My Boss, My Boyfriend
Musim gugur tahun ini di south Azenville , lebih cepat dari tahun lalu. Kaki ku menyibak dedaunan kering berwarna coklat pucat di sepanjang jalan Beeqo, kaum pedistrian paling suka jalan ini. Trotoar yang cukup luas, di hiasi pohon mahoni yang berjejer rapi.
Opacrapile, istilah penikmat senja akan semakin antusias di kala sore. Beeqo jalan yang ramai, caffe berbaris bertengger ramai di pinggiran garis sepanjang perjalanan.
Sedang aku, ahh... Aku bukan bagian dari pedistrian ataupun opacrapile. Lebih tepatnya, aku seorang yang hanya bisa berjalan kaki untuk menghemat uang-uangku yang sangat berharga. Karna jumlah mereka tak banyak di dalam dompet kulit pemberian Casey sahabatku. Tinggal beberapa puluh buzt saja, buzt nama mata uang Azenville. Kurasa kelak saat melahirkan anak aku akan menamainya buzt, agar anak ku tak kekurangan uang seperti ibunya.
Belakangan ini, keuangan ku sedang berantakan. Kedai ayam goreng Bibi Agatha sedang sepi pembeli, di tambah penyakit Paman Anthony yang tak kunjung sehat. Rasanya setiap detik bagi ku adalah uang, setiap koin berharga.
Jam 8 pagi aku sudah harus berada toko roti milik Uncle Ben. Jam 2 siang sampai dengan jam 7 malam aku menjaga toko sepatu milik Baba Ramzan. Sepulang dari toko sepatu Baba Ramzan aku sudah di tunggu Oma Caitlin untuk menyetrika di usaha Laundry miliknya sampai jam 9, seterusnya sampai jam 11 di Bar milik Casey aku cuma pelayan biasa.
Aku orang yang sibuk ya? Entahlah, sebenarnya di toko sepatu Baba Ramzan aku bisa sedikit tertidur karna toko sepatu Baba Ramzan hanya ramai di hari-hari tertentu saja.
Toko Roti uncle Ben lah yang paling menguras kosentrasi ku. Semua orang membeli sarapan di jam yang sama, roti buatan uncle Ben memang paling terbaik di South Azenville.
Terkadang saat menyetrika baju baju di Laundry milik oma Caitlin tangan ku sudah terlanjur membeku, terlebih sudah memasuki musim gugur udara malam membuat badan kurus ku terasa kaku.
Sangat sulit jika ingin berhenti di toko laundry milik oma Caitlin, dia akan membayar ku semakin mahal setiap aku meminta untuk resign. Aku semakin kesulitan untuk meninggalkan Oma yang masih cantik di usianya kepala 7 itu.
Sedang Bar Casey sahabat ku, entahlah. Bar ini terkenal dengan sajian yang kurang enak. Tempat yang sempit dan Casey adalah perempuan gila yang suka berteriak jika ia merasa terganggu. Sebenarnya aku tidak banyak membantu, lebih tepatnya aku hanya sasarannya untuk membual saja. Casey tak akan kekurangan uang, ayahnya Patrick Bosley pengusaha emas terkenal di Agithum, Daerah impian bagi siapapun. Rumah-rumahnya orang ternama dan orang-orang kaya di South Azenville.
"Emma! Cepat!"
Suara Uncle Ben sudah terdengar dari kejauhan, orang bahkan sudah mengantri panjang di depan tokonya. Ya Tuhan, bahkan ini belum jam 8 tepat harusnya aku masih punya 20 menit lagi untuk mengisi perut.
Ya, apalagi? aku harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk berlari menyusul ke asal suara itu. Bekerja dengan loyalitas adalah semboyan hidupku.
"Emma edelsteen, dimana rotiku?"
Aku menoleh, itu pasti Gavin. Benar saja, pria berpostur tinggi itu sedang mengamatiku.
"Hey jangan tidak sopan, Paman Ettan sudah antri duluan dan berbarislah di antrian." Teriak ku padanya.
"Aku hanya perlu Baguette 2 potong, ayolah!"
"Paman Ettan juga hanya minta croissant 3 buah, sabarlah dan diam di antrianmu!"
"Sudah-sudah, layani Gavin dulu aku akan mundur kebelakang." Ucap paman Ettan yang seperti biasa selalu mengalah.
"Tidak bisa paman! tidak untuk hari ini, 5 detik saja, biarkan anak manis ini melayani mu dengan baik, dan kau Gavin kalau kau berulah lagi dan membuat Paman Ettan di omeli Bibi Hilda karna terlambat aku tidak akan melayani mu lagi."
"Baiklah Emma, maafkan aku dan jangan banyak mengomel keriput di wajahmu bertambah lagi."
Rasanya ingin ku masukan Gavin kedalam got pembuangan toko Uncle Ben.
"Ini Croissant mu Paman Ettan, dan kau Gavin maju biarkan aku memasukan keranjang roti ini ke dalam mulut mu."
"Kau selalu cantik walau sambil mengomel nyonya Emma, terimakasih croissantnya."
"Sampaikan salamku pada Bibi Hilda paman!"
Lelaki berumur 60 tahunan itu mengangguk, memunggungiku dan melambaikan tangan. Indahnya saling mencintai sampai tua seperti Paman Ettan dan Bibi Hilda, aku ingin pasangan seperti Paman Ettan yang selalu romantis.
Setelahnya aku menjewer telinga Gavin dan memberi baguette yang bocah tengik itu minta.
"Kau selalu kasar Emma, siapa lelaki yang akan menerima mu apa adanya selain aku?"
"Kau tau Gavin, setelah mendengar rayuan mu tadi aku sudah memutuskan untuk menjadi prawan tua mulai saat ini."
"Kau bukan hanya kasar tapi juga kejam Emma!"
"Biar Uncle Ben yang akan menjelaskan pada mu, bagaimana Uncle?"
Aku menoleh ke Uncle Ben yang sedang menata roti-roti dari oven ke rak rak yang sudah ia siapkan.
"Gavin, bukannya aku tidak mau membela mu kali ini. Tapi kemarin Emma bilang ia tak mau menikahi daun muda. Sekuat apapun kau menunggu umur mu matang, Emma akan selalu 5 tahun di depan mu."
Puasnya aku mendengar ucapan Uncle Ben, rasanya ingin ku borong semua roti Uncle Ben tapi uang ku tidak cukup.
"Kau dengar itu Gavin, menyerahlah itu lebih baik. Sekarang biarkan orang yang mengantri di belakang mu maju kedepan okey?" Ucapku penuh kepuasan.
Gavin memasang mata sinis,
"Aku tak mau membeli roti mu lagi Uncle!" Kalimat legendnya keluar lagi kali ini
"Kau juga mengucapkannya kemarin, mengapa kau datang lagi?" Balas Uncle Ben.
"Baiklah aku kalah hari ini, besok aku pasti membawa Emma edelsteen bersamaku." Ucap bocah tengik itu sambil berlalu.
Gavin 5 tahun lebih muda dariku, tapi perawakannya yang tinggi membuatnya tampak seperti seumuran dengan ku. Wajahnya yang dewasa juga membuatku tertipu di awal, Gavin tampan pastinya. Ramah, usil, dan konyol. Saat toko ramai ia juga tak segan membantu, entah dalam candaannya atau serius saat menggodaku. Aku tetap tidak bisa menyukainya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Marlina Dalipang
waduh kapan istirahatnya klu kerja marathon bgt ya
2022-10-02
0
sesyy🐣🍓
awal yang menarik,semoga selanjutnya sesuai harapan ceritanya
2022-05-12
1