4. Di dalam kelas.

Visual tokoh wanitanya tak seperti yang penulis harapkan karena belum ketemu yang pas. Semoga tak mengurangi keinginan membaca dari Readers ya.

Lanjut baca ya readers... besok mampir lagi di novel ini juga 💟

...-----...

Aku tidak punya penampilan dan wajah yang cantik sekali, juga tak terlalu percaya diri untuk tampil di depan orang banyak. Tentang ini mama selalu mengingatkanku agar aku tidak memikirkan apa yang orang lain pikirkan atas diriku. Aku harus tetap sekolah dan meraih cita-cita. Andai mama merasakan saat SMA inilah langkahku terasa berat akibat ejekan, cemoohan teman-teman.

Malam dan hari-hariku kuhabiskan di kamar. Malam ini sama dengan malam kemarin. Setelah mengerjakan tugas dan mengulang pelajaran sebentar, aku menorehkan tinta ke atas kertas untuk membuat sketsa walaupun cuma satu jam. Setiap hari kulakukan tanpa bosan tanpa target. Puas dan senang dengan hasil yang ku buat dan pikiranku tak terbuang dengan memikirkan kejadian di sekolah hari ini.

Aku tak mau larut memikirkan sikap teman-teman. Aku belajar cuek. Cuek seperti Elang. Eh tapi si Elang kan cuek bukan karena nggak percaya diri. Elang cuek bawaan dari lahir mungkin. Daripada hanyut dalam kesedihan lebih baik kualihkan perhatian pada pelajaran dan hobi saja. Kutekuni hobi melukis saja.

Tok. Tok. Tok.

"Ma, ada apa?" Mama berdiri di depan pintu kamarku.

"Larut malam Icha. Ini mama buatkan susu. Tidurlah supaya bisa bangun lebih cepat dan kakakmu tidak ribut membangunkan."

"Iya Ma, Icha mau tidur nih. Mana susunya, Icha minum. Terimakasih ya Ma." Mama memberikan segelas susu. Terbayang rasanya yang lezat.

"Tidur ya sayang. Istirahatlah. Mama selalu do'akan Icha bahagia, senang, sukses dan dapat suami yang baik sekali." Mama mengelus rambutku. Aku menjadi tak takut apa yang akan terjadi di sekolah besok. Perhatian keluarga cukup buatku. Setiap malam mengingatkan akan esok hari, bagaikan mimpi buruk saja tapi aku harus sekolah, datang dan cari ilmu supaya aku nggak tertinggal dengan orang lain. Semoga Tuhan nanti berbaik hati memberikan hadiah terindah di masa depanku.

"Aamiin. Terima kasih Mama. Icha sayang mama." Aku memeluk pinggang mama. Wajahku tenggelam di perut mama. Di dalam sana di rahim mama jauh lebih menentramkan tapi itu dulu waktu masih calon bayi. Sekarang aku harus menghadapi kenyataan dan aku harus tetap jalan maju.

Mama sudah ke dapur. Mama dan bik Min bangun dari tadi. Aku tak langsung tidur dan pena kuambil lagi lalu kutarik garis-garis yang membentuk sebuah desain biasa saja. Belum terlalu sempurna. Baru setengah jalan ku kerjakan. Dua desain selesai tiga bulan lalu dan sekarang aku mendapat ide baru untuk membuatnya. Sebelumnya aku tak pernah menyimpan hasil desain yang ku buat. Berserakan di kamar dan akhirnya disapu baik Min. Baru dua gambar yang ku urus dan ku jadikan koleksi. Dalam keasyikan sendiri tiba-tiba pintu terbuka lagi. Muncul mama kesayangan.

"Ica, Mama bilang Kamu kan harus tidur tidur sayang. Ini sudah malam, besok kamu harus ke sekolah."

"I- iya mah Icha tidur nih... hiiii." Aku meringis menanggapi mama. Bagaimanapun Mama tak pernah marah kepadaku. Mama begitu baik hati. Aku segera cuci tangan dan menarik selimut dari tubuhku. Dari luar terdengar bunyi sayup-sayup suara jangkrik.

Srrrrrrrreet!

Astaga. Aku mengucek mata ini dan ku dapati Elin membuka tirai jendelaku.

"Kakak, nggak bisa pelan dikit ya, aku kaget tahu!" Pasti bibirku moncong.

"Sengaja biar bangun!" Elin ketus.

"Kejam. Mirip sebuah film dengan judul kejamnya kakak kandung," kataku.

"Haaa...apa kamu bilang?! Bangun nggak." Elin bersiap-siap menimpukku dengan guling.

