Pagi hari menyapa bumi yang sedang di landa hujan gerimis, bahkan Wendi masih bergulung selimut karena dingin yang menerpa nya.
Sedangkan Zahra, ia sudah berkutat membersihkan Rumah seorang diri karena baru besok keluarga mertua nya akan kembali.
"Huh lumayan lelah juga ya, padahal Rumah nya tidak terlalu besar" gumam Zahra tertawa pelan.
Zahra kembali melanjutkan pekerjaannya, ia membuka jendela agar udara segar masuk.
Dan saat keluar Rumah, terlihat beberapa Ibu-ibu yang sedang menunggu tukang sayuran.
"Nunggu kang sayur ya, Ibu-ibu" ucap Zahra mendekat ke arah mereka.
"Iya nih Zah, tapi belum datang juga" balas salah satu dari mereka.
"Katanya kamu pindah kesini ya, Zah?" tanya Bu Rt.
"Iya Bu, Mas Wendi di pindahkan kerja kemari jadi saya juga ikut pindah" jawab Zahra ramah.
"Belum dapat momongan, Zah?" tanya yang lainnya.
Zahra tersenyum ramah, ia tidak menunjukan bahwa ia tersinggung ataupun sedih dengan pertanyaan sakral tersebut.
"Belum Bu, do'akan semoga cepat dapat momongan ya" jawab Zahra tersenyum.
"Amin" ucap mereka bersama.
"Yang sabar ya, menantu saya juga sudah menikah hampir 4 tahun belum dapat momongan sampai sekarang" ucap salah satu dari mereka.
"Iya Bu, saya do'akan semoga menantu Ibu dapat momongan cepat" balas Zahra tersenyum ramah.
"Kqlqu begitu saya kembali ke dalam ya, Ibu-ibu" pamit Zahra sopan.
"Iya Zahra" balas Bu rt dan yang lainnya hanya menganggukan kepala.
Setelah kepergian Zahra, Bu rt menghela nafas kasar karena sering mendengar Ibu mertunya yang suka mengobrol kalau ia sudah ingin dapat cucu.
"Bu iis itu sebenarnya beruntung dapat menantu seperti Zahra, dia itu baik, ramah, sopan dan juga enak di ajak cerita. Masalah momongan itu kita tidak ada yang bisa menebak atau memaksa" ucap Bu Rt dengan sendu.
"Benar Bu, padahal menantu saya juga belum mempunyai keturunan tetapi saya santai saja karena memaksa juga kalau belum di hendaki mau apa, coba" balas Ibu yang lainnya.
"Iya, dia selalu menceritakan bahwa Zahra belum juga hamil dan juga selalu menjelekan. Padahal Zahra itu sangat baik, ramah juga ceria" timpal yang lainnya.
"Aku sendiri jadi kasihan pada Zahra, apalagi sekarang dia seRumah dengan mertua nya" ucap Bu Rt kembali dengan helaan nafas kasar.
Mereka lalu berhenti berbincang saat tukang sayuran sudah ada disana.
Dan tanpa mereka sadari, sedari tadi Zahra mendengarkan ucapan Ibu-ibu disana karena dia sendiri masih ada di dekat pintu keluar.
Zahra menghela nafas lelah, ia juga tahu bahwa sang Ibu mertua yang selalu berbicara pada oranglain karena dirinya tak kunjung hamil.
"Aku juga ingin secepatnya hamil, tetapi Allah belum juga menghendaki" gumam Zahra dengan sendu.
Zahra lalu menuju ke dapur, ia akan memasak untuk sarapan pagi dirinya dan Wendi.
Zahra kembali ceria, ia tidak ingin Suami nya tau bahwa ia sedang sedih.
Padahal kenyataannya, Wendi sejak tadi melihat apa yang dilakukan Zahra dan melihat juga wajah sedih sang Istri.
"Ini yang aku tidak inginkan, Zahra akan terlihat baik-baik saja dengan semua nya padahal Ibu selalu saja berbicara yang cukup menyakitkan" ucap Wendi dengan kesal.
Wendi memilih langsung ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya.
Sedangkan Zahra, ia masih fokus pada pasakannya.
Dan tak lama kemudian semua nya sudah selesai di tata, dan Zahra langsung menuju ke kamar nya untuk membersihkan diri.
"Mas" panggil Zahra saat tak mendapatkan Suami nya di kamar.
Ceklek.
"Ada apa sayang?" tanya Wendi yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.
"Tidak Mas, aku nyariin karena tak ada disini. Aku mandi dulu ya, nanti kita sarapan" jawab Zahra tersenyum kecil.
