semua makanan favoritnya.

" Iya non sebentar bibi panggil."

Tak lama bibi Ika datang bersama dua anak-anak SMK yang menjaga toko pada malam hari.

" Kalian temani aku makan ya dik." ajak Lea.

" Iya kak, terimakasih."

" Mana paman bi?"

" Paman mengantar obat ke dokter Rita, di butuhkan cepat katanya, paman udah sarapan kok, ini semua buat non."

" Ih bibi ah selalu begitu, tetap harus utamakan paman dong bi.."

"Iya non, sudah tadi."

" Adik-adik yang jaga giliran pagi kemana? Gak di ajak?"

" Gantian katanya non, mereka soalnya sudah pada sarapan di rumah tadi, jadi gak seberapa lapar."

" Oooh ya udah, yuk dik kita makan, bibi ayo..."

" Iya..."

" Iya kak." kata anak-anak SMK serentak.

Mereka pun sarapan tanpa ada yang berkata-kata.

Selesai sarapan Lea hendak membantu membersihkan meja namun di larang oleh bi Ika.

Lea pun pergi ke depan untuk melihat pekerjaan anak-anak SMK.

" Kalian kelas berapa?"

" Kelas dua kak."

" Oooh, belajar yang rajin yah."

" Iya kak, terimakasih."

" Kak kami pamit pulang ya, takut ngantuk di jalan." kata yang habis jaga malam di tokonya.

" Oh iya, pulang lah, hati-hati ya."

" Iya kak, assalamu alaikum."

" Wa alaikumsalam."

Tak berapa lama, paman Sabri pun datang.

" Assalamualaikum."

" Wa alaikumsalam."

" Sudah lama non?"

" Gak juga paman, dari sebelum sarapan tadi, maaf paman bisa langsung antar Lea pulang gak, dah mulai ngantuk nih, mau ganti baju juga, bau alkohol bajuku."

" Iya sudah paman antarkan, buuu....aku antar pulang non Lea dulu ya." kata paman Sabri sambil pamit pada isterinya.

" Iya pak, hati-hati."

" Lea pamit bi, makasih sarapannya assalamu alaikum."

"Iya non, sama-sama, wa alaikumsalam."

Lea menaiki mobil miliknya yang memang dia titipkan pada paman Sabri untuk membantu paman Sabri mengantar pesanan obat dari para dokter klinik relasi ayahnya dulu.

Paman Sabri pun naik mobil dan mulai melajukan mobilnya ke rumah majikannya.

" Paman Lea mau tanya." sambil menikmati perjalanan.

" Apa itu non?"

" Menurut paman aneh gak kalau orang suka mengulang-ulang kalimat dalam 1 hari?"

" Seperti apa itu?"

" Mas Farhan suka sekali mengulang kata-kata nya sampai 3 kali, contohnya tadi malam dan pagi tadi, walaupun waktunya berbeda tapi aku jadi risih karena kalimatnya itu lagi dan sama persis."

" Ah paman jadi ingat almarhum ayah bunda non, seolah-olah mau pamitan gitu, selalu mengulang perintahnya dan berulang kali berpesan agar paman tidak meninggalkan non walau apapun yang terjadi."

" Hah??! nauzubillah...ya Allah jangan sampai." sahut Lean sambil membelai dadanya yang tiba-tiba sesak.

" Berdo'a saja non, semua sehat-sehat gak kurang satu apapun."

" Aaamiiin."

Tak lama ngobrol tibalah mereka di rumah Lea.

" Paman jadi bawa printer nya sekarang?"

" Iya non, printer di toko sudah paman bawa ke tukang servis soalnya."

" Ya paman, paman ambil lah di ruang kerja ayah.

" Iya non."

Mereka berdua keluar dari mobil, dan masuk ke dalam rumah.

Tak lama paman Sabri keluar rumah lagi dengan membawa printer bekas almarhum dulu.

Paman Sabri pun berpamitan pada Lea kembali pulang ke toko.

Lea masuk rumah dan mengunci pintunya, karena lelah dan mengantuk dia pun segera membersihkan diri dam berganti pakaian, lalu rebahan.

Terbayang apa yang di katakan paman Sabri tadi, tiba-tiba airmata nya meleleh, tak bisa ia bayangkan andai oran yang dia sayangi pergi meninggalkan lagi, lama kelamaan Lea pun tertidur.

Bersambung lagi yaaaa....

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!