"Iya-iya...aku bangun." Aku kabur ke kamar mandi. Lebih baik menjauhi Elin.

"Kakak... jangan jahat dengan siapa pun. Nanti tidak ada yang mau denganmu!" Teriakku dari kamar mandi. Selalu beda pendapat tetapi tetap saja Elin siap sedia mendukungku di saat aku sedih ataupun murung.

"Siapa yang bilang itu?" Raut wajah Elin berubah.

"Aku yang bilang. Kak sandi aja belum tahu gimana kakak sebenarnya. Coba udah tahu kakak bakal ditinggalin dah, wek wek!"

"Oh tidak sayang. Sandi sudah cinta sekali sama aku, sudah tahu siapa aku. Hal itu nggak akan terjadi." Elin percaya diri. Aku cekikikan dari kamar mandi mendengar Elin bicara.

Dan aku tak lagi ingin menanggapi Elin. Pakai baju dan sarapan karena jam sekolah tiba. Semoga tiba di sekolah waktunya pas, tidak lambat.

Sluuuuurrrpp.

"Ma...Icha berangkat ya!" Pamit setelah segelas susu habis.

"Ya Icha, hati-hati nak! Eh kamu nggak sarapan Icha?!" Mama memandangku dari wastafel.

"Nggak sempat Ma. Makan siang di rumah aja! Dadaaa Ma....!"

"Nah kaaan, tidak sarapan."

Duk. Duk. Duk.

Langkah kaki ku percepat. Sepuluh menit lagi dan jarak ke sekolah 200 meter dari rumah. Aku menarik ranselku dipundak kanan yang merosot turun.

Haah...haah...haaah.

Nafasku naik turun. Akhirnya aku tiba di depan kelas. Semua teman-temanku duduk di tempat masing-masing. Semua mata memandangku tapi tak satu pun yang menatap dengan kebencian. Inilah kelasku yang sesungguhnya. Berbeda dengan teman-teman dari kelas lain yang memandang rendah pada diriku, yang menilai hanya dari penampilan luar saja.

"Cha terlambat ngapain aja??!" teriakan dari sudut belakang.

"Belum terlambat tau!!" Aku menjulurkan lidah. Mengejek. Heran dengan teman-teman sekelas aku tak bisa marah.

"Angkat air dulu air kran mati hahaa," kata suara yang lain. Aku menunjukkan kepalan tinju ke mereka dan dua anak itu tertawa.

Suara riuh rendah di dalam kelas. Semua memang duduk di kursi masing-masing tetapi saling bercerita satu sama lain dan suaranya memenuhi seisi ruangan kelas.

"Woi! Woooi.. diam woi!! Bu Irita datang!"

Ketua kelas memperingatkan kami. Suara riuh berkurang dan sebagian teman duduk manis bersiap-siap menyambut Bu Irita wali kelas kami.

"Hening!" Seru Andi.

"Beri hormat!!" Aba-aba dari ketua kelas.

"Pagi Buuu!!" Kami kompak.

"Selamat pagi anak-anak. Bagaimana kabar kalian hari ini?"

"Baik Buuu....!!" Kami solid.

"Anak-anak, pagi ini ibu memberikan kalian sediki materi pelajaran. Ibu memberikan tugas kepada kalian untuk menjawab pertanyaan di halaman sembilan puluh lima dan dikumpulkan minggu depan. Sekarang yang ingin ibu lakukan hanya mempersiapkan kelas kalian untuk mengikuti lomba antar kelas yang digelar sekolah kita setiap tahun. Nah karena di kelas dua ini kalian baru bersama, kalian harus menentukan siapa yang akan ikut lomba. Ketua kelas maju ke depan untuk memimpin pembentukan tim lomba. Andi!"

"Baik Bu." Ketua kelas maju.

Beberapa perlombaan disebutkan Bu Irita. Pemilihan peserta lomba berlangsung ramai. Saling menunjuk terjadi. Ada yang bersedia dan ada yang tidak.

"Mei, Sinta, Ani, Dwi, Tri dan Ana menjadi tim voli!" Bu Irita membaca nama-nama di papan.

"Lomba akustik diisi oleh Andi." Lanjut Bu Irita.

"Uhuuuuyyy! Mantap Andi!!"

"Tariiiik Andi!!!"

"The next star!!" Prok. Prok. Prok. Tepuk tangan buat Andi.

Meskipun suara kami riuh, Bu Irita tak marah. Hanya mengatakan, "Kondisikan suara kalian. Kelas sebelah sedang belajar."

Kami semua diam mendengarkan bu Irita yang lanjut membacakan nama-nama peserta lomba.