Wendi mengangguk, ia langsung mengganti pakaiannya dan keluar menuju ke ruang keluarga.
"Huh sepi sekali" gumam Wendi dengan menatap kesana kemari di ruangan keluarga tersebut.
Hingga tak lama kemudian Zahra datang dan mereka langsung ke meja makan.
"Mas , nanti ke kebun lagi gak?" tanya Zahra saat menyajikan makanan ke piring Wendi.
"Tidak sayang, Mas akan ke kantor yang ada di pusat Kota" jawab Wendi.
Zahra mengangguk dengan wajah tersenyum, lalu ia memberikan piring yang sudah di isi nya pada Wendi.
"Kalau mau ke kebun nanti aku antarkan dulu, buat nanti pulang nya aku akan menyuruh salah satu pekerja disina" ucap Wendi tersenyum.
"Baiklah, Terimakasih Mas" balas Zahra dengan senyuman teduh nya.
Wendi mengangguk, ia ikut tersenyum saat melihat Zahra tersenyum.
Mereka lalu menyantap sarapan nya, Wendi selalu di manjakan dengan apapun masakan Zahra.
**
Wendi mengantarkan Zahra ke perkebunan terlebih dulu, karena ia juga akan sedikit lama di pusat Kota.
Sesampai nya disana, Wendi lalu memanggil salah satu pekerja yang membawa motor untuk nanti mengantarkan sang Istri pulang.
Dan setelah itu, ia melajukan mobil nya keluar dari perkebunan.
Setelah kepergian Wendi, Zahra langsung menghampiri pekerja dan ia bergabung bersama mereka.
Tawa renyah terdengar di kerumunan itu, bahkan mereka tertawa lepas tanpa berhenti bekerja.
Hingga siang hari Zahra membantu mereka, dan ia memilih menghentikan pekerjaan nya dan berjalan ke arah atas kebun teh yang disana ada Rumah pohon.
"Tenang, sejuk dan enak banget disini" gumam Zahra.
Ia lalu naik ke atas Rumah pohon, dan ia menghela nafas kasar saat duduk di atas.
Netra mata nya menatap kesekeliling dan menatap hamparan kebun teh di bawah nya.
"Ibu, aku merindukan kalian. Entah kenapa disini aku selalu was-was dan merasa takut" gumam Zahra dengan sendu.
"Aku tidak mampu untuk menolak tidak ikut kesini, aku merasa Ibu Mas Wendi itu menjaga jarak padaku dan juga cara melihat nya seperti sinis" gumam Zahra meneteskan air mata.
Zahra menangis diam saat mengingat ucapan tadi tentang Ibu mertua nya dari tetangga nya.
Zahra takut bahwa Ibu mertua nya hanya berpura-pura baik saat ada Suami nya saja.
Lalu Zahra menyeka air mata nya saat ada seseorang yang duduk di samping nya.
"Kadang menangis dalam diam itu menenangkan, Kak" ucap pekerja wanita yang di bawah umur nya.
"Kadang juga dengan sikap ceria, tegar dan ramah kita itu menyakitkan hati. Apalagi nyatanya kita tidak setegar dan seceria itu" ucap nya lagi.
Zahra tertunduk, ia meneteskan air mata nya lagi dengan terisak.
Ia membenarkan semua ucapan sang pekerja itu.
"Nama ku Aeni, aku hanya sebatang kara dan aku tinggal di dekat sini" ucap Aeni dengan tersenyum.
"Nama Kakak Zahra, panggil Kak Zah aja" balas Zahra tersenyum setelah menyeka air mata nya.
"Mau cerita? Anggap saja aku ini Adik Kakak" ucap Aeni tersenyum kecil.
Zahra menggelengkan kepala nya, ini bukan waktu yang tepat untuk bercerita karena sudah siang dan Zahra akan pulang.
"Besok saja, Kakak mau pulang dulu udah siang" balas Zahra lembut.
"Ayo aku antarkan, Kak" ucap Aeni.
"Tentu, ayo" balas Zahra.
Lalu mereka berdua turun dari sana dan menuju ke parkiran motor yang ada motor Aeni.
Setelah berpamitan, Zahra dan Aeni langsung saja pergi dari perkebunan.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Arin
sy heran,knp klo di dlm pernkhn blm ada anak..slalu si istri yg di slahin
2022-10-05
0
Fina Ina
sabar Zahra ,yang kuat lnjut 💪💪💪 Thor.
2022-04-24
0
Sugiyanto Samsung
sabar zahra
2022-03-22
0