Rendy terlihat menggeliat dalam tidurnya, tangannya juga terlihat mencari sesuatu yang ada disamping bantalnya yang sejak tadi terdengar berbunyi. Dia mengerjap beberapa kali dan melirik benda yang saat ini sudah ada di dalam genggaman tangannya. Dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul setengah empat pagi.
Dengan malas segera bangun dan duduk sebentar untuk mengumpulkan kembali nyawanya yang belum seratus persen kembali. Kedua sudut bibirnya terangkat keatas membentuk senyum tipis saat dirinya tadi dimarahi Mutia dalam mimpinya. Istrinya itu memarahi nya karena dirinya datang ke tempat hiburan malam.
"Kamu sudah tidak disini saja masih saja memarahi ku lewat mimpi. Aku jadi rindu omelan kamu, sayang."
Rendy meraup kasar wajahnya saat hatinya terasa sesak menahan rindu pada orang yang sudah tiada. Tidak bisa melihat dan tidak bisa memeluknya. Hanya bisa berdoa saja untuknya.
Huffttt
Rendy menghembuskan nafas kasar dan segera turun dari atas ranjang. Dia segera masuk kamar mandi untuk mencuci muka terlebih dahulu supaya saat mengendari mobil nanti dirinya tidak sampai membuat kesalahan dan mengakibatkan kecelakaan karena matanya masih belum terlalu segar.
Semalam, sepulang dari club Last Night, Rendy bukannya pulang ke rumah melainkan pulang ke unit apartemen pribadinya. Karena jarak apartemen nya yang memang tidak terlalu jauh dari tempat semalam dia kunjungi.
Rendy segera masuk kedalam mobilnya yang diparkir di basement. Dia harus pulang sebelum anaknya bangun dan mencari dirinya karena saat membuka mata Candra tak melihat dirinya. Sudah dipastikan anaknya itu akan menangis mengingat Candra setiap bangun tidur selalu mencari dirinya minta dipeluk.
Baru beberapa menit keluar dari gedung apartemen, di jalan yang masih sangat sepi dan gelap dan hanya diterangi lampu jalan yang temaram, Rendy melihat seseorang tergeletak di pinggir jalan. Bukan di trotoar lagi, tapi di pinggir jalan.
Awalnya Rendy mengacuhkan saja. Dia mengira orang itu pasti orang jahat yang berpura-pura pingsan dan akhirnya justru merampok seperti yang pernah dia alami lima tahun yang lalu. Namun, saat laju kendaraannya semakin dekat dengan orang yang tergelak itu, Rendy dengan rasa penasarannya akhirnya menghentikan laju kendaraannya. Apalagi dirinya melihat orang itu jidatnya berdarah.
Rendy mengintip orang itu setelah keluar dari dalam mobilnya.
"Hai!!" panggil Rendy
Dengan menggunakan kakinya, Rendy mencoba membuat orang itu tersadar. Dia menendang pelan kaki orang itu yang juga terlihat berdarah.
"Wanita aneh." gumam Rendy saat melihat penampilan wanita yang pingsan itu.
Bagaimana tidak aneh? Wajahnya sudah begitu menyeramkan karena riasan wajahnya sudah luntur dan berpakaian sek si dengan selimut menyelimuti tubuhnya yang terlihat kedinginan itu.
Rendy berjongkok dan mendekatkan salah satu jari telunjuknya pada hidung wanita itu. Memastikan wanita itu masih bernafas dan belum meninggal. Karena saat ini wajah wanita yang sudah seperti zombi itu terlihat begitu pucat.
"Masih hidup." gumam Rendy saat merasakan kalau wanita itu masih bernafas.
Rendy segera mengambil ponselnya dan menghubungi anak buahnya untuk menuju ketempat nya saat ini. Dia meminta anak buahnya membawa wanita itu ke rumah sakit. Dia malas kalau harus berputar arah. Lebih baik dia segera pulang sebelum anaknya menangis mengingat saat ini sudah terdengar adzan subuh.
Rendy meninggalkan wanita itu setelah anak buahnya datang dan membawa wanita itu menuju rumah sakit. Dia juga meminta anak buahnya untuk mengurus semua masalah wanita yang seperti tengah dalam misi kabur itu. Dia juga meminta anak buahnya untuk tidak membawa dirinya dalam masalah wanita itu.
🌷
🌷
🌷
Di rumah sakit
Wanita yang tadi di bawa anak buahnya Rendy ke rumah sakit terlihat sudah sadarkan diri. Dia terlihat berbicara pada perawat yang saat itu tengah mengecek kondisi selang infus.
"Saya ada jilbab di loker, tapi sedikit kotor. Memang nona nya mau memakainya?" tanya perawat yang kebetulan memang memakai hijab.
"Tidak apa. Yang penting rambut saya tertutup." jawab wanita yang masih belum diketahui namanya itu.