Setelah membaca semua nama peserta lomba, bu Irita berkata, "Nah sekarang tersisa untuk penjaga stan. Dalam hal ini ibu hanya meminta kalian menjual es buah campur saja. Mudah bukan? Stan ini dijaga oleh dua orang. Siapa yang bersedia?"

"Bu! Ibu pilih saja siapa diantara kami yang cocok menunggu stan. Ma'af bukan nggak percaya sama teman-teman bu tapi ini berhubungan dengan uang Bu." Andi si ketua kelas angkat suara.

"Saran yang baik, Andi. Kalau begitu untuk penjaga stan ibu tunjuk Nai dan Icha."

"Haaaa!?? Bu...ka- kami jaga stan? Apa pantas Bu?" Aku ragu. Aku dan Nai berpandangan. Sesuatu yang buruk.

"Kalian pantas, Ibu percaya. Nai memberikan es buah campur dan Icha mengambil uangnya. Bukan hal sulit ya. Kalian mendapatkan uang jajan setelah selesai kegiatan ini. Tidak banyak, untuk jajan saja."

"Baiklah Bu." Jawab Nai pasrah

Aku dan Nai tak bisa apa menolak perintah Bu Irita tapi melayani teman-teman yang membeli minuman di bukan sesuatu yang enak juga terutama untuk diriku.

"Cha kamu yakin kita bisa?" Tanya Nai waktu istirahat tiba.

"Entahlah...aku takut Nai jualan kita nggak laku. Kamu tahu sendiri mereka kan tidak terlalu suka denganku." Aku sering bimbang mengingat perlakuan Arin padaku tak pernah ramah.

"Siapa yang tidak suka kamu? Teman-teman cuma iseng mengejek. Arin squad aja yang iri padamu. Kulihat tak sedikit dari teman kita bersikap biasa saja padamu." Nai memang tak pernah mematahkan semangatku. Justru memberikan semangat.

"Nai, aku padamu...."

"Icha, aku ke toilet sebentar. Ke kantin bareng aku. Tunggu ya," pinta Nai.

"Kalau lama aku tinggal. Lapar nih," balasku.

"Sabar Neng."

"Cepat Nai."

"Ya!"

Perutku menyanyikan lagu keroncong. Minta diisi dengan jajanan di kantin. Kayak kemarin aku menolak bekal dari mama. Lama amat sih Nai.

"Bekalnya dibawa Ica." Kalimat mama mengiang di telinga. Sebelum pergi ke sekolah mama mengingatkanku. Aku tidak ingin membawa bekal.

"Uang jajan Icha cukup ma. Besok kalau mau bekal, Ica bilang sama mama ya. Jangan disiapkan dulu bekalnya, Icha lagi pingin jajan."

Sampai di sini lamunanku buyar karena Nai datang.

"Sudah Nai pipisnya?" Tanyaku.

"Sudah Cha. Yuk! Kamu makan apa? Belum terlalu ramai Cha."

Aku dan Nai lebih cepat meluncur ke kantin sehingga belum terlalu ramai siswa lain berdatangan.

"Aku makan soto," kataku.

"Aku gado-gado saja. Nggak takut ketemu Arin Squad nih?" Tanya Nai padaku. Pertanyaan yang wajar karena Arin Squad selalu berada di mana-mana di lapangan di parkiran, di kantin, di depan sekolah aku sering bertemu Arin Squad. Kami memesan menu sebelum duduk.

"Ya nggaklah. Ngapain takut, jadi biasa ngadepin si Arin Cs. Mereka siapa?" Kalimatku sebenarnya memberi kekuatan untuk diri sendiri saja.

"Ciiiieeee bagus itu Cha! Jangan lemah semangat karena mereka. Dia makan nasi, kita makan nasi juga. Sama kan? Jadi untuk apa takut sama dia."

"Heeemmmm."

"Cewek...! Hai Nai!" Sebuah sapaan dari jauh membuat Nai angkat kepala. Lion barusan menyapa Nai dan kini berhenti di hadapan kami.

Nai bertanya pada Lion, "Hai Lion. Baru keluar ya?"

"Iya nih. Kalian makan apa?" Lion melirik ke meja kami.

"Ehm kami pesan soto dan gado-gado. Sudah dipesan belum datang," jawab Nai lagi.

"Boleh nggak aku duduk sini. Makan bareng kalian." Lion minta ijin.

