Baiklah, ayo Emma kita cicipi suasana di dalam gedung cantik ini.
"Dengan siapa dan ada keperluan apa Nona?"
Setelah di depan tadi disambut satpam yang berpostur herkules, sekarang di sambut oleh resepsionis bak model catwalk. Wahh cantik sekali.
"Saya Emma Edelsteen, ada janji dengan Tuan Harold." Kataku sedikit agak gugup.
"Tunggu sebentar."
Wanita cantik itu menyambungkan telponnya, dan terlihat menjawab dengan nada yang sangat lembut, sopan dan penuh hati-hati.
Aku yang melihat wanita ini saja langsung suka, bagaimana pria-pria yang setiap hari melihatnya.
"Nona Edelsteen, Manager menunggu anda."
"Ma..manager?" Jawabku terbata.
Apa aku tak salah dengar?
Apa pendengaranku tidak salah, dia menyebut manager?
"Iya Nona Edelsteen, Manager kami Harold Channing menunggu anda. Tunggu sebentar, saya akan memanggil pegawai lain untuk mengantarkan Nona ke ruangan Pak Manager."
"E.. Ba.. baiklah." Kataku sambil mengangguk.
Kakiku mati lemas, rasanya aku ingin pulang. Mengapa juga akhirnya aku mencari gara-gara pada seorang manager, apa yang akan ku lakukan nanti saat bertemu dengannya.
Minta maaf? Konyol! Kau menjemput nyawamu sendiri Emma.
"Silahkan Nona, dia akan mengantar anda keruangan Pak manager."
Lamunan ku terhenti, seorang pegawai pria yang memakai baju formal berjas mengajakku untuk mengikutinya.
Kami memasuki lift, pria itu menekan tombol..
What?
lantai 60, benar-benar gila!
"Maaf kalau boleh bertanya gedung ini berapa lantai?" Aku tak bisa menahan rasa penasaran.
"71 lantai nyonya."
"Ahh lumayan tinggi ternyata."
"Ini Linford Tower Nona, gedung tertinggi di Agithum city."
Aku hanya bisa mengangguk, pegawai itu menjawab dengan nada sangat bangga. Di matanya pun terlihat berbinar-binar seperti ada privilege yang ia sandang, walau sama sekali ia tidak merendahkan ku.
Lalu aku? Aku siapa disini?!
Hanya pencari masalah yang mungkin akan bersujud nanti di kaki Pak Manager, Oh Tuhan bantu aku. Aku benar seperti debu di sini.
Setelah mengikutinya dengan mulut membisu, sampailah kami di pintu yang bertulisan.
Manager Room.
Pria itu mengetuk pelan,
"Silahkan.." Terdengar suara yang tak asing dari dalam.
"Tuan, Nona Edelsteen sudah disini."
"Biarkan dia masuk."
Rasanya baru kali ini kakiku terasa berat menjumpai seseorang, tapi tatapan pria yang mengantar ku ini seperti tak sabar menyuruhku masuk.
Oke! Aku masuk.
OMG..
Semuanya Luxury!
Benar-benar mewah dan elegan. Ini bukan kantor, Interiornya seperti iklan hotel-hotel mewah yang ada di dalam Tv.
Tapi kenyamanan mata itu hanya seperdetik, makhluk dengan tatapan tajam itu sudah menungguku di kursi kebesarannya.
"Silahkan duduk Nona Edelsteen."
Mata dan tangannya mengarahkanku untuk duduk di sofa yang mungkin muat untuk 10 orang itu.
"Maaf Tuan, saya tidak lama selain mengambil tas saya juga akan meminta maaf kalau ucapan saya tadi malam sangat keterlaluan."
"Oh soal tas itu, sebenarnya tidak bersama saya lagi"
Hah?
"Maksud anda?"
"Tadi pagi sekali CEO kami mengambilnya, Nona Edelsteen hanya perlu naik satu lantai lagi untuk menemui Pak CEO, hanya ada satu ruangan di lantai 61."
What?
"Maksudnya bagaimana Tuan? tadi malam kan saya bicara dengan anda. Tapi mengapa tas saya tidak bersama anda?"
Membuatku tak habis pikir saja.
Heh, lihat wajah itu jadi murung tiba-tiba. Tunggu! Apa itu acting?
"Sepertinya Pak CEO sangat sedih dan tidak bisa melupakan ucapan anda tadi malam, jadi ia memutuskan ingin mendegar ucapan minta maaf anda dengan benar-benar tulus dan mengambil tas itu sebagai jaminan." Raut wajahnya sangat di buat-buat.
Hah? Ini benar- benar konyol.
" Jangan bilang pria yang bersama anda tadi malam, CEOnya?"
"Tepat sekali Nona."
Ia menjawab dengan wajah sangat serius, tapi mengapa aku merasa seperti di permainkan.
"Ah satu lagi Nona, saat bicara dengan Tuan Bastian. Pastikan untuk tidak banyak protes dan banyak alasan dia tidak suka di bantah."
Lalu? Apa urusanku dengan itu.
"Baiklah saya akan kesana." Celetuk ku jengkel.
Rasanya mau gila, ingin mendapatkan barangku kembali aku seperti orang yang sedang mengemis-ngemis, padahal bagi mereka tas itu sama halnya seperti sampah.
Jelas mereka benar-benar tersinggung soal tadi malam dan berniat mempermainkan ku.
Brak!!!
Kalau aku harus mati di gedung ini, setidaknya harus ku kerahkan semua kemampuanku.
Lagi pula aku mau mati, merusak satu pintu kurasa tidak apa-apa. Tuan Harold itupun tidak komplen saat aku membanting pintunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Riska Desi
mulai seru ceritax
2023-04-24
0
sesyy🐣🍓
cukup barbar juga nona edelsten ini🤣
2022-05-12
1