"Baiklah, tunggu sebentar. Saya ambilkan dulu."
Wanita itu mengucapkan terima kasih beberapa kali pada perawat itu. Dia bersyukur karena ada orang yang memiliki hati baik mau meminjamkan dirinya jilbab. Untung saja saat ini dirinya juga memakai piyama rumah sakit yang panjang.
Wanita itu tiba-tiba menatap sekeliling tempatnya berada saat ini. Sebuah ruang perawatan yang menurutnya sangat mewah. Ada tivi, kulkas, sofa dan juga meja makan dengan empat kursi. Hatinya tiba-tiba tidak tenang. Dia takut kalau ternyata dirinya sudah tertangkap kembali. Dia tidak mau kembali ke tempat itu. Tempat yang sangat menakutkan baginya itu. Tempat yang seharusnya dilenyapkan bahkan dibakar habis.
"Tidak mungkin Mas Ray yang menemukan aku. Bukannya dia saat ini tengah bersenang-senang di Eropa bersama wanitanya itu? Atau anak buah Madam yang sudah menemukanku?" wanita itu terlihat menebak-nebak dengan pikirannya, siapa yang membawanya ke rumah sakit.
Wanita itu tersentak kaget saat pintu ruang perawatannya tiba-tiba terbuka. Dia lega saat melihat perawat tadi yang masuk ke kamar rawatnya. Namun, baru dirinya merasa kelegaan, tiba-tiba hatinya kembali gelisah saat ada seorang lelaki juga ikut masuk ke dalam. Lelaki yang berpakaian hampir sama persis dengan lelaki yang mengejarnya semalam.
"Nona, ini jilbab nya."
Dengan cepat wanita itu meraih jilbab yang diberikan oleh perawat tadi. Dia langsung memakainya dan untungnya jilbab instan dan pas dengan wajahnya, jadi tidak perlu menyematkan peniti pada bagian bawah dagunya.
"Nona, bapak ini yang tadi membawa anda ke rumah sakit. Karena nona sudah sadar, boleh saya menanyakan nama nona siapa? Ini untuk kelengkapan data pasien rumah sakit."
Wanita itu menatap perawat juga lelaki yang berbadan tegap dan sedikit botak secara bergantian. Dirinya begitu takut kalau lelaki itu adalah orangnya Madam. Kalau orang dari utusan suaminya tidak mungkin. Karena suaminya tidak memiliki asisten maupun bodyguard. Bisa dipastikan kalau lelaki itu utasan dari Madam.
"Maaf, Nona. Bisa saya tahu siapa nama Nona?"
Wanita itu menatap takut pada lelaki berbadan tegap yang berpakaian seperti bodyguard itu saat lelaki itu menanyakan siapa namanya.
"Saya tadi menemukan nona tergeletak di pinggir jalan dan akhirnya saya bawa kesini. Kalau nona tidak kunjung memberi tahu siapa nama nona, maka akan saya antar anda ke kantor polisi juga anda sendiri yang akan membayar biaya rawat anda di rumah sakit."
Wanita itu menelan salivanya perlahan mendengar ancaman dari lelaki itu. Meski tidak begitu menakutkan, tapi kalau untuk membayar biaya rumah sakit, mana sanggup dia. Dia kan tadi kabur tanpa membawa apapun. Kecuali barang lacknat yang melekat di tubuhnya tadi yang saat ini sudah dibuang entah kemana dia sendiri tidak tahu.
"Nona nggak usah takut. Tidak ada orang jahat disini." kata perawat itu yang memang sudah mengenal siapa lelaki yang tadi membawa wanita itu ke rumah sakit. Dia juga tahu kalau wanita itu terlihat begitu ketakutan.
"Bisa nona kasih tahu siapa nama nona?" perawat itu kembali menanyakan siapa nama wanita itu.
"Nama ss-sa-ya A-An-nisa." akhirnya wanita itu memberitahu siapa nama sebenarnya. Namanya Annisa.
🍁🍁🍁
SI ENENG ANNISA, APAKAH DIA YANG BAKAL JADI CALON IBU NYA CANDRA DAN RAFA?
WAHHH KIRA-KIRA RENDY BISA BERPALING DARI MUTIA TIDAK YA SAAT MELIHAT KEANGGUNAN ANNISA?
🌻🌻🌻
JANGAN LUPA BERI DUKUNGAN PADA AUTHOR YA KAK.
DENGAN CARA MEMBERI VOTE AND GIFT
THANKS AND BIG HUG 🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Diarsih Diarsih
Cantiknya Mbak Anissa,semoga Rendy menolong Anissa Dari kejaran Laddysa
2022-03-14
0
Eka ELissa
wah...bini baru pless ibu baru nih buat ank"...rendy....
cantik bgt lgie....
2022-03-11
1
Humaira
semangat terus kakak untuk up nya
2022-03-07
0