Aku angkat suara ragu, "Eeeem sebenarnya aku mau ngobrol berdua Nai saja, Lion. Ma'afkan ya, Li." Aku tidak ingin perhatian teman-teman tertuju pada kami bertiga jika Lion duduk sama kami. Wow pandangan mata bakal tertuju pada kami bertiga dan aku akan merasa risih. Belum nada-nada sumbang tak bertanggungjawab yang berbisik-bisik bicara tentang kami. Maklum makhluk keren nan ngetop ada di antara kami saat ini. Di samping aku, si cewek kuno.

"Oh oke kalau ada hal penting kalian berdua. Ma'af aku sudah mengganggu, aku duduk di sana saja." Lion menunjuk sebuah meja lain dan di sana pun kedua orang temannya duduk mengisi jam istirahat.

Pesanan datang. Aku dan Nai konsentrasi makan sebab kantin semakin ramai. Dasar aku. Jika mungkin hindari setiap keramaian yang ada. Rasa minderku mulai datang.

"Nai, sudah belum?"

"Tinggal sedikit." Mulut Nai penuh isi. Bagaimana ini saat bazar nanti. Aku dan Nai menunggu stan sedangkan aku tak punya kepercayaan diri penuh. Apa aku tak jadi bahan olok-olok teman-teman yang iseng? Apa mereka sengaja membeli es buah campur sekaligus mengejekku? Arin Squad pasti tambah senang menjatuhkan mentalku di depan teman-teman sekolah.

"Hei! Kok termenung sih. Sudah nih." Nai menepuk pundakku dan mengajakku pergi. Kami melewati halaman kiri di sebelah gedung kelas MIPA. Halaman ini biasanya sepi.

Alih-alih menghindari Arin Squad, justru di depan sana Arin dan kawan-kawan sedang mengobrol. Aku putar badan berbalik arah.

"Cha tunggu!! Kenapa harus menghindar? Cha, kamu tuh nggak ada salah sama Arin. Tak boleh takut." Nai melarangku.

"Kita lewat sini!" Ajak Nai.

Aku cemberut dan bilang ke Icha, "Aku tak takut Nai cuma malas ketemu mereka. Aku muak sama Arin. Aku lelah hadapinya."

"Mana bisa bilang lelah Icha. Kamu tuh menghindar kalau gini. Jangan takut sama mereka. Lagian nggak selesai juga dengan menghindar. Ketemu diejek lagi toh?"

"Kamu benar Nai. Selama masih sekolah di sini kayaknya yah tetap berlaku itu."

"Mereka jalan ke sini. Sabar aja Icha. Sabar terus ya. Yuk kita jalan pelan-pelan. Acuhkan mereka." Nai betapa perdulinya dirimu sama aku.

Iyun maju di antara dua temannya. Memberi aba-aba agar temannya minggir.

"Minggir...minggir! Buntelan mau lewat. Haaa ini dia."

"Eeeng...iiiing...eeeng!" Tambah Idel. Mereka tertawa. Menertawakanku.

"Kalian paling sempurna haaah??" Aku menatap penuh benci. Arin, Idel dan Iyun merasa makhluk paling seksi di dunia.

"Ya! Kau tak lihat?" Iyun berputar di depanku dan Nai. Sungguh aku mau muntah lihatnya.

"Apa bagusnya? Penari balet kesasar!" Kupalingkan muka. Kami tak bisa lewat karena Arin dan Idel menghalangi.

"Lah kamu makhluk purba ngapain ke sekolah. Hahahaha!" Arin terbahak.

"Kenapa kalian mengejekku? Aku punya salah apa sama kalian?" Aku melotot marah.

"Salahmu penampilanmu ketinggalan jaman. Aneh di mata kami!" Jawab Arin sombong.

"Kalian menghinaku ya. Jangan body shaming!" Tegasku.

"Ini kenyataan tahu!!" Arin bicara lagi.

"Kenyataan tapi tak perlu diumbar. Tak usah kalian teriak-teriak supaya satu sekolah tahu tentang penampilan Icha. Icha punya perasaan. Kalian ini... sok hebat!!" Kini Nai bicara.

"Biarkan mereka Nai. Mereka punya mulut dan aku punya hak mau seperti apa. Pakaianku tak melanggar etika. Aku gemuk tapi tak minta jajan sama mereka. Minggir!!!" Suaraku yang kuat berhasil membuat Idel dan Iyun minggir dari depan kami. Aku dan Nai jalan maju.

...*Mohon dukungannya readers. Terima kasih.🌷...

Terpopuler

Comments

Irma Kirana

Irma Kirana

Semangat 😁😁👍

2022-10-27

1

Embun Kesiangan

Embun Kesiangan

semangat icha, semangat nay😍

2022-10-14

2

Embun Kesiangan

Embun Kesiangan

ini aku😋

2022-10